"Minta nomer kamu" Nada menyodorkan ponselnya ke Fadli.
Fadli melirik ponsel Nada "Gue bukan cowok gampangan!" Tandasnya.
Kontan saja Nada menggeplak pelan kepala Fadli. Iya pelan, Nada mana pernah bersikap kasar. Kalau marah juga malah kelihatan menggemaskan.
"Aku minta nomer kamu supaya gampang hubunginnya kalo kita mau belajar bareng diluar" Nada menjelaskan maksud tujuannya, melirik cowok disebelahnya itu dengan jengkel.
Sekarang Fadli malah cengengesan nggak jelas. Entah kemasukan jin perpustakaan atau memang Fadli stengah gila, Nada tidak tahu. Iya, mereka baru saja selesai belajar bersama di perpustakaan, sebenarnya bersama Adam juga, namun sebagai ketua OSIS Adam sedang mengadakan rapat bersama para anggotanya untuk menentukan adik kelas yang mana saja yang cocok untuk menjadi kandidat ketua OSIS selanjutnya, untuk menggantikan posisi Adam yang sebentar lagi akan pensiun.
"Baru juga seminggu, udah mau ngajak jalan keluar aja. Pake alibi belajar bareng, pula" Ujar Fadli.
Rasanya Nada ingin sekali mendorong Fadli ke sungai Ciliwung, biar tenggelam bersama sampah-sampah!
Untung saja Nada sudah mulai terbiasa dengan sikap kepedeannya Fadli yang diatas rata-rata. Mungkin karena selama seminggu ini mereka sudah aktif belajar bersama dan otomatis mereka sering bertemu, jadi Nada sudah sedikit mengetahui sikap asli Fadli.
Nada menarik kembali tangannya, tidak lagi menyodorkan ponselnya "Terserah kamu aja, deh. Justru bagus kalo kamu nggak ikut belajar bareng lagi"
Nada sudah hendak berjalan pergi meninggalkan manusia setengah mujair itu, namun Fadli lebih dulu menahan pergelangan Nada "Mana nomer lo"
Nada berbalik "Aku bukan cewek gampangan!" Telak Nada, membalikan ucapan Fadli.
Terlihat jelas kalau Fadli sedang menahan tawa, hingga akhirnya ia benar-benar melepaskan tawanya. Tidak kuat melihat ekspresi Nada yang dibuat-buat marah seperti itu. Sepertinya Nada memang ditakdirkan menjadi gadis lemah lembut, sangat tidak cocok jika gadis itu marah.
Melihat Nada yang semakin jengkel, akhirnya Fadli berusaha untuk meredakan tawanya "Iya iya, sini ponsel lo" Fadli langsung merebut ponsel di tangan Nada, dan mengetikan nomor ponselnya sendiri kemudian melakukan panggilan hingga ponsel miliknya berdering.
Ia mengembalikan benda canggih itu ke tangan Nada, "Save nomer cowok ganteng"
Nada berdecih.
Lalu tanpa aba-aba Fadli melenggang pergi, berjalan lebih dulu ke lapangan meninggalkan Nada.
Bodo amat. Nada berujar dalam hati, kembali melanjutkan langkahnya hendak menuju kelas.
Mulai minggu lalu, hingga lulus nanti, ketenangan seorang Nada akan terganggu. Dalam satu hari saja sudah tak terhitung bagaimana perasaan jengkelnya terhadap Fadli. Jika bersama Adam, ia selalu merasa tenang, tidak pernah merasa terganggu, kesehariannya berjalan lurus seperti yang ia harapkan.
Namun, semenjak Fadli bergabung, ternyata jalan yang tadinya hanya lurus-lurus saja, kini menjadi berkelok-kelok, bahkan jalan berlubang. Terkadang Nada merasa senang, jengkel, marah, dan berbagai emosi lainnya.
***
Sinar matahari dari jendela kamar membuat kening Dena mengernyit, akhirnya ia bangun dan melihat jam di dinding kamarnya. Pukul 10.45,
Dengan santai Dena bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Sekitar lima belas menit Dena keluar dari kamar mandi, dan sekarang gadis itu sudah selesai dengan baju rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DENADA
AléatoireWalaupun kembar, tapi memiliki kepribadian yang berbeda jauh. Hal tersebut sudah lumrah, memang pada dasarnya setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, bukan? Dena Permata Cahyani, tidak butuh dikelilingi oleh orang-orang yang peduli pada...