of all the things left unsaid:
"a turmoil"
warning: mention of abusive behavior
(also, do turn on the black background mode. just because.)//
Cheongsan, 2010Tongkat kayu adalah pendidik yang paling Han Jisung kenal lebih dari guru mana pun di muka bumi. Jisung kecil sudah tak lagi asing dengan perih yang ia rasakan kala tongkat kayu itu bertemu dengan kulit betisnya yang mulus.
Bulan-bulan pertama ia menangis meraung-raung. Dunia tidak adil. Ia hanya lupa mengerjakan PR sekali, mengapa harus diberi lima sabetan? Ia cuma main sebentar, lima menit, mengapa mendapat sepuluh sebagai ganjaran? Sekali waktu ia membantah, hukumannya ditambah dua kali lipat.
Sekarang ia melalui hukuman-hukuman itu seperti robot. Ia masih menangis setelahnya (ayolah usianya baru sepuluh tahun, walau ia agak terlalu maju untuk anak usia sepuluh tahun), tapi lama kelamaan ia terbiasa.
Semasa neneknya hidup, tongkat kayu itu adalah momok menakutkan bagi Jisung. Neneknya yang membawa metode pendisiplinan kuno itu ke dalam hidup Jisung. Wanita tua yang begitu mengintimidasi itu percaya, anak tidak boleh diberi kelonggaran atau mereka tidak akan tumbuh menjadi orang sukses.
Jisung tidak percaya itu. Jisung tidak percaya neneknya. Jisung tidak suka tongkat kayu itu. Jisung tidak suka dipukul, sakit. Jisung tidak suka neneknya.
Cheongsan, 2011
Luka terbaru di betis Jisung belum mengering ketika neneknya mengembuskan napas terakhir malam itu. Ayah dan ibunya berhamburan panik ke dalam kamar nenek. Ibu menangis, terdengar seperti jeritan pilu, suaranya hilang timbul dan disela batuk serta napas tersengal. Ayah sibuk menghubungi sanak keluarga untuk menyampaikan berita duka dengan suara bergetar.
Jisung, usia tepat sebelas tahun lebih sebulan, berdiri di depan pintu kamar neneknya dengan tatapan kosong. Wajahnya kering dari air mata, dari posisinya, ia hanya bisa melihat kaki sang nenek yang tergolek lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
of all the things left unsaid ✓
FanfictionSeungmin lost a friend, Jisung lost himself. sonnenblum © 2018