of all the things left unsaid:
"a peripety"
//
26 Agustus 2015
Gelak tawa menggema di ruang kelas yang nyaris kosong pada jam istirahat pertama. Kim Seungmin melipat lengannya di atas meja, menyimak cerita Hwang Hyunjin dan Han Jisung tentang tingkah mereka di kelas tadi. Bibirnya menarik garis lurus, diam-diam ia gatal ingin menoyor dua temannya ini.
Seungmin bukan siswa teladan, bukan manusia sempurna yang terlalu baik juga, tapi dibandingkan dua temannya ini sikapnya sudah jauh lebih dewasa. Lihat senyum lebar dan bangga di wajah Jisung ketika anak itu menceritakan kronologi perselisihannya dengan guru matematika dan bagaimana ia 'mengalahkan' pria itu. Kim Seungmin cuma geleng-geleng kepala.
Ini rahasia, Seungmin memang tidak setuju dengan kelakuan Jisung, tapi sebenarnya ia senang melihat anak itu begitu ceria dan bersemangat.
"Harusnya tadi kamu lihat mukanya Guru Choi. Pasti dia malu," kata Hyunjin pada Seungmin.
"Siapa suruh mengataiku bodoh dan tukang tidur. Aku nggak perlu merhatiin dia untuk ngerjain soal-soal itu," gerutu Jisung. "Aku kan udah pintar."
"Heh tapi dia kan tetap gurumu," tegur Seungmin, menerima ekspresi protes dan gumaman tidak setuju dari kedua temannya.
"Seungmin nggak asik banget."
Sudah biasa menerima komentar seperti itu baik dari Hyunjin maupun Jisung, Seungmin tidak memperpanjang argumen mereka. Ia juga tidak yakin ia mampu mengontrol dua bocah ini meskipun mereka masih duduk di kelas yang sama. Hyunjin dan Jisung masih mengolok-olok Guru Choi, melakukan reka ulang percakapan Jisung dengan pria lima puluh tahunan itu, diikuti derai tawa dan serangkaian tos. Seungmin yang sedang membereskan meja akhirnya tak tahan, melayangkan pukulan ke masing-masing kepala mereka dengan buku catatannya. Tawa mereka malah semakin keras.
Sisa waktu istirahat diisi ocehan Hyunjin, menceritakan seorang adik kelas cantik bernama Shin Ryujin yang menolak ajakannya makan es krim screw bar di minimarket dekat sekolah. Seungmin tidak bermaksud menjatuhkan sahabatnya, tapi ajakan kencan macam apa itu? Siapa yang mau cuma dijajani es krim screw bar di minimarket dekat sekolah pula. Nampaknya Jisung pun setuju, mendenguskan tawa mengejek di tengah-tengah cerita Hyunjin.
"Jangankan Shin Ryujin, aku aja nggak akan mau makan es screw bar sama kamu," komentar Jisung, melemparkan bola kertas kusut yang ia temukan di meja Seungmin ke wajah Hyunjin.
"Aku juga. Kayak nggak ada pilihan lain aja," Seungmin menambahkan.
Hyunjin tampak semakin dongkol, ia memungut bola kertas tadi dan melemparnya kembali ke arah Jisung dengan tenaga ekstra. "Ah bohong. Kalian mana pernah nolak makanan gratis."
KAMU SEDANG MEMBACA
of all the things left unsaid ✓
FanfictionSeungmin lost a friend, Jisung lost himself. sonnenblum © 2018