of all the things left unsaid:
"an aperture"
//
September, 2018.
Kim Seungmin menghabiskan liburan musim panas lalu sendirian di rumah, sementara Hyunjin dan Yeji pergi berlibur ke luar kota. Selama mereka pergi, Seungmin tidak tahu harus berbuat apa selain menemani kedua orang tuanya, sebab ia tidak begitu mengenal dekat teman-teman di sekolah.
Sebulan berlalu begitu saja tanpa ada hal yang menarik. Hyunjin dan Yeji mengiriminya kartu pos, membawa cerita-cerita menyenangkan tentang kegiatan liburan mereka, serta beberapa oleh-oleh. Seungmin bersyukur kedua temannya bersedia berbagi kebahagiaan mereka, walaupun jujur saja itu tidak cukup untuk mengisi lubang hampa di dalam dirinya.
Sejak insiden beberapa bulan lalu, ia tidak pernah menemui Han Jisung lagi. Sebagian karena Yeji dan Hyunjin yang terus menahannya, sebagian lagi karena ia sendiri tidak berani menemui si pemuda Han. Butuh waktu lama sampai wajahnya bersih dari lebam dan bekas luka gara-gara pengeroyokan tempo lalu. Mana tahu selanjutnya tubuhnya yang akan hancur jika ia mencoba mendekati Jisung lagi.
Mungkin ia bodoh, atau terlalu pemaaf, tapi ia masih merindukan Han Jisung.
Mereka tak pernah lagi berpapasan, hanya sekali waktu Seungmin melihat anak itu duduk sendirian di halte bus, atau melangkah gontai dari bangunan SMA Taewon dengan kepala tertunduk. Sebatas melihat dan memperhatikan dari jauh, Kim Seungmin hanya berani sebatas itu.
Begitu semester dua dimulai, Seungmin agak mengesampingkan urusan hatinya. Urusan sekolah semakin memusingkan, ujian CSAT yang hanya tinggal dua bulan lagi membuatnya harus belajar lebih giat.
Belum lagi ia juga harus berebut tiket kereta dengan siswa lain. Meski SMA di Cheongsan cuma ada dua, banyak yang akan pergi ke kota besar terdekat di mana CSAT akan dilaksanakan sebulan sebelumnya supaya tidak berebut. Seungmin pikir ia tidak perlu seekstrem itu, mungkin seminggu atau tiga hari sebelumnya sudah cukup.
Ia, Hyunjin dan Yeji rencananya akan pergi bersama. Bagaimana dengan Han Jisung, kira-kira anak itu peduli soal kuliah atau tidak? Seungmin tahu Jisung tidak suka belajar, tapi dia pasti punya mimpi juga, kan? Atau mungkin mimpi itu tidak melibatkan kegiatan akademis. Mungkin Jisung ingin melakukan sesuatu yang lain; bermusik, memasak, apa pun itu.
Mungkin Jisung ingin bahagia, sesederhana itu. Seungmin pun ingin melihatnya bahagia lagi; melihat kedua mata cokelatnya yang berbinar dan bibirnya yang melengkung senyuman serupa bulan sabit, mendengar tawanya yang seakan mengubah semua warna di dunia menjadi tajam dan terang.
Ia merindukan Han Jisung, dan bagian dari dirinya yang hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
of all the things left unsaid ✓
FanfictionSeungmin lost a friend, Jisung lost himself. sonnenblum © 2018