Bulan sudah menungguku di seberang bangku di bukit itu.tempat bulan dan matahari bertemu.sudah sejak 2 tahun yang lalu kita selalu bertemu seperti ini sepanjang hari.bosan?.tentu tidak, karena hanya saat senja datang bulan dan matahari bisa bertemu.melewati waktu senja dengan senang hati.sedikit bumbu tangis itu penyedap rindu.jika tidak begitu bukan bulan dan matahari namanya.
Aku menuruni kendaraanku dan menghampiri bulan yang sudah menungguku disana.dan sebentar lagi senja akan terlihat dan bulan dan matahari akan melepas rindu.
"Hay alan".panggilku
"Tari".
Alan berlari menghampiriku dan memelukku erat.ku dengar dia terisak dipelukanku.iya,bulanku menangis.kemudian tanpa sepengetahuanku pun aku ikut menangis.kita sama-sama menangis dalam pelukan ini.dramatis memang, tapi ini realita yang terjadi bukan drama.selama 2 tahun menjalaninya sungguh menyakitkan.jika bisa dibandingkan dengan luka yang bercucuran darah ini lebih menyakitkan dan tak bisa disembuhkan.
" udah ah.kayak kodok kedinginan eh salah kenapa jadi kodok sih.ups.maaf".lepas kataku
Alan tertawa geli mendengar ucapanku yang konyol itu.sepertinya aku ketularan si lilo jadi begini.ini semua gara-gara lilo.coba kalau lilo nggak ngasih kodok minggu lalu dan nggak ngingetin soal itu tadi sore pasti nggak inget lagi soal kodok berpita itu lagi.
"Ih gemes deh" alan menyubit pipiku sampai merah.
"Dokter jantungku sekarang bukan hanya membuat jantungku berpacu cepat tapi juga buat aku ketawa sekarang.thanks dok".bisik alan ditelingaku.
"Sama-sama.karena aku udah buat kamu ketawa jadi sekarang bayar?". Katanya.
Aku menaikan alisku ke atas.lalu ku lipat tanganku di dada.
"Oh sekarang peritungan?.ok,apa bayarannya dokter matahari sanjaya"
"Ok bapak arsitek bulan raditya yang terhormat saya akan mengatakannya.tapi janji dulu buat nepatin bayarannya yah?"
"Siap dok"
Aku mendekatkan telingaku pada alan dan membisikannya.
"Beliin aku es cream 5'"Udah?"
"Belum pokoknya es creamnya yang pake cup bukan yang pake stick!! ".
"Yang pake stick aja yang murah"
"Nggak". Bantahku.
"Hmm"
"Itu senjanya udah dipuncak.indah banget".aku menyenderkan kepalaku di bahu alan.nyaman rasanya.bahu yang bisa aku gunakan bersandar hanya saat senja tiba.
"Iya indah"
"Tapi abis ini beliin aku es cream 5 ok?"
"Iya iya dokter"
Aku tersenyum kemenangan saat alan menyanggupi keinginanku untuk memebelikanku es cream.dan dia berjanji untuk membelikannya.aku mengajaknya untuk membelikanku es krim disebuah indomaret yang dekat dengan tempat kami berada.
Kami memasuki indomaret dengan berjalan sejajar.agar tak ada batasan untuk bulan dan matahari dalam lingkup hari.dia tak melepaskan kaitan itu dari tanganku.aku tersenyum tenang.
"Makannya yang pinter dong"
Katanya disertai tawa."Maksud kamu aku bodoh hah?.iisshh..dasar!.aku bukan anak kecil kali....."
Bla bla bla
Dia masih memperhatikan aku mengomel dengan wajah datar seolah sedang didongengi."udah".katanya lembut. Ku balas dengan senyuman termanis yang pernah aku miliki.dia tidak mau mendebatku,namun membiarkanku berbicara semaunya.dia spesial.aku suka bulan.tapi bukan hanya sekedar suka, tapi cinta.
jika prinsip seorang wanita adalah tidak mau salah dan disalahkan maka itu akan membuatku tenang karna dia rela mengalah demi aku.demi wanitanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Rindu Matahari
General FictionMatahari sangat mencintai bulan.dan bulan juga sangat mencintai matahari.namun apa daya mereka yang ditakdirkan selalu merindu satu sama lain oleh tuhan. Sulit untuk dipersatukan.hanya butuh waktu sore hari mereka melepas rindu lalu kembali merindu...