6

3.3K 248 4
                                    

"Bagaimana perkembangan Lily?"

"Tuan putri mengalami banyak kemajuan dalam pelajarannya, Yang Mulia."

"Jadi ia sudah siap untuk tugas utamanya?"

"Ya, saya yakin ia siap."

Raja John mengangguk. "Pergilah. Terima kasih atas bantuannya."

"Ya, Yang Mulia."

"John...apa kau yakin?"tanya sang ratu saat pengajar Lily sudah pergi dan hanya tinggal mereka berdua di ruang kerja.

"Aku yakin Lily sudah siap. Usianya pun sudah cukup, sesuai perjanjian itu."

"Apa ia siap mendengarnya?"tanya Ratu Julia dengan nada cemas.

Suaminya mendesah. "Siap atau tidak ia harus menjalaninya, istriku."

"Ya aku tahu. Sebenarnya aku masih tidak rela jika harus berpisah dengannya. Tapi semua ini demi kita semua....Oh John, haruskah semua ini kita lakukan?! Lily pasti akan kaget...kasihan Lily...."

"Julia..." Raja John berdiri dan mendekati istrinya. Memeluknya lembut. "Aku tahu. Aku mengerti perasaanmu. Aku juga merasa sangat berat tapi kita sudah terikat dengan perjanjian itu. Apa kau ingin aki membatalkannya?"

"Dan membuatmu mengalami kesulitan? Tidak...jangan...jangan batalkan. Hanya saja, aku mohon beri waktu sedikit. Aku ingin menghabiskan banyak waktu dengan Lily."

"Ya baiklah. Kurasa aku bisa meminta hal itu. Kita akan segera membicarakan hal ini dengan Lily, semakin cepat ia tahu lebih baik agar bisa bersiap. Aku tak ingin ia tahu kabar ini dari orang lain...."

———

"Selamat pagi, Putri Lily...."sapa Norah saat masuk kamar

"Norah..."sahut Lily tersenyum senang dan bangun dari tempat tidurnya. "Selamat pagi. Dan kumohon jangan panggil aku putri. Panggil saja namaku."

"Tapi...kau kan seorang putri..."

"Kita berteman bukan?!"ujar Lily memegang tangan Norah

"Ya tentu saja."

"Seorang teman tidak akan memanggil dengan cara formal seperti itu. Meski kini kau menjadi pelayanku tapi kau tetap temanku, Norah. Karena itu panggil aku Lily, tanpa tuan putri."

"Ya baiklah..."sahut Norah mengalah. "Aku akan siapkan air mandi untukmu."

Lily mengangguk. Ia menatap Norah sambil tersenyum. Rasanya menyenangkan ada orang yang dikenalnya di istana ini. Ia juga tak perlu lagi merasa takut karena Norah adalah temannya. Tidak akan berani mengkhianati dirinya seperti yang dilakukan Sadie.

Sadie, gumam Lily, mendadak teringat wanita itu. Bagaimana nasib keluarganya kini? Ia tahu sejak tertangkapnya Sadie, keluarganya menghilang. Tak ada yang tahu ke mana mereka pergi. Semua orang menduga mereka pergi karena malu, namun ada gosip yang mengatakan mereka bergabung dengan pemberontak. Lily merinding mendengarnya. Ia tak ingin mengalami penculikan lagi. Lily juga tak tahu apa motif raja Ragnar nekat memisahkannya dari kecil.

"Lily, ayo...air mandimu sudah siap."

"Oh...ya...baik..."sahut Lily tersadar dari lamunannya dan segera pergi ke ruang sebelah di mana sudah tersedia bak mandi berisi air hangat dengan wewangian bunga.

Norah membantu Lily melepaskan gaun tidurnya. Lalu Lily masuk ke dalam bak. Membiarkan air membasahi seluruh tubuhnya. Dengan segera ia merasa rileks merasakan kehangatan dan aroma lembut bunga.

"Bagaimana harimu tinggal di sini, Norah?"

"Oh sangat menyenangkan. Para pelayan di sini ramah dan baik."ujar Norah.

Princess Lily (Princess Series #2) (TAMAT) proses cetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang