Karena kami sudah mengetahui beberapa petunjuk, kami tak perlu bertemu lagi malam ini. Tapi di hari terakhir sekolah minggu ini, aku berangkat bersama Sasuke lagi. Aku dan Sasuke sedang berada di kereta. Sebentar lagi kami sampai.
"Sasuke, jika Sai berbicara lagi, katakan aku mau pergi bersamanya."
Sasuke berdeham pelan.
"Sasuke ..."
"Apa?"
"Kau memilih Karin atau Ino?"
Sasuke menoleh kali ini, memasang wajah 'Wtf?'-nya.
"Menurutku Karin cantik, dia seorang model, banyak laki-laki yang menyukainya." jawabku apa adanya.
"Lalu?"
"Kau tertarik padanya atau tidak? Aku akan membantumu kalau kau suka."
Aku melakukannya karena prihatin pada Sasuke. Dia tampan, tapi tak pernah berpacaran. Aku mulai berpikir, barangkali Sasuke malu berbicara pada wanita.
"Bukan urusanmu." Sasuke memalingkan wajah. Ia menatap lurus ke depan, entah apa yang ia lihat.
Dasar bodoh! Aku kan sedang berniat baik padanya! Hargailah sedikit!
"Sepertinya kau akan sangat cocok dengan Karin. Aku akan membantumu." kulirik Sasuke yang tak peduli pada ucapanku.
…
Selama kereta berjalan, Sasuke hanya diam. Bahkan saat Kereta sudah sampai, dia hanya diam. Saat kita turun dari kereta, dia diam juga. Saat kita berjalan mengeluari stasiun, dia diam juga.
Beuh! Aku dorong juga dia biar jatuh! Supaya mukanya rata permanen sekalian!
Eh tidak, nanti tubuhku yang lecet.
Ini adalah salah satu dari jutaan alasanku membenci Sasuke. Berjalan bersamanya itu tak ada bedanya dengan berjalan sendiri. Dia hanya akan bicara jika aku yang bertanya. Bahkan terkadang dia mengabaikanku.
Tapi terkadang Sasuke bisa baik juga. Meskipun hal itu sangat jarang. Aku yakin jika sikap Sasuke tak sedingin ini, mungkin aku sudah jatuh cinta padanya sejak dulu.
Dia tetap tak mengatakan apa pun sampai akhirnya kita berpisah.
**
"Sakura itu memang orang yang dingin, ya? Rasanya ia sedikit berbeda."
Shikamaru datang dengan wajah kesalnya. Dia baru saja berbicara dengan wujud Sakura―Sasuke, untuk keperluan kelompok bahasa.
"Sakura orang yang pendiam, jadi mungkin itu berpengaruh pada sikapnya terhadap orang-orang." jawab Sai, matanya fokus menatap lembar novel yang ia baca.
"Aku merasa seperti sedang bicara pada Sasuke." Shikamaru melirikku singkat, lalu terpaku pada pemandangan lain dengan tangan memangku wajah, tubuhnya menghadap ke arah kami―aku dan Sai.
"Awalnya aku sedikit menyukainya. Karena ia pendiam, manis, tak berisik, seperti Hinata. Tapi ternyata, dia menyebalkan seperti Sasuke." gerutu Shikamaru lagi.
Aku tak mengerti seberapa gregetnya Shikamaru. Dia membicarakan orang―yang jelas-jelas orang itu ada di hadapannya. Ia luar biasa.
"Sasuke ada di hadapanmu lho." ucap Sai dengan senyumnya.
"Aku tahu. Tapi Sasuke sudah sedikit berubah." Shikamaru menatapku, aku langsung membuang muka.
Sasuke gagal menjaga sikapnya. Sepertinya memang sulit. Aku pun sudah gagal total untuk mempertahankan image dingin Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
this my body
RomanceCerita ke✌ . . . . . . 'Aku sangat menyayangi diriku.' Setidaknya dengan begitu, aku akan selalu merasa bahwa ada seseorang yang selalu menyayangi diriku. Namun suatu hari, hari terburukku datang. "Takdir yang men...