031.

7.9K 1.2K 39
                                    

dua gelas saling bertabrakan, menimbulkan denting khas dan sedikit percikan. cairan pahit mengaliri kerongkongan, diikuti panas membakar yang seringkali dijadikan pelarian. akibatnya, kesadaran tercerabut paksa dan bau tidak sedap menguar hingga sela-sela.

"apalagi, dia seolah-olah berencana memutuskanku sejak lama." serak meliputi pita suara renjun, tempias efek samping beserta tangis. "ah, aku tahu. kekasih barunya memang tampan. kudengar dia berdarah campuran dan tidak bermata sipitㅡsepertiku."

jeno mengelak. "sudahlah, berhenti merendahkan dirimu sendiri."

"tapi, haechan berani memutuskanku!" renjun menggerung frustrasi.

"dia memutuskanmu karena alasan lain, bukan karena matamu sipit!"

"haechan berkali-kali bilang padaku kalau dia suka pria yang bermata besar!"

jeno, dengan sisa-sisa kesadarannya, menahan serangan yang ingin sekali dilancarkan. satu pukulan berarti pertengkaran tiada ujung, maka kepalan tangannya bergemeletuk di atas meja. sedangkan renjun betah mengoceh hingga jarum jam menunjuk pada angka dua, padahal jeno bosan setengah mati ingin segera berpulang.

mendadak, sengatan listrik bagai mengaliri pembuluh darah. jeno harus memenuhi panggilan alam, sekarang juga. kakinya menapak tergesa, meraih bahu terdekat yang lewat untuk menanyakan letak toilet.

"permisi, nonaㅡ"

berbaliklah sang pemilik. tampak gurat-gurat wajah yang melempar ingatan jeno ke masa-masa gemerlap secemerlang lampu disko. kerlap-kerlipnya mencapai impuls kedipan mata, berusaha mencerna. jeno harap, ia tidak sedang mabuk, atau berhalusinasi.

"ㅡjaemin?"

PINAFORE / NOMIN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang