Istana Cloud
"Yang Mulia...."
"Ada apa?! Apa kau sudah menemukan putriku?!"tanya Raja John saat melihat seorang prajurit datang dengan langkah bergegas dan tampak panik. Wajahnya tampak penuh harap bahwa sang prajurit membawa kabar baik mengenai putrinya.
"Maafkan aku, Yang Mulia, tapi hal yang hendak aku sampaikan bukan mengenai tuan putri. Aku baru saja melihat rombongan pangeran Daniel Mason sedang menuju kemari!"
"Apa?!"seru Raja John menegakkan badannya lalu ia kembali bersandar dengan wajah pucat pasi. Ia mengusap wajahnya dengan kalut. "Kenapa ia datang secepat ini?! Di saat seperti ini...."
Sang prajurit hanya berdiri diam dengan panik. Ia tahu kedatangan pangeran hanya akan membawa masalah semakin berat. Karena sosok putri Lily menghilang entah ke mana. Sejak malam Thomas telah mengerahkan segala tenaga bersama pasukannya untuk mencari Lily, tapi gadis itu seakan hilang tanpa jejak.
Raja John masih duduk dengan wajah kalut. Bagaimana ia harus berhadapan dengan sang pangeran? Apa yang harus ia katakan jika Pangeran ingin bertemu Lily? Raja John bisa menunda pertemuan mereka tapi lambat laun Pangeran pasti akan bertanya dan curiga.
Raja John menghela napas. "Aku akan segera menyambutnya."ujarnya dengan suara bergetar.
Sang prajurit hanya mengangguk lalu undur diri.
Raja John masih duduk menatap kepergian prajuritnya. "Cain, apa yang harus aku lakukan?"
Pria yang dipanggil Cain mendekat. "Yang Mulia bisa menunda pertemuan pangeran dengan tuan putri. Semoga saat itu, kita sudah menemukan Putri Lily."ujarnya.
Raja John menoleh pada pria yang sudah menjadi tangan kanan dan temannya selama ini. "Ya. Kuharap putriku bisa segera ditemukan..."
"Ya, Yang Mulia. Aku akan membantu menahan pangeran."ujar Cain.
"Terima kasih.."sahut Raja John. "Baiklah, lebih baik aku segera menyambutnya."
———
Istana Torne
Seorang pria berpakaian coklat berjalan melewati lorong yang minim cahaya. Hanya ada obor api yang tergantung di dinding dalam jarak jauh. Memberi penerangan yang sedikit tapi cukup untuk jarak pandang sang pria. Udara dingin dan lembab terasa di lorong gelap itu. Begitu sunyi hingga suara gema sepatu boot terdengar menyeramkan.
Sampai di depan sebuah pintu kayu besar yang dijaga seorang prajurit, pria itu berhenti dan berkata, "Aku harus menemui Yang Mulia."
Sang prajurit menatap pria itu dan mengenalnya. Ia mengangguk seraya membuka pintu.
Pria itu berjalan masuk. Ruangan di balik pintu pun tak kalah suram dengan lorong yang ia lewati tadi. Pilar masih berdiri kokoh tapi sudah terlihat termakan usia dan kusam. Tirai yang menghiasi jendela juga sudah kumal. Tidak ada perbaikan terhadap pilar atau jendela serta bagian lain dari ruangan ini. Ruangan tahta yang seharusnya megah dan cerah, tak terlihat dalam istana ini.
Pria tersebut berjalan melewati lantai marmer putih. Tanpa ada permadani mewah. Suaranya bergema di ruangan luas dan sepi. Ia melihat seorang pria duduk di ujung ruangan. Di atas kursi tahtanya. Seorang pria bertubuh kurus dengan mata tajam dan licik. Sorot matanya menatapnya dengan bengis.
"Yang Mulia."sapa sang pria seraya membungkuk.
"Kuharap kau datang membawa kabar baik."ujar sang raja dengan suara parau dan keras.
Pria di hadapannya mendongak dengan senyum menyeringai menyeramkan. "Kabar yang sangat baik untuk anda, Yang Mulia."
"Katakan segera!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Lily (Princess Series #2) (TAMAT) proses cetak
FantasiaLanjutan dari cerita The Lost Princess Kehidupan Lily sebagai putri telah dimulai. Begitu banyak yang harus ia lakukan dan pelajari demi menjadi seorang putri hingga suatu saat ia mendapat kabar yang mengejutkan. Bahwa ia akan menikah dengan seorang...