Chapter 13

199 34 28
                                    

Note : percakapannya lealoui ada yg kuambil dri ig wkwk

***

Louis tidak datang ke apartemennya kemarin, padahal Lea ingin mengembalikan kartu kreditnya. Itu sebabnya sekarang ia dengan beraninya mendatangi rumah Louis. Berharap bertemu dengan pria itu sekalian memamerkan ponsel barunya.

Tetapi bukan lelaki itu yang di dapatinya di dirumah.

"Louis ada tidak?" Tanya Lea pada salah satu pelayan yang membukakan pintu. Kening pelayan itu mengerut tipis.

"Hari ini Tuan Louis menghadiri upacara kelulusannya, pagi-pagi sekali adik-adiknya berangkat ke sana."

Wisuda? Si Curut hari ini wisuda? Dan. . . Lea tidak diberitahu?

Lea memaksakan senyumnya keluar, "oh, terimakasih kalau begitu." Dia memutar badannya.

Harusnya dia tidak kecewa. Seharusnya ia biasa saja. Mungkin Louis tidak memberitahunya karena cowok itu lupa, atau yang lebih masuk akalnya karena Louis tidak mau Lea ledek karena baru lulus.

Lea menghela napas panjang. Pantas saja ketika dua hari yang lalu Lea meminta Louis untuk menemaninya hari ini ke tempat wisata London, laki-laki itu tidak bisa. Louis bahkan tidak mau membahas alasannya ketika Lea tanya.

"Lea. . . dianggap tunangannya kan?" Tanyanya pada diri sendiri. Dipandanginya cincin pertunangan yang sempat Louis sematkan saat pertama mereka membelinya dan ketika pesta acara pertunangan resminya. Dari sanalah cincin itu tidak pernah lepas. "Bodo ah! Ngapain juga Lea pundungan. Mending beli makan, mumpung ada kartu kredit nganggur!"

***

"I fucking made it!" Louis melempar toganya, tertawa kencang karena Niall melakukan hal yang sama. Sedangkan Liam dan Zayn hanya memutar bola mata mereka secara bersamaan tetapi Louis tahu jika mereka sama leganya seperti dirinya.

"Akhirnya temanku semua bisa bebas dari penjara suci ini." Liam pura-pura bosan, Louis tahu itu. Apalagi temannya hanya menyindir, mengejek lebih tepatnya karena dia baru saja lulus. Tapi tak masalah, dia tidak pernah menganggap bercandaan menjadi sebuah hal yang penting, karena dia pun sering melakukan itu.

"Kau terlalu loyal padanya, mate. Hingga tak masalah menunggu wisudamu diundur agar bisa bersamanya." Zayn merangkul Niall dan mengacak-ngacak rambut pirang itu.

"Berhenti berbicara seolah aku paling tolol, Niall memang bodoh!"

"Hey!" Niall mendorong Louis karena tidak terima. Mereka baru akan melontarkan makian baru sebelum suara berhasil mengintrupsi.

Louis melihat Bianca datang dan membawa buket makanan ringan, perempuan itu berlari ke arah mereka. Ketika berhenti di depan Niall, Bianca segera memeluk teman pirangnya dengan erat.

"Selamaaat!"

Niall tampak gembira. Laki-laki itu bahkan membalas pelukan Bianca dan menggendong tubuhnya.

"Makanya, cari pacar." Zayn tiba-tiba berbisik padanya. Seolah tau apa yang ia pikirkan.

"Oh diamlah kau."

"Aku serius, di antara kita hanya kau yang masih bermain-main. Pergilah cari kekasih."

"Bahkan aku tidak yakin jika dia masih disebut bermain-main, sudah beberapa bulan ini kulihat dia tidak keluar bersama perempuan mana pun. Jarang ke rumah perkumpulan, pergi pesta di club atau yang biasanya sering terjadi; menyewa penari telanjang."

"Dude, really? Infornt of my fucking family?" Ditunjuknya adik-adiknya yang berdiri beberapa langkah di depan mereka. Louis menyuruh keempat adik perempuannya untuk membiarkan dia bersama teman-temannya sebentar sebelum merayakan kelulusannya di sebuah restauran.

Same Craziness and Love (Elounor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang