10. Lost

2 1 0
                                    

Zie menatap papan tulis dihadapannya dengan kosong. Dosen berkerudung hitam di hadapannya tak henti-hentinya memarahi zie ketika dia tidak memperhatikan pelajarannya.

"Zie pramudya! Kalau tidak mau belajar lebih baik kamu keluar dan tidak mengikuti pelajaran saya!" teriak ibu santi. Dosen yang terkenal cerewet dan lumayan killer itu membentak zie. Lagi.

Zie menatap malas dosen dihadapannya ini. Malas sekali jika harus berdebat lebih lama. Jadi zie memutuskan untuk keluar tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dan berhenti tepat dihadapan dosen yang bernama santi itu.

"Lain kali, gausah pake bentak bisa ga bu?" tanya zie dengan nada menantang. Teman-teman sekelasnya termasuk kekasihnya yang sudah lama tidak menyapanya bahkan mendekatinya pun menatap dengan heran kenapa zie menjadi lebih berani dari sebelum-sebelumnya?

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipinya. Bu santi menampar pipi zie dengan keras karena sifatnya sudah melebihi batas. Dia bahkan berani menantang dosennya di hadapan semua teman kelasnya. Zie yang tertampar pun mengeluarkan smirk nya dengan santai.

"Kenapa? Saya salah bicara seperti itu bu?" tanya zie lagi. Bahkan lebih menantang dari barusan. Teman sekelasnya hanya menganga melihat sifat zie yang berubah 180°drastis.

"keluar dari kelas dan jangan mengikuti pelajaran saya!" teriak bu santi. Zie masih tersenyum meremehkan. Dia mengeluarkan permen karet kesukaannya lalu memakannya. Sementara sampahnya di lempar tepat ke wajah dosen tersebut. Zie pun berjalan dengan santai ke arah pintu kelas lalu berjalan menuju rooftop. Tempat kesukaannya akhir-akhir ini.

Sampainya di lantai paling atas itu, zie memutar knop pintu lalu masuk kedalam dan duduk di sofa panjang yang sudah agak reyot. Dia menatap pemandangan indah di hadapannya dengan kosong. Entah kenapa banyak sekali pikiran yang terngiang-ngiang di otaknya. Seakan ada proyektor yang memutar setiap kejadian-kejadian yang dialami zie dimulai dari bertengkarnya zie dengan renal dan mulai dekatnya rafa dengannya.

Zie mengusap wajahnya dengan kasar dan menghela nafasnya kasar. Dia selalu tidak bisa mengontrol emosinya. Entah kenapa juga akhir-akhir ini dia lebih memilih menyendiri. Sekarang tidak ada teman. Tidak ada teman yang bisa menemani nya setiap waktu. Kayla tidak sekolah di universitas ini, dia pindah ke bogor dengan ibunya semenjak orangtuanya berpisah.

Tiba-tiba knop pintu terbuka. Menandakan ada yang masuk juga kedalam. Rafa. Lagi-lagi pria ini. Zie sedang muak dengan pria. Tidak ingin dekat dengan siapapun. Tapi sejak pertemuan pertama zie dan rafa, rafa selalu berusaha mendekati zie.

"Sendirian?" tanya rafa. Zie menoleh dengan wajah tak dapat diartikan lalu kembali menatap kosong ke depan.

"Gue tau lo pasti lagi banyak fikiran." tebak rafa. Zie lagi-lagi tidak menghiraukan rafa. Dia justru berdiri dan berjalan keluar menuju kantin. Berniat untuk membeli sebatang rokok yang akhir-akhir ini sering menemani hari-hari buruknya.

"Kemana?" tanya rafa. Zie tidak menoleh sama sekali dan langsung keluar.

°°°°

Tibanya zie di kantin, dia berjalan menuju kantin yang jauh dari kantin makanan, atau lebih tepatnya kantin tersembunyi milik bu irma yang menjual rokok.

"Bu sebatang, biasa." ucap zie. Bu irma pun mengangguk karena akhir-akhir ini zie sering kemari tanpa di ketahui siapapun. Bu irma pun memberikan sebatang rokok pada zie lalu zie membayarnya.

"Bir nya satu." pinta zie lagi. Bu irma hanya mengangguk lalu mengambilkan bir anggur untuk zie lalu zie membayarnya.

"Thank's bu." ucap zie. Lalu dia kembali ke rooftop. Berharap pria itu tak lagi ada disana.

ConfusedWhere stories live. Discover now