"Lily....kau sudah siuman..."
Lily membuka mata dan melihat sang ibu duduk di tepi ranjang sambil memegang tangannya. Ia merasa kepalanya pening. "Ibu...."
"Kau baik saja?"tanya Ratu Julia. Lily mengangguk. Julia mengusap dahi Lily. Cemas akan wajahnya yang pucat. Ia tahu Lily pasti masih merasa shock akan semua yang terjadi. Begitu banyak kejadian mengejutkan menimpanya sejak tahu jati dirinya. "Minumlah dulu, Lily..."
Lily mencoba bangun dan merasa sangat pening. "Terima kasih bu..."gumamnya saat sang ibu membantunya duduk dan minum dari gelas.
Ratu Julia membereskan bantal agar Lily bisa bersandar. "Kau yakin baik saja? Apa kepalamu pusing? Jika perlu, aku akan kembali memanggil tabib istana."
"Aku baik saja bu...."ujar Lily tersenyum kecil.
Ratu Julia kembali memegang tangan Lily. "Kau pasti sangat kaget..."
"Kenapa Sadie tega berbuat demikian?"
Ratu Julia terdiam sesaat. "Terkadang bila orang menghadapi masalah, ia bisa saja melakukan sesuatu. Tak peduli meski hal itu berbahaya. Ibu pun tak mengira Sadie akan mengkhianati kita.."
"Apa itu harus diterima olehnya, ibu?"
"Ya. Tidak ada ampun bagi penjahat. Semua harus menerima hukuman agar tidak ada yang berani berbuat lagi. Kau harus kuat. Suatu saat kau akan menjadi ratu. Menjadi pendamping suamimu yang kelak akan menjadi raja. Kau tak boleh lemah. Harus kuat dan tegas, Lily."
Lily mendesah. "Di mana Ayah?"
"Ayahmu sedang mengadakan pertemuan dengan semua dewan. Kurasa ia membicarakan masalah ini."Ucap Ratu Julia. "Lily, jika kau tak sanggup, kau tak perlu menghadiri acara hukuman besok."
Lily menatap ibunya. Hukuman? Ya ia baru sadar, besok akan dilaksanakan hukuman bagi Sadie. Lily tak yakin ia bisa hadir di sana. Meski bisa menutup mata dan berusaha tak melihat, tapi ia masih bisa mendengar suara lantai kayu yang dibuka, suara tali terenggang serta gumaman menyakitkan tahanan hingga kehabisan napas dan tak bernyawa. Semua itu masih jelas terdengar meski ia menutup rapat matanya. "Aku...aku tak bisa...."isaknya
Ratu Julia mempererat genggaman dan mengusap airmata Lily. "Ya kau tak perlu keluar besok. Aku akan meminta seseorang menemanimu."
"Boleh aku minta orang yang akan menemaniku?"
"Tentu saja..."
Lily berpikir. Sebenarnya ia ingin Thomas yang menjaganya tapi itu tak mungkin. Thomas pasti diwajibkan menghadiri hukuman besok.
"Kau bisa meminta Thomas jika mau."ujar Ratu Julia
Lily terkejut dan menatap ibunya. Kenapa ibunya bisa tahu pikirannya? Apakah ia Tahu perasaannya? Ia menelan ludah dan menjawab dengan gugup, "Aku yakin Thomas memiliki tugas besok."
"Aku akan memintanya mencari orang untuk menggantikan tugasnya. Ia pria yang baik, iya kan?"tanya Ratu Julia yang membuat wajah Lily merona. Ratu Julia tersenyum. "Lily, kita harus mencari pengganti Sadie."
"Apa aku memang membutuhkan pelayan? Aku bisa melakukan semua sendiri, bu..."
"Kau seorang putri, Lily. Ibu tahu bagaimana kehidupanmu dulu. Tapi kini kau adalah putri ibu. Putri kerajaan. Seorang putri harus memiliki pelayan pribadi. Kau tidak boleh melakukan pekerjaan apapun."
Lily mendesah. Ia sadar betul akan statusnya. Tapi pengalaman bersama Sadie membuatnya takut. Bagaimana jika pelayan barunya nanti pun ternyata anggota komplotan yang sudah menculiknya selama ini? Lalu mendadak sebuah ide terlintas dalam kepalanya. "Ibu, boleh aku yang memilih pelayan baruku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Lily (Princess Series #2) (TAMAT) proses cetak
FantasyLanjutan dari cerita The Lost Princess Kehidupan Lily sebagai putri telah dimulai. Begitu banyak yang harus ia lakukan dan pelajari demi menjadi seorang putri hingga suatu saat ia mendapat kabar yang mengejutkan. Bahwa ia akan menikah dengan seorang...