Chapter 10

213 28 40
                                    


Happy Reading!


Ps : ada sedikit lanjutan yang ciuman kemaren. Bagi yang puasa dan ngerasa nggak nyaman bisa dilongkap atau bacanya nanti ajah. :);)




Louis bisa melihat mata itu terbuka kembali, setelah sebelumnya melebar cepat karena ciumannya.

Dimundurkan wajahnya. Hanya sedikit, karena alunan napas hangat itu terasa nyaman menyapu pipinya. Bahkan Louis bisa melihat kumpulan asap tipis keluar dari sela bibir karena perempuan di depannya terengah. Jadi ia tidak mau jauh-jauh.

Louis tersenyum. "Maafkan aku. . ." Tuhan pun tahu dia tidak menyesalinya.

Suara Lea bergetar ketika berbisik. "K-kau. . . kau menciumku."

"Dan dengan senang hati aku akan melakukannya lagi." Dia ikut berbisik. Kembali memajukan wajah dan menempelkan bibirnya di bibir manis permen perpanduan rasa kue jahe. Louis jarang mencium perempuan yang memiliki rasa makanan yang sudah dimakan. Biasanya mereka terasa seperti lipstick atau minuman alkohol yang memabukkan.

Tapi bagaimana bisa ini juga memabukkan? Louis bertanya-tanya.

Reaksi lucu Lea masih sama. Kaget dan tegang. Louis harus membimbing tangannya menelusuri tengkuk dan pipi itu. Membelainya pelan agar Lea lebih rileks. Tapi ketika bibir itu terbuka karena membutuhkan udara, maka kontrol dirinya seolah melayang seperti salju yang di langit. Lidahnya menerobos masuk. Tangannya yang semula di tengkuk kini naik sedikit ke kepala perepuan itu. Menariknya agar memperdalam ciuman beserta remasan lembut pada rambut yang tengah dikepang itu.

Oh sialan.

Louis sadar kemejanya tengah diremas oleh Lea. Perempuan itu sudah kembali memejamkan matanya. Sehingga ada tetesan salju yang hinggap di bulu mata lentik yang Louis yakini asli itu.

Tapi ketika tubuh Lea bergetar hebat. Entah karena ciumannya atau karena kedingininan. Louis menjauhkan bibirnya. Lea tercekat dan napasnya dua kali lipat memburu.

Ada keheningan yang tercipta. Setelah napas perempuan itu stabil. Kini matanya terbuka dan menatap pada Louis.

Tatapan itu.

Tatapan itulah yang membuatnya tidak berpikir panjang. Louis sudah kaget bagaimana Lea tahu hari apa ini baginya. Louis juga tambah dibuat kaget bagaimana bisa-bisanya ada ucapan yang manis keluar dari mulut Lea. Dan puncaknya ketika melihat senyuman beserta tatapan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Tatapan yang tidak Louis pahami namun mengundang.

Pada akhirnya, perempuan itu kembali berhasil menjungkir balikkannya.

"Seharusnya aku memukulmu."

And~ she's back.

Louis tergelak kecil. Dibuangnya pandangan pada keramaian kota di malam natal. Alih-alih kesal, Louis justru merasa terhibur.

Lea merapihkan kepangannya. Karena Louis sadar jika harus ada sesuatu yang dilakukan untuk menghilangankan kecanggungan.

"Ayo kembali ke mobil."

"Kau duluan."

Dia takut disosor. Astaga. Louis cukup tahu maksud Lea. Jika saja salju tidak selebat ini maka ia akan menjawab untuk memancing pertengkaran mereka. Tapi melihat Lea yang kembali kedinginan adalah hal yang tidak mau Louis bayangkan.

Same Craziness and Love (Elounor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang