07

2.2K 435 63
                                    

of all the things left unsaid:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

of all the things left unsaid:

"an eclipse"

(do turn on the black background for every jisung episode :">)

//

Memasuki bulan Mei, udara di Cheongsan mulai menghangat sekian derajat. Hangat, bukan panas. Sisa-sisa embusan angin penghujung musim semi masih setia meniup pepohonan, namun awan hujan telah menumpahkan air matanya hingga kering. Zona ambigu di antara musim semi dan musim panas ini menjadikan Mei bulan favorit hampir semua orang di Cheongsan.

Termasuk Han Jisung dulu, kala kehangatan masih bagian dari nama tengahnya.

Sekarang bulan apa pun sama saja. Han Jisung tetap berada di bawah bayang gelap gerhana; dingin, menusuk, penuh amarah sehitam langit malam. Apa masih ada matahari untuknya? Jika ia melangkah keluar dari bayang-bayang hitam ini, apa masih ada bulan Mei yang hangat untuknya?

 Apa masih ada matahari untuknya? Jika ia melangkah keluar dari bayang-bayang hitam ini, apa masih ada bulan Mei yang hangat untuknya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ibunya berhenti bicara pada Jisung sejak awal tahun. Seakan anak adalah barang toko yang bisa dikembalikan jika tidak sesuai atau cacat, sang ibu menghapus eksistensinya dari dunia begitu saja. Keduanya menjadi sepasang orang asing yang tinggal di bawah satu atap, tanpa tegur sapa, tanpa makan malam bersama, tanpa senyum belaka.

Masa lalu adalah satu-satunya yang mengikat mereka, membelit ibu dan anak itu dengan rasa sakit yang terpendam dan terkubur dalam, mengakar dalam jiwa. Baik Jisung maupun sang ibu tidak mampu melepaskan rasa sakit itu, dan semakin hari, keduanya seolah semakin membusuk dari dalam.

Seperti biasa, pagi ini sebelum berangkat sekolah, Jisung menemukan wanita itu terlelap di sofa reyot yang teronggok di ruangan flat kecil mereka. Flat itu cuma memiliki satu kamar tidur, dapur kecil, dan kamar mandi, semua serba seadanya. Jisung sendiri agak terkejut ibunya membiarkan ia menempati satu-satunya kamar di flat itu dan memilih tidur di sofa.

Ibunya akan melakukan apa pun agar tidak berada dalam satu ruangan dengan Jisung, namun yang membuat anak itu heran adalah mengapa sang ibu tidak berbuat sebaliknya? Mengapa tidak memaksa Jisung tidur di sofa, lalu memakai kamar itu untuk dirinya sendiri?

of all the things left unsaid ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang