Bagaikan terjebak dalam sebuah ruangRuang yang gelap, kelam, dan menakutkan
Tak tahu arah mana untuk kembali
Hanya bisa terdiam meratap.
Melihat semua orang perlahan pergi,
membiarkanku untuk terus menonton semua kepergian mereka,
serta mendengar segala pamit.
Hingga kini, sisalah aku seorang diri.
Kesendirian yang menyakitkan,
Membuatku muak akan semua ini.
Setelah segala pamit,
Haruskah kini aku yang mengucapkan selamat tinggal?
***
Aku memilih untuk diam. Itu lebih menyenangkan bagiku. Tidak ada yang bisa mendengarkanku.
Kini, hari yang sangat kutakuti akhirnya tiba. Dimana aku benar-benar sendiri. Dimana semua orang benar-benar pergi meninggalkanku. Dimana semua orang berhenti memedulikanku. Dimana semua orang membenciku. Namun, itu tak seberapa, dirikulah yang merupakan pemeran utama dalam hal itu. Stttttt.. aku lebih kejam berlipat kali ganda dibandingkan mereka. Sekali dua kali, aku pun takut dengan diriku sendiri.
Aku tahu, begitu sulit kalian untuk menerima dan menyukai diriku. Begitu pula aku sendiri. Aku paham, aku hanyalah bencana bagi kalian semua. Aku hanyalah kesalahan bagi kalian. Aku tak berguna; aku hanya menghabiskan tempat di dunia ini, tanpa memberikan kontribusi apapun. Aku tahu, orang sepertiku tak layak hidup. Bahkan, bila ada kesempatan, aku ingin memberikan sisa hidupku kepada orang lain. Orang lain yang lebih pantas hidup dibandingkan aku yang hanya sebatang kara, orang lain yang lebih bisa memanfaatkan makna kehidupan dibandingkan aku. Aku yang hanya bisa hidup terombang-ambing di lautan, menunggu tiba saatnya untuk tenggelam.
Aku diam bukan karena memang tidak ada yang ingin kukatakan. Sebenarnya, hati kecilku berteriak. Aku ingin berteriak sekeras mungkin, agar dunia tahu apa yang sebenarnya kurasakan selama ini. Hmm, lupakan, aku baru sadar bahwa dunia takkan pernah menganggapku ada. Sekeras apapun teriakanku, tak ada yang mau mendengar. Lebih baik aku diam, Ya, seperti tadi yang kukatakan, diam lebih menyenangkan bagiku.
Namun, kini aku sadar. Diam tak selamanya menyenangkan. Perlahan aku lelah untuk memendam semua ini seorang diri. Sehingga aku memutuskan untuk menulis semua ini. Aku harap kalian membacanya. Aku tak peduli bahwa kalian akan menganggapku seperti apa setelah membaca semua ini. Mungkin kalian akan menganggapku terlalu berlebihan, aku hanya mencari perhatian, aku masih kekanak-kanakan, atau bahkan kalian menganggapku gila. Tidakpapa, aku tak akan menyalahkan kalian. Aku hanya ingin kalian tahu apa yang selama ini kurasakan. Selepas itu, semua terserah kalian.
Aku tak pernah memaksa kalian untuk peduli denganku. Karna aku tahu, itu hanyalah menyusahkan kalian. Toh, ujung-ujungnya kalian juga lelah untuk menghadapiku. Sejujurnya, aku pun lelah dengan diriku. Berkali-kali aku berpikir untuk mengakhiri hidupku. Karena hidup di dunia ini tak ada yang abadi, kecuali kehidupan setelah kematian nanti. Kehidupan adalah kebohongan yang indah, sedangkan kematian adalah kebenaran yang menyakitkan.
Aku ingin mati. Tapi, aku belum berani mengambil keputusan itu. Aku hanya ingin ada orang yang memedulikanku. Aku hanya ingin ada orang yang menganggapku hidup dan takut kehilanganku, meski hanya satu orang saja. Namun, itu tak kan terjadi. Bagaimana bisa ada orang yang takut kehilanganku bila aku hanya meninggalkan kenangan pahit di hidup mereka.
Sebelum kepergianku, aku ingin meminta maaf pada kalian semua. Dengan tulus, aku meminta maaf karena harus hadir di kehidupan kalian. Aku meminta maaf karna kalian harus mengenal orang seperti aku. Aku meminta maaf karena harus menjadi diriku yang tidak kalian harapkan, bahkan diriku pun sama sekali tak mengharapkannya.
Terima kasih pula atas kalian yang telah bersabar menghadapi diriku, meski pada akhirnya kalian pun menyerah atas diriku, dan mungkin, diriku selanjutnya lah yang akan menyerah. Terima kasih pada kalian yang sudah berjuang keras untuk mengubah diriku untuk menjadi lebih baik, meski hasilnya nihil.
Mungkin, kalian menyesal karena harus bertemu denganku. Tapi, aku pun bisa melakukan hal itu, aku bisa membalas sebaliknya pada kalian. Sebenarnya, aku pun menyesal karena harus mengenal kalian semua. Detik ini, aku benar-benar membenci semua orang, termasuk diriku. Aku membenci semua orang. Semua orang jahat dan kejam. Semua orang pembohong. Semua orang egois. Tak ada orang yang bisa kupercayai lagi.
Maaf atas keputusanku yang sudah bulat ini, aku menjauh dari kalian semua karena aku lelah hidup diantara kalian semua. Aku berperilaku dingin seperti ini karena aku ingin menjauh dari kalian semua. Lebih baik, aku yang menjauh terlebih dulu, dibandingkan kalian yang meninggalkanku dan hingga akhirnya aku terluka lebih dalam. Aku lelah untuk mendengar segala ucapan pahit dan kejam kalian padaku. Aku tak kuasa lagi mendengar semua itu, hingga aku memutuskan untuk menulikan telingaku dan membangun tembok pertahananku yang tinggi diantara kalian semua.
Untuk itu, aku mohon, tak usah pedulikan diriku lagi, tak usah pikirkan aku lagi, anggap saja aku tidak pernah ada dan kalian tak pernah mengenalku sebelumnya. Aku ingin melupakan kalian semua. Aku harap kalian pun melupakanku. Maafkan aku karena harus pergi meninggalkan kalian dengan sudut pandang buruk terhadapku.
Kini, sudah saatnya aku mengucapkan selamat tinggal pada kalian semua. Entahlah, apakah itu ucapan selamat tinggal sesaat, atau selamanya. Hanya takdirlah yang kan' menentukannya.
"Takdir yang mempertemukan kita, maka takdir pulalah yang akan memisahkan kita," Let's just wait and see. Apa yang akan terjadi selanjutnya dan kemana takdir akan membawa aku pergi.
"Aku harap setelah kepergianku, kalian semua bisa jaga diri baik-baik. Aku harap, selepas kepergianku, keadaan jauh lebih baik. Buktikan perkataan kalian bila keadaan lebih baik tanpa adanya aku. Sebesar-besarnya rasa benci dan dendamku ke kalian, di hati terdalamku, terukir jelas nama kalian. Walau mulutku tak pernah berhasil mengucap, di hatiku tersimpan beribu-ribu rasa sayang pada kalian semua. Aku harap suatu saat nanti kalian semua sadar, bila aku sangat menyayangi dan mencintai kalian; kalian semua yang pernah datang dan pergi di hidupku."
Once again, Thank you, I'm Sorry, and Goodbye.