5. Are You Ok?

27 6 10
                                    

"Aku tidak butuh mengetahui apa masalah mu, juga tidak butuh tahu status tentang dirimu. Yang ingin aku tahu, bahwa kamu baik-baik saja"

****

"Lo siapa sih sebenarnya?"

Gilang berjalan menghampiri Anonym, ia semakin penasaran kala si target mematung di tempat.

Sudah tak sabar, Gilang mengarahkan tangannya untuk melepas helm yang dikenakan Anonym.

Seolah terjadi adegan slow motion ketika Gilang membuka helm Anonym, ia membelalakan mata tak percaya. Mereka bertatapan selama beberapa detik, hingga,

"Dena?!"

Ini benar-benar di luar dugaan! Gilang tidak pernah menyangka bahwa seseorang yang baru saja mengalahkannya adalah seorang perempuan. Terlebih, ia cukup mengenal seorang Dena. Mereka satu sekolah, dan... siapa pula yang tidak tahu dengan si bad girl cantik itu.

Dena diam tak berkutik, ia sudah tertangkap basah. Sialan! Mengapa ia seolah lumpuh untuk sesaat, ia mendadak kehilangan kemampuan untuk mengelak saat Gilang berusaha untuk membongkar identitas dirinya.

Dena hendak meraih helm miliknya yang dipegang oleh Gilang, namun dengan cekatan Gilang menjauhi helm tersebut dari jangkauan Dena.

"Tunggu, tunggu. Bisa jelasin semua ini ke gue?"

Dena jadi gregetan sendiri karena Gilang, ia memperhatikan keadaan sekitar, takut ada orang lain di sekitar sini dan semakin terbongkar sudah identitas aslinya disemua orang. Kalau saja itu sampai terjadi, Dena akan minta pertanggung jawaban ke Gilang. Si cowok sialan di hadapannya.

Setelah memastikan tempat itu aman, Dena kembali memandang Gilang dengan sinis, "Siapa lo siapa gue. Siniin helmnya!"

Sekali lagi Dena mencoba meraih helm miliknya dari tangan Gilang, namun Gilang semakin menjauhi helm tersebut dari jangkaun Dena. Menadadak, tatapan Gilang berubah, sudah tidak penasaran seperti tadi, tapi lebih ke seperti sedang merencanakan sesuatu, seuatu yang licik, atau memang Gilang selalu berpikiran licik, entahlah. Di tambah lagi dengan senyuman miring cowok itu, Dena seperti bisa membaca pikiran Gilang, lantas gadis itu berujar,

"Please, rahasiain identitas asli gue"

****
Bel tanda istirahat menggema di seantero SMA Mutiara 01. Tentunya jam istirahat adalah waktu yang paling dinanti-nanti oleh seluruh siswa-siswi. Kantin adalah tujuan utama terbesar saat jam itu tiba, mereka bisa nyantai, makan sepuasnya, juga ngejulid-in orang sepuasnya. Entah sebenarnya tujuan mereka sekolah untuk menimba ilmu atau hanya untuk merasakan sensi jam istirahat, sih?

Seperti biasa, Dena sendirian. Setengah penghuni kelasnya sudah berpencar ke segala penjuru tempat di sekolah ini, tinggal tersisa beberapa orang saja dalam kelas, yaitu mereka yang membawa bekal, atau malas kekantin dan memilih untuk ngerumpi saja. Tapi Dena tidak termasuk dari dua kategori tersebut, Dena tidak membawa bekal, juga tidak malas ke kantin, lebih tepatnya ia sedang menunggu Dimas. Tadi Dimas tidak mengikuti jam kedua, yaitu jam sejarah, Dimas langsung keluar kelas untuk bermain basket, kata Dimas sih ia malas membahas zaman manusia purba, karena ia akan memikirkan bagaimana cara melahirkan pada masa itu? bagaimana cara mereka membuat anak, apa sama gayanya seperti manusia zaman sekarang? Dan Dimas juga takut kejadian minggu kemarin akan terjadi lagi,

Saat ia menanyakan, "Pak, bisa jelaskan secara rinci bagaimana proses pembuatan anak pada masa itu?" Dan mendapat hadiah lemparan penghapus papan tulis, untungnya refleks Dimas untuk menghindar lebih cepat sehingga penghapus itu tidak mengenai wajahnya. Memang kadang Dimas sebego itu.

DENADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang