Nessazka 18

1.2K 104 8
                                    

Pada pagi hari Nessa sudah di sekolah sedang membaca buku novel sambil mendengarkan musik, sepertinya membaca buku sambil mendengarkan musik bisa lebih tinggi berimajinasi. Tergantung dari kriteria orang sih.

Deira yang baru saja datang bersama Cia menenteng buku. Setelah itu ia duduk bersebelahan dengan Nessa.

"Selamat pagi kawan!" sapa Cia dengan muka ceria nya.

Tapi tidak ada yang menjawab sapaan Cia tersebut. Kedua temannya sibuk dengan kegiatan masing-masing, dengan Deira yang sudah sibuk mengotak-atik handphone nya dan Nessa yang tetap sibuk dengan kegiatan nya itu.

"Ness, tau gak?" tanya Cia.

"Gak." ucapnya singkat.

"Kemarin gue sama Deira ke mall gitu. Dan lo tau gak? Banyak banget buku novel keluaran terbaru gitu yang diskon. Ahh gila sih, Deira aja sampai kalap. Iya gak Ra." ucap Cia sambil memamerkan buku novel nya yang baru ia beli.

Nessa hanya melirik lalu melanjutkan membaca novelnya.

"Kamu kenapa gak ikut Nes semalem. Padahal lagi banyak diskon." ucap Deira.

"Sibuk aja." ucap Nessa singkat.

Lalu datang Brian bersama Fabio mereka berdua saja. Nessa melirik Fabio yang terus menatapnya dengan sinis. Sebenernya ada apa sih? Segitu hina nya kah Nessa di mata Fabio.

Bodoamat sama Fabio. Nessa masih sebal dengan janji manis Azka yang katanya mau ngajak pergi tapi sudah di tunggu berjam-jam tidak kunjung datang. Awas aja sampai batang hidungnya muncul, habis tu orang!

Sedangkan Azka masih berada di rumah. Padahal bel masuk tinggal 15 menit lagi dan Azka masih sempat-sempatnya mampir kerumah Nessa.

"Nessa udah berangkat belum ya." ucapnya sambil celingak-celinguk dan ia tersalah fokus kan dengan kertas yang di tempel di pintu rumah Nessa.

"Yah mampus gue. Baru mulai pdkt udah apes, pasti Nessa marah sama gue. Ahh tolol!" gerutu Azka sendiri sambil memukul helmnya yang ia pegang.

Setelah itu Azka melajukan motornya dengan cepat. Padahal jam sudah 7 lewat, ia masih terjebak macet karena ada razia. Daripada ia kena tilang juga Azka lebih memilih lewat jalan kecil untuk cepat lebih sampai ke sekolahnya.

Ketika sudah berada di depan gerbang ternyata pintu gerbang sudah di tutup rapat. Satpam juga sudah berjaga-jaga di depan pintu dan ada beberapa anak juga yang memohon kepada satpam tersebut untuk membukakan pintu, tetapi satpam itu tidak merespon kepada siswa maupun siswi yang telat.

Azka turun dari motor dan meminta satpam tersebut agar membukakan pintu. Tapi tetap saja satpam itu tidak mau meresponnya, padahal ia telat hanya 3 menit. Tuh lihat saja guru yang telat di perbolehkan masuk, sedangkan siswa maupun siswi yang telat tidak boleh. Ini tidak adil.

Beberapa murid ada yang telat dan mereka di perbolehkan masuk dengan syarat berdiri di lapangan dan hormat didepan bendera merah putih dengan waktu yang sudah di tentukan.

"Apes bener apes bener." keluh Azka yang sudah berdiri setengah jam yang lalu.

"Anak-anak silahkan masuk kelas. Tolong jangan diulangi lagi hal seperti ini, disiplin lah pada peraturan yang ada di sekolah. Yang disini sudah telat sekali tidak boleh mengulanginya, jika telat lagi dan lebih dari tiga kali maka tunggu SP dari pihak BK." jelas guru BK sambil menyuruh anak-anak yang telat untuk masuk ke ruangan kelas masing-masing.

Azka mengelap keringatnya lalu ia mengambil tas yang ia taruh di lapangan dan setelah itu pergi ke kelas. Terlihat sudah memulai pelajaran, disana ada Bu Hena lumayan seram dan galak.

"Dit, lo masuk duluan gih." bisik Azka yang mendorong Adit untuk masuk kelas duluan. Tapi Adit enggan untuk masuk.

"Gak deh. Gue takut, sangar gitu mukanya." ucap Adit ia bergantian dan menarik lengan Azka untuk masuk ke kelas duluan.

"Kalau lo gak mau, gua juga ogah." ucap Azka lalu ia mengkode Putri untuk masuk kelas duluan.

"Jangan nyuruh gue. Gue gak mau, lo aja Az." sinis Putri dan ia agak sedikit menjauh dari Azka yang hendak ingin menarik lengan nya.

"Anying sia, kapan masuknya kalau gini. Put dimana-mana ladies first breh! Gua sama Adit yang cowok ya ngalah sama cewek." kata Azka dengan berbicara pelan.

"Apa-apaan lo. Kayak gini baru ngalah, kemana aja selama ini kalau gue minjem pulpen ke lo tapi lo nya pelit. Padahal pulpen hasil cipetan orang juga." celetuk Putri.

"Heh! Pulpen hasil cipet juga berharga nyet." balas Azka.

"Bangsat! Malah debat." sahut Adit kesal melihat Azka dan Putri yang terus debat hal yang tidak penting.

Dengan gregetan Putri menarik lengan Azka dan mendorong hingga pintu terbuka dengan suara yang sedikit nyaring. Lalu seisi kelas dan termasuk Bu Hena menengok dan tentunya Bu Hena bangun dari tempat duduknya dan menghampiri Azka.

"Bangsat si Putri." decak Azka dalam hati. Lalu ia senyum-senyum tidak jelas dengan Bu Hena yang sedang menatapnya dengan sangar.

Nessa menengok kearah pintu yang ternyata disitu ada Azka dengan kedua temannya lagi.

Ngapain kamu bikin gaduh!" kata Bu Hena dengan muka nya yang tidak bersahabat.

"Sa..saya te..telat Bu hehe maaf." ucap Azka dengan kikuk ia sedikit takut dengan tatapan Bu Hena.

"Saya juga minta maaf Bu." ucap Adit dan Putri sambil menunduk dramastis.

"Berhubung saya lagi puasa. Kalian bertiga boleh duduk, ingat ya besok jangan di ulangi lagi. Paham!" kata Bu Hena hingga Azka dan kedua temannya mengangguk paham dan berterima kasih.

Azka berjalan menuju kursinya dan melewati meja Nessa dan kemudian ia sedikit berbisik "Nanti gua jelasin."
Nessa langsung membuang muka kearah lain, lalu ia lanjut menulis yang ada di papan.

Nangissss part yang udah aku tulis ada yang gak ke save dong ╥﹏╥ makanya buyar semua tolong :(
Ini bener-bener imajinasi lewat sendiri dan mumpung free aku tulis. Masih ada yang nunggu kisah Nessazka?

Maaf udah buat kecewa kalian, aku juga kecewa sama diriku sendiri bisa ceroboh gini ╥﹏╥

Makasih banget buat teman-teman yang masih nungguin cerita ini, aku bakal ngasah imajinasi ku dan melanjutkan nulis lagi.

Jadi lanjut, jangan?

Nessazka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang