7

2.6K 204 0
                                    

"Yang Mulia."

"Kau sudah datang, Thomas."ujar Raja John tersenyum kecil

"Apakah Yang Mulia membutuhkan bantuanku?"tanya Thomas

"Ya..."gumam Raja John seraya berdehem. "Sebenarnya ini bukan tugas tapi permintaan untukmu."

Thomas menatap Raja John. Bertanya-tanya ada apa gerangan? Apa yang hendak sang raja bicarakan dengannya

"Kau tentu tahu kembalinya Putri Lily berarti kita memiliki tugas penting lainnya. Berkaitan dengan keluarga Mason."

Thomas mengerti. Saatnya telah tiba, dan sanggupkah ia berpisah dengan Lily? "Ya, Yang Mulia. Apa anda memintaku untuk mengawal tuan putri saat perjalanan menuju kerajaan Alma?"tanya Thomas.

"Bukan kau yang akan mengawalnya nanti."ucap Raja John dengan suara keras

Thomas menatap Raja John dengan heran. "Yang Mulia?"

"Aku memberimu tugas untuk menjauhi anakku."ucap Raja John menatap Thomas

"Apa?! Aku tak mengerti, Yang Mulia."ujar Thomas bingung.

"Kurasa kau mengerti. Aku tak ingin kalian semakin dekat dan membuat perasaanmu padanya semakin dalam."

Thomas merasa jantungnya serasa mencelos. Yang Mulia Tahu perasaannya! Itu tak mungkin, batinnya. Ia menelan ludah dan tak tahu harus menjawab apa.

"Aku benar bukan?!"ucap Raja John dengan suara keras.

"Anda tak bisa melarang kami berteman."

"Aku berhak karena aku ayahnya!"sahut Raja John berang. Thomas menunduk, tak berani membantah lagi. Raja John menarik napas panjang. "Thomas, kumohon mengertilah posisiku. Sebentar lagi Lily akan segera pergi ke kerajaan Alma. Jika kalian semakin dekat, dan Lily menyukaimu, akan membuat semuanya semakin sulit."

"Aku mengerti."sahut Thomas dengan suara tanpa emosi.

"Aku akan memberimu pekerjaan yang akan mengurangi frekuensimu di istana ini. Sehingga kalian akan jarang bertemu dan kuharap Lily melupakanmu."

Thomas diam seraya mengangguk lalu pergi ketika Raja John sudah selesai berbicara dengannya. Ia mengatupkan rahang dengan keras. Memaki dirinya sendiri karena membiarkan rasa sukanya terlihat oleh Raja. Jika Raja John dan Jacob bisa mengetahui perasaannya, apakah Lily pun menyadarinya?! Ia merasa Jacob benar. Lily harus Tahu perasaannya. Ia harus menemui Lily dan mengatakan padanya. Tak peduli bagaimana reaksi Lily nanti. Tak peduli jika nanti Lily menertawakan atau menjauhinya. Thomas harus berusaha memperjuangkan rasa cintanya pada Lily

Thomas pun segera bergegas mencari sosok sang putri. Ia berjalan menuju ruang belajar. Berharap Lily ada di sana dan ia bisa bertemu dengannya. Mendadak semangat hinggap dan ia tersenyum kecil. Hati kecilnya berharap Lily pun menyukainya, bukan sebagai teman.

Tiba di depan ruang belajar, ia mengetuk pintu. Tak lama kemudian pintu terbuka oleh Mia yang melihatnya dengan alis terangkat. "Thomas? Ada apa kau kemari?"

"Mia, apa tuan putri ada di dalam?"

"Putri Lily tidak ada pelajaran hari ini."

"Apa?!"sahut Thomas kecewa. "Apa kau tahu di mana tuan putri berada saat ini?"

Mia tampak berpikir sejenak. "Mungkin ia ada di perpustakaan. Atau di taman."

"Baiklah. Terima kasih, Mia!"Seru Thomas berbalik arah dan bergegas menuju taman lebih dulu.

———

"Ibu, seperti apa dirinya?"

"Siapa?"

"Pangeran yang akan menikah denganku. Seperti apakah ia?"tanya Lily lirih ketika suatu sore ia menghabiskan waktu bersama di perpustakaan

Ratu Julia menurunkan rajutan yang sedang ia kerjakan dan menatap Lily dengan lembut. Ia merasa tak tega akan putrinya. Tapi perjanjian itu harus dipenuhi jika ia tak ingin masalah menimpa kerajaannya, melibatkan rakyatnya yang tak bersalah

"Lily, kuharap kau tak akan marah pada ibu. Ibu....ibu pun belum pernah melihatnya...."ujar Ratu Julia dengan wajah meminta maaf.

Lily menatap ibunya dengan mata melebar. Wajahnya tampak shock. Jika ibunya pun belum pernah melihatnya, siapa yang bisa menjamin sang pangeran pria yang baik. Bagaimana jika pria itu sangat jahat atau kejam? Atau bagaimana jika pria itu sudah berusia tua?!

"Ibu tahu apa yang kaucemaskan. Menurut kabar yang ibu dengar, calon suamimu pria yang pemberani dan baik. Ia peduli dengan kerajaan dan rakyatnya."ujar Ratu Julia tersenyum

"Siapa namanya bu?"

"Daniel Mason dari kerajaan Alma."ucap Ratu Julia

Lily mengejakan nama itu dengan berbisik. Lily masih berharap bisa menghindar dari perjodohan ini. Tapi apakah hal itu mungkin? Statusnya sebagai putri dan ia memiliki tugas yang sangat penting bagi kerajaan serta rakyatnya. Jika ia menolaknya, pihak kerajaan Alma bisa marah dan mengumumkan perang dengan kerajaannya. Hal itu bisa berakibat fatal. Lily tak ingin itu terjadi. Tapi ia pun tak siap jika harus menikah dengan pria asing. Bagaimana dengan Thomas, batinnya. Thomas...sampai saat ini pun pria itu belum mengetahui perasaannya.

Lily menatap buku di tangannya tapi ia sama sekali tidak membacanya. Hanya memandangi dengan sorot mata kosong. Ia terus memikirkan Thomas. Haruskah ia mengatakan pada pria itu?

Ya, katakan padanya, Lily, teriak hati kecilnya. Kau harus menyampaikan perasaanmu padanya. Agar Thomas tahu dan kau merasa lega. Kau terus memikirkan pria itu selama ini, kau harus temui dan ungkapkan semua perasaanmu padanya. Katakan sebelum terlambat!

"Ibu, aku pergi dulu!"ujar Lily mendadak beranjak bangun, membiarkan buku terjatuh dan menimbulkan suara gaduh di lantai.

Ratu Julia terlonjak kaget melihat sikap aneh putrinya yang langsung pergi. "Lily, kau mau ke mana?!"tanyanya tapi Lily terus melangkah keluar dan tak menjawab pertanyaannya. Julia menarik napas dan bersandar kembali.

Lily berjalan menuju tempat latihan para prajurit. Melewati lorong panjang dengan langkah secepat ia bisa. Mengabaikan seorang prajurit yang membuntuti di belakangnya. Ia yakin prajurit itu tak akan kehilangan jejaknya. Mengingat sangat sulit baginya untuk berjalan cepat dengan gaun panjang yang ia pakai. Ia melewati taman, menyelipkan rambut ke belakang telinga ketika angin menerbangkan rambutnya.

Dari jauh ia bisa mendengar suara gaduh para pria yang sedang berlatih maupun berbincang. Terdengar suara pedang beradu dan desingan panah dari arah tempat latihan. Beberapa prajurit tampak keheranan melihat kedatangan sang putri. Sangat jarang putri Lily mendatangi tempat latihan. Mereka membungkuk seraya memberi salam.

Lily hanya mengangguk lalu menolehkan kepala ke sana kemari. Mencari sosok Thomas. Tapi ia tak melihatnya. "Apa kau melihat Thomas?"tanyanya pada seorang pria yang sedang mengelap pedangnya

"Tidak, tuan putri, Thomas tak ada di sini sejak pagi.

"Oh..."sahut Lily kecewa. Ia berdiri diam dan berpikir ke mana lagi harus mencarinya. Lily harus menemuinya sebelum terlambat atau ia berubah pikiran dan menjadi ragu kembali. Lily terpikir untuk mencari ke ruang makan khusus para prajurit dan ksatria.

Ia kembali bergegas melangkah. Mengabaikan para prajurit yang menatapnya dengan heran. Tiba di pintu ruang makan ia mencoba mengatur napas. Lalu  ia mendorong pintu kayu besar. Menimbulkan suara keras dan membuat semua orang yang berada di dalam menoleh ke arah pintu.

Lily berdiri dengan wajah merona. Ia mencoba melihat ke sekeliling ruangan. Tapi tak ada sosok Thomas. Lily merasa kecewa lalu kembali berjalan keluar. Ia bersandar pada pintu. Tak tahu lagi harus mencari ke mana.

"Thomas..."bisik Lily. "Kau ada di mana...."


Tbc.....

Princess Lily (Princess Series #2) (TAMAT) proses cetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang