Aku heran dengan segala perasaan yang kurasakan saat ini. Sulit untuk mendeskripsikan semua rasa itu. Yang pasti, aku muak untuk merasakannya. Aku tahu, semua rasa ini merupakan rasa yang wajar untuk kurasa, atau mungkin harus kurasa sebagai proses menuju pendewasaan diriku. Entah dirikulah yang terlalu lemah atau gampang menyerah, tapi kalau boleh jujur aku sungguh lelah, sungguh-sungguh lelah untuk terus bertahan hidup dengan segala perasaan ini.
Perasaan tak dicintai, perasaan tak berharga, perasaan sedih, perasaan kosong, perasaan benci, perasaan iri, perasaan kecewa, perasaan kesepian, dan perasaan bimbang beraduk menjadi satu, bekerja sama dengan sangat baik untuk menguasai diriku sepenuhnya.
KACAU.
Mungkin kata itulah yang dapat menjelaskan kondisi diriku saat ini. Iya, kacau. Benar-benar kacau.
Entahlah, mungkin di mata semua orang aku baik-baik saja, bahkan mungkin orang lain menganggap kondisiku amat jauh dari kacau.
Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Sulit rasanya mencurahkan emosiku di depan orang lain. Satu sisi dalam diriku berkata, bahwa aku harus mencurahkannya agar orang lain mengerti apa yang kurasakan. Namun sisi lain dalam diriku berkata, bahwa aku tak seharusnya membuat orang mengerti tentang apa yang kurasa, karena aku tak berguna dan tak pantas bagi siapapun, untuk apa membuat orang lain mengerti tentang yang kurasakan? Takkan ada yang memedulikanku. Rasanya seperti ada larangan di dalam diriku yang melarangku untuk mengeluarkan emosiku yang sebenarnya karena takut kecewa atas tanggapan orang lain yang tidak seperti yang kubayangkan dan yang kuharapkan.
Aku lelah untuk menutupi dan memendam semua perasaan ini. Aku lelah untuk terus mengulas senyumku dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja pada semua orang.
Tak ada yang tahu bahwa secara mental aku terluka, bahwa sebenarnya aku sedang bergelut dengan semua perasaan kacau ini.
Aku menghidupi hidupku hanya dengan keterpaksaan, tanpa tujuan dan tanpa arah. Entah sampai kapan aku tersiksa berada disini. Entah siapa yang akan mengakhiri hidupku ini dan membawaku ke dunia yang selanjutnya, yang mungkin lebih buruk dan menyiksa dibanding dunia yang kutinggali kini. Akankah Tuhan yang merenggut nyawaku? Atau bahkan diriku sendiri? Diriku, seseorang yang merupakan ketakutan terbesarku saat ini. Entahlah, yang pasti aku sudah tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi:)