033.

8K 1.2K 0
                                    

pukul tiga dini hari, jeno menyerah.

ia menelusuri trotoar yang diliputi temaram lampu jalan, acuh terhadap bunyi kerontang tong sampah maupun kucing hitam mengeong gaduh. sebelah lengannya merangkul tubuh renjun yang siap ambruk kapan saja, mengocehkan nama sang mantan kekasih dengan kelopak mata sepertiga menutup (memangnya bisa?), sedang jeno masih terbayang-bayang.

jaemin yang ditemuinya tidak banyak berubah. badannya senantiasa rampingㅡmeski jeno harus mengakui bahwa otot yang tercetak dari balik fabrik lumayan berkembangㅡdan pemuda itu masih betah mengenakan kostum berenda-renda, seolah hidupnya didedikasikan untuk menghibur pelanggan. warna rambutnya kini mengingatkan jeno akan es krim stroberiㅡbibir tipisnya pun serupa kembang ceri, masih satu rangkaian (banyak orang menyebutnya 'senada').

maka biarkanlah dirinya tenggelam dalam delusi, betah mengandaikan apa yang terjadi apabila jaemin tidak pergiㅡmeski angin berderak antara kencang dan lembut, ia tidak peduli. jeno pikirkan hanya jaemin seorang diri, menyesaki, menggaduhi, menggemuruh hingga adanya gejolak. ia terjatuh lagi, seolah rasa jera hanyalah mitos belaka.

PINAFORE / NOMIN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang