chapter 9

525 38 0
                                    

"Kalian ini sebenarnya sedang bicara hal apa?"

Kak Itachi!?

Aku melirik panik pada Sasuke. Apa Kak Itachi sudah ada di situ sedari tadi? Kalau begitu, berarti ia mendengarkan pembicaraanku dengan Sasuke sedari tadi?

Sasuke, yang kulirik, hanya mengangkat kedua bahunya. Oh, jadi begitu. Mentang-mentang dia tengah berada di tubuhku, dia jadi merasa bukan tugasnya untuk menjelaskan. Aku mendelik, melempar pandangan ―berusaha―tenang pada Kak Itachi yang sudah menunggu.

"Tidak ada. Aku hanya sedang bermain basket dengan Sakura." ucapku santai. Namun jantungku tak bisa tenang.

Kak Itachi diam, matanya menatapku dengan intens, seperti tidak yakin. "Mungkin hanya perasaanku saja saat kau menyebutkan namamu sendiri pada Sakura."

"Ah, maksudnya?" aku menggaruk pelipis dengan satu jari, tertawa masam.

"Sasuke, kenapa kau memanggil Sakura dengan sebutan 'Sasuke', kalian sedang bertukar nama?"

Sial. Aku harus jawab apa.

"Sebenarnya kamu adalah sepasang kekasih sekarang. Saling menyebut nama masing-masing pada pasangan, bukankah itu romantis? Itu kesepakatan kami, tapi jika terlihat konyol, kami akan menghentikannya."

"HAH?" Aku membelalakkan mata kaget saat Sasuke ikut bicara tanpa tahu keadaannya.

Sepasang kekasih?

"He? Kekasih?" Kak Itachi menyeringai geli. "Syukurlah. Kukira Sasuke memandang diriku sebagai orang yang ia cintai. Tapi sekarang aku lega karena Sasuke berpacaran dengan gadis sungguhan sepertimu, Sakura." Kak Itachi beranjak pergi setelah memberi senyum simpul. Hatiku menjerit 'AKU BUKAN KEKASIHNYA' seiring berlalunya Kak Itachi.

"Ayo kita lanjutkan latihannya."

Sasuke kembali mendribble bola dengan santainya, seperti tak ada hal yang terjadi sebelumnya. Bagaimana bisa dia berbicara seperti itu? Berkata seperti itu, tapi aku tahu itu bukan makna sebenarnya.

"Sshh ... Kau, jantungmu berdetak cepat lagi, kan?" Sasuke menatapku tajam. Aku menggeleng cepat.

Ini curang. Aku lupa kalau Sasuke bisa merasakan debaran jantungku juga, ia bisa mengetahui perasaanku saat ini. Rasanya aku tak bisa bersembunyi dalam pikiranku sendiri.

"Hentikan semuanya, ayo kita lanjutkan berlatih." Sasuke mulai memainkan kulit bundar itu lagi. Ia menggiring bola menuju tempat ring berada, memantulkan bolanya berulang kali, lalu melemparnya menuju ring.

Jantungku masih berdetak cepat ...
Kenapa ini tidak bisa berhenti?
Kumohon jantung bodoh, berhentilah untuk berdebar, karena Sasuke bisa merasakannya juga.

Kalau begini, maluku jadi seratus kali lipat rasanya.

Kalau dipikir lagi, fenomena ini membuat aku dan Sasuke jadi semakin dekat. Sebelumnya, aku jarang sekali berhubungan dengan Sasuke. Bicara denganya pun jarang. Tapi karena tubuh yang tertukar ini, aku jadi dekat dengan Sasuke. Entah harus kubilang ini bencana, atau malah suatu kebaikan untukku.

Tunggu, aku memikirkan apa sih? Kebaikan apa? Aku ... benci Sasuke. Sama sekali tak menyukainya.

Ya ...

Aku tak menyukainya.

Kejadian konyol ini adalah suatu musibah.

***

"Hah ... capek sekali." desahku membaringkan tubuh di tanah. Gerumul awan hitam mulai datang dari arah barat. Sang Mentari mulai tak terlihat lagi.

this my bodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang