4. Who Are You?

49 7 0
                                    

Dimas akan mengantar Dena pulang karena dua alasan. Pertama, gadis itu tidak membawa kendaraan ke sekolah. Kedua, karena memang Dimas yang menjemput Dena untuk berangkat bersama, maka pulangnya Dimas juga harus bertanggung jawab dengan mengantar Dena pulang dengan selamat.

Dan kali ini, alasan Dimas berada di halaman rumah Dena karena alasan yang kedua. Ya, tadi pagi Dimas menjemput Dena untuk berangkat sekolah bersama.

Dan, ingat itu hanya alasan!

Jika kalian sudah berpikir betapa gentlenya Dimas, sepertinya kalian harus menelan kekecewaan karena sebenarnya, semua itu hanya alasan Dimas untuk mengambil kesempatan agar bisa melihat gadis cantik lainnya yang sangat mirip dengan Dena. Dengan sering mengantar jemput Dena, kesempatan Dimas untuk bertemu Nada juga semakin sering. Memang Dimas ini diam-diam menghanyutkan bukan?

"Gak mau masuk dulu?" Tawar Dena saat gadis itu sudah turun dari motor Dimas.

Mendengar penawaran tersebut, tentu saja Dimas tidak menyia-nyiakannya. Dimas menanggapi pertanyaan Dena dengan balik bertanya "Nada udah pulang?"

"Emang ya, lo gak pernah ikhlas buat nganter jemput gue" Ujar Dena dengan nada dibuat-buat seperti kecewa, padahal Dena tidak mempermasalahkan sama sekali dengan niat Dimas yang sering mengunjungi rumahnya semata-mata karena ingin bertemu Nada, sang kembaran.

Gemas, Dimas menarik hidung Dena hingga gadis itu berteriak kesakitan. Dimas tertawa puas melihat hidung Dena yang memerah karena ulahnya, sementara Dena memberikan tatapan membunuh sambil mengusap hidungnya.

"Sakit, bego"

"Lagian lo mendadak sok kecewa gitu. Biasanya juga gue mau deket sama cewek mana pun, lo gak pernah perduli"

Saat mereka sedang asyik berdebat, sebuah mobil Alphard hitam memasuki pekarangan rumah, tidak lama kemudian dua orang perempuan cantik beda generasi keluar dan membuat senyum Dimas mengembang.

Sementara Dena, ia hanya menatap datar pada dua orang yang sebenarnya sangat disayanginya itu. Bunda dan Nada.

Diam-diam, di lubuk hati terdalamnya, Dena menyimpan rasa iri pada Nada. Sudah satu minggu ini Nada selalu berangkat dan pulang bersama Rani, sang bunda. Jika ditanya, Dena juga mau diantar jemput oleh bunda. Namun, Dena harus berusaha terlihat baik-baik saja, Dena berusaha menyemangati dirinya dengan berpikir 'sekolah Nada dan kantor bunda kan searah, jadi wajar aja mereka sering berangkat dan pulang bersama'

"Eh, ada Dimas" sapa Rani begitu mendapati Dimas di halaman rumahnya.

Dimas segera menurunkan standart motor dan turun untuk menyalami tangan Rani, "Sore tante"

Tak lupa, Dimas memberikan senyuman termanis ke arah Nada "Hai, Nada"

Nada yang ramah, tentu saja balas tersenyum ke arah Dimas. Dimas memang sudah sering datang ke rumah, jadi Nada sudah tidak canggung bila bertemu sahabat kakanya itu. Dari yang Nada lihat selama ini, Dimas orangnya easy going, jadi tidak sulit bagi Nada untuk bisa sangat akrab dengan Dimas.

"Yuk, masuk dulu" ajak Rani sambil mendorong lembut punggung Dimas agar masuk ke dalam bersama, sementara di sisi lain Rani, Nada melingkarkan tangannya ke pergelangan tangan Rani, ikut masuk bersama kedalam rumah.

Dena memandang punggung ketiga orang itu, mereka sudah menghilang memasuki rumah. Lihat saja, bahkan yang dibawa masuk Dimas, bukan Dena. Sebenarnya yang berperan sebagai anak sulung Rani disini siapa?

Akhirnya Dena ikut memasuki rumah dan segera berjalan menaiki tangga, ia ingin segera memasuki kamar dan menghempaskan diri di tempat tidur kesayangannya. Bodo amat dengan Dimas, tujuan lelaki itu kan ingin bertemu Nada, jadi biarkan saja Dimas melaksanakan aksi modus-modusannya hingga ia memutuskan untuk pulang dengan sendirinya.

DENADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang