Prolog

279 31 13
                                    

"Dia hanya meninggalkan surat. Awalnya aku kira ini sampah, ternyata ini untukmu."

Louis melirik sekilas kertas yang dipegang adiknya. Ia hanya bergumam dan tidak berniat terlihat antusias jika ternyata perempuan itu tidak benar-benar meninggalkannya tanpa penjelasan, atau setidaknya kata perpisahan.

Bisa-bisanya. . .

Bisa-bisanya dia menjungkir balikkan hidup Louis dengan waktu singkat namun pergi begitu saja dengan mudahnya. Padahal mereka berdua sudah sepakat akan melanjutkan hubungan ini dengan baik-baik. Lebih serius tanpa hal aneh-aneh lagi dikedepannya.

Seharusnya perempuan itu tahu jika kini Louis serius. Ia sendiri juga sudah lelah bermain. Apa tidak lihat bagaimana seriusnya Louis dengan memberikannya lamaran romantis? Gila saja, Louis sudah rela-rela menaiki kapal pesiar untuk melamarnya di laut saat matahari terbenam. Sumpah, Louis sudah membayangkan jika itu plot twits yang keren, wanita mana yang tidak akan meleleh? Semua adik perempuannya saja sampai cemburu setelah mendengar rencananya. Belum terhitung Louis yang menahan mabuk lautnya agar persiapan yang sudah jadi berjalan lancar. Itu perjuangan.

Siapa sangka si manja itu malah kabur ke Negara asalnya?

Louis juga cukup waras untuk tidak meminta nahkoda kapal berlayar dari Inggris ke Indonesia. Perempuan itu boleh saja selalu mengatainya gila. Tapi dia tidak segila itu.

Dia cukup waras untuk paham jika ia tidak diinginkan. Jadi Louis tidak mau repot-repot terbang berjam-jam ke tempat yang mungkin diinjaki perempuan manja, sialan, sok berani, tapi manis jika sedang menggerutu, kadang lucu jika ia tertawa, bahkan begitu menawan ketika tidur.

Tunggu. Apa yang ia pikirkan? Apa baru saja Louis memujinya?

Tidak! Enak saja dapat pujian. Louis menarik pikirannya kembali. Perempuan itu membuangnya sama seperti surat yang harusnya dia baca. Jadi untuk apa memujinya dan mengejarnya? Lagi, masih ada perempuan seksi yang bersedia membuka pahanya lebar-lebar untuknya.

Tapi mata sialan Louis sesekali melirik surat yang lecak dan kotor.

Niat sekali membuangnya.

Louis berdecak sebal sebelum meraihnya cepat. Ia hanya ingin membacanya, setelah itu ia akan membuangnya lalu selesai. Louis lelah. Ia ingin tidur dan melupakan dongkolnya.

For you the greatest craziness of my life.

Louis memutar bola matanya. Baru juga pembukaan, sudah dikatai gila duluan.

Hadiah apa yang harus diberikan kepada pria menyebalkan yang berhasil membuatku senang mengucapkan hallo dan susah mengucapkan selamat tinggal.

Lagi-lagi Louis memutar bola matanya, jengah. Jadi karena susah mengucapkan selamat tinggal membuatnya main pergi tanpa meninggalkan apa-apa? Curut dasar. Louis mengumpat menggunakan bahasa yang selalu perempuan itu katakan padanya.

Louis...

Begitu susah mengatakan jika aku menginginkanmu. Aku ingin egois dan mengatakan jika kau milikku seorang. Hanya aku.

Aku terlalu nyaman dengan kebahagiaan yang kau berikan padaku. Terlalu nyaman sampai lupa jika hatimu tidak pernah memilihku.

Jadi lebih baik aku menyerah sebelum semuanya terlambat. Aku tidak mau kau berpura-pura bahagia di dekatku. Aku tidak mau jika aku sudah berada di titik sulit melepaskanmu dan nantinya kau justru lelah dengan permainanmu sendiri bila sudah mendapatkan tujuanmu.

Kita berdua tahu jika kau tidak akan mengakhirinya. Semua yang akan menjadi milikmu memang lebih berharga dari pada diriku. Tapi aku juga ingin bahagia.

Dan jika bahagiamu adalah kepalsuan, maka tidak akan ada yang bisa dipertahankan olehku. Karena secara tidak langsung rasa bersalah ini menggerogotiku. Aku tidak suka rasanya. Bersalah itu tidak enak.

Dengan begitu kau sudah bebas, Lou. . .

Aku tidak mengikatmu. Aku membebaskanmu. Memberikan apa yang kau mau walaupun itu bukan aku.

Jadi itu adalah hadiahku untukmu. Sebuah kebebasan yang selalu kau nantikan.

Aku tidak akan melupakan kegilaan apa yang kau tunjukan. Justru dari itu aku bisa merasakan bagaimana namanya cinta dipenuhi warna-warni.

Dan darimu juga aku merasakan cinta bisa berubah suram. Dasar curut sialan.

Jadi aku pergi. Jangan mencariku jika tidak mencintaiku balik.

Sampai jumpa curut...

- Lea yang manis.

Louis tergelak kecil setelah membaca makian di akhir surat. Orang pintar mungkin mengira jika ini surat perpisahan. Tetapi Lea tahu untuk siapa surat ini dia buat. Jadi Lea tahu jika Louis tidak akan percaya dan menerima mentah-mentah surat ini begitu saja.

Lea sengaja membuat Louis merasa bersalah. Apalagi dengan kata-kata dan darimu juga aku merasakan cinta bisa berubah suram. Lalu menyuruh Louis jangan mencarinya tetapi salam terakhir adalah sampai jumpa. Artinya mereka akan berjumpa lagi.

Perempuan itu secara tidak langsung menginginkan Louis untuk menyusulnya. Memintanya berjumpa di tempat dia berada sekarang. Menjelaskan semua jika Louis ingin memulai semuanya dari awal.

Pada dasarnya Lea hanya ingin Louis berjuang. . .

"Dasar perempuan gila. Cukup bilang langsung saja tidak mau. Merepotkan saja. " Louis melipat suratnya sambil menyengir lebar sebelum mengantonginya di saku celana. Dia lalu berteriak kencang. "LOTTTIEEE!!!!!!"

Tidak membutuhkan waktu lama agar adik perempuannya itu datang. Wajahnya masam dan ia berjalan mendekat dengan kaki dihentakkan. "Apalagi?!"

"Aku ingin ke Indonesia. Ingin menitip apa?"

"Sialan! Aku pikir apa!" Lottie berbalik dengan kesal, tapi langkahnya terhenti dan ia kembali berbalik menatap Louis. "Mau apa kau ke Indonesia?"

"Ada curut yang kabur. Aku harus mengejarnya."

"Apa? Curut?"

"Kata Lea itu artinya tikus. Entahlah, dia selalu memakiku dengan kata itu."

"Kalau hanya tikus saja di London juga ada, Louis! Kenapa harus ke Indonesia?"

Louis tertawa kecil, kepalanya menggeleng-geleng. Mau menjelaskan juga sepertinya percuma. "Tikusnya beda. Yang satu ini sedikit gila dan nakal. Susah diurus. Itu sebabnya kabur ke Indonesia. Jadi sekarang aku menjemputnya pulang."

Lottie mengerutkan keningnya dengan bingung. Namun ia hanya melambaikan tangannya tidak peduli. Dia salah jika meladeni kakaknya yang satu ini. "Terserah. Jangan lupa kembali dengan selamat. Tidak selamat juga tidak apa-apa."

Well, Louis akan kembali. Dengan membawa calon istrinya pulang kembali ke Inggris. Dan ketika Louis mendapatkan Lea kembali. jangan harap perempuan itu bisa kabur. Karena Louis tidak akan segan menjejalkannya dengan tikus betulan kepada Lea.

💫💫💫💫

Epilog apaan ini 😂😅😅 harusnya ini ga dipublisin sekarang. Tapi pengen ajah wahahha.

Next chapternya liat respon yaa.

Same Craziness and Love (Elounor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang