Chapter 14

242 28 15
                                    


⁂⁂⁂⁂⁂⁂

Kembali lagi melihat penampilan yang terakhir kalinya—yang biasanya jarang Louis pedulikan—baru kembali melangkah untuk turun ke bawah. Hampir berlari. Hampir.

Pagi ini, ralat, hari ini dia tidak berniat bangun pagi. Namun ketika salah satu pelayannya mengatakan jika Lea datang untuk mengunjunginya, rasa kantuk itu hilang dan berganti sedikit menjadi adrenalin. Dia membersihkan badannya dengan cepat. Memakai pakaian santai yang biasa saja—yang sebelumnya ia memilih pakaian rapih dan dengan cepat menggantinya ketika ia pikir ia konyol. Maksudnya, tolonglah, ini hanya Lea Giandra yang datang.

Wajahnya tampan seperti biasa. Ia sempurna seperti selayaknya dan ia siap menampilkan kejengkelan untuk Lea yang sialannya telah menghabiskan uangnya dengan jumlah banyak hanya untuk makan kaviar tak masuk akal.

Biarmanapun, walaupun ia tidak merasakan amarah—yang seharusnya keluar—setidaknya ia harus menunjukkan pada Lea jika ia marah. Perempuan itu tidak akan berhenti menguras habis dompetnya jika tidak diberi pelajaran.

Louis mengambil senyum terakhir ketika melihat punggung Lea sebab perempuan itu membelakanginya, dan ketika Lea berbalik, tatapan tajamlah yang ia hunuskan untuk perempuan itu.

"Mau apa kau ke sini?"

Lea terlihat memucat dan Louis harus menahan untuk tidak lebih mendekat dan menarik perempuan itu untuk duduk.

"Aku. . . mau meminta maaf."

"Kau harus menggantinya, kau tahu itu, 'kan?"

Louis yakin dia tidak mempunyai uang sebanyak itu.

"Tapi aku tidak punya uang! S-setidaknya tidak sebanyak yang aku habiskan."

Hah! Benarkan?

Louis duduk di kursi tunggal, ia menatap Lea yang ragu untuk kembali duduk atau tidak. Namun, perhatiannya terahlihkan dengan kotak makan biru muda yang di pegangnya. Louis menahan untuk bertanya.

"Kau seharusnya berpikir bijak sebelum melakukan sesuatu."

"Aku tahu! Aku tahu! Tapi. . . jika kau tidak memaafkanku, maka bisakah kau tidak mengatakannya pada Papa?"

"Justru Papamulah yang mampu membayar utangmu, bukan?"

Lea berdesis. Bergumam dengan bahasa yang tidak bisa Louis mengerti. "Papa bakal marah sama, Lea. Ih, anjing banget."

Louis beralih pada kotak itu. "Apa yang kau bawa?"

Lea menunduk pada apa yang Louis tunjuk. Perempuan itu meletakkan kotak makannya di depan Louis. "Permintaan maaf." Ucapnya muram.

"Apa 'permintaan maafmu' ini seharga kaviar yang kau telan?"

"Si bangsat." Lea menarik napas, "aku. . . bikin sendiri."

"Wah, kau serius?" Louis pura-pura terkejut dan itu membuat Lea sedikit tersenyum dan mengangguk kecil. "Tapikan kau tidak bisa masak. Jadi itu tidak layak dimakan."

"Et si anjing." Wajah Lea memerah dan Louis suka itu. "Tapi tanganku sampai berdarah, ini lihat, lihaatttt." Jari telunjuknya yang dibaluti penutup luka terpampang di depan Louis. Sialan! Jika dia tidak bisa masak seharusnya dia tidak usah mencoba! Si gadis tolol ini! "Aku benar-benar menyesal. Aku rela tanganku terluka jika kau tidak mengadu pada Papa."

Aku yang tidak rela!

Yang Louis maksudnya adalah, ia tidak relah memiliki tunangan yang lecet-lecet. Ia bisa malu. Ya, itu alasannya, tidak mungkin yang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Same Craziness and Love (Elounor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang