4. Dispute

2 1 1
                                    

Zie berjalan menuju koridor sekolahnya setelah turun dari motor renal. Zie membenarkan ikatan rambutnya yang agak longgar, dia juga membenarkan rok pendeknya yang agak melenceng.

Ketika sampai di kelas, zie mendapati seorang gibran sedang duduk di bangkunya. Gibran menyadari kedatangan zie, dan gibranpun menoleh. Sementara zie mencari keberadaan kayla, teman sebangkunya. Dan ternyata kayla tidak ada.

Zie melirik kearah gibran. Dia mengisyaratkan pada gibran untuk segera pergi dari kelasnya. Tapi, gibran masih tetap duduk dikursi zie. Dan terpaksa zie duduk di sebelah gibran.

"Gue mau ngomong sesuatu," ucap gibran saat zie sedang menaruh tasnya dan berjalan menuju pintu keluar.

"Ngomong aja," jawab zie singkat. Zie sebetulnya masih malas sekali untuk bertemu dengan gibran.

"Tapi gak disini," ucap gibran lagi.

"Terus?" tanya zie.

"Ikut gue," ucap gibran seraya menarik lengan zie. Oh, ralat. Mengenggam lengan zie menuju taman diarea belakang sekolah.
"Ngomong apasih? Klo gapenting banget mending gausah," ucap zie saat gibran melepas genggaman nya.

"Gue mau minta maaf," ucap gibran seraya menunduk.

"Maaf?" tanya zie aneh.

"Iya, gue tau lo kecewa sama gue, gue tau gue ini brengsek, gue tau itu, tapi gue ga maksud buat nyakitin lo. Dan soal lo liat gue ciuman sama rena itu bukan atas dasar kemauan gue, itu rena yang mau, gue gapernah mau sama sekali buat nyium dia. Megang tangannya aja ogah apalagi nyium, gue sayangnya cuman sama lo zie, gue mohon maafin gue," ucap gibran seraya meraih kedua lengan zie. Namun genggaman itu segera ditepis agak keras oleh zie.

"Kalo gue gapercaya?" tanya zie seraya melingkarkan tangannya.

"Gue mohon zie, gue emang sayang sama lo, rena cuman pengen bikin lo sama gue pisah," ucap gibran lagi. Zie hanya terdiam mendengar penuturan dari gibran. Sesungguhnya sebelum ini juga zie sedang menahan airmatanya mendengar penjelasan gibran. Gibran yang melihat zie hanya terpaku, segera meraih tubuh mungil zie dan memeluknya erat.

"Gue sayang sama lo zie, gue takut kehilangan lo, gue mohon," ucap gibran saat sedang memeluk zie. Setetes, dua tetes airmata zie pun keluar dia benar-benar tidak kuasa lagi menahan air mata nya. Zie memang masih sangat mencintai gibran, tapi hati zie sudah sangat robek dan tidak dapat bersatu lagi. Bahkan zie sempat tidak akan pernah mencintai seseorang lagi. Semenjak itu, zie menjadi perempuan yang tidak mudah tergoda oleh seorang pria. Zie menjadi orang yang sulit menyukai seseorang.

Tapi, tidak pada renal.

°°°°

Keesokan harinya, zie berangkat dengan malas kesekolah. Alasannya, pertama karena gibran. Kedua karena memang dia sedikit tidak enak badan. Ketiga, dia juga belum menyelesaikan tugas kimianya. Zie terus menggerutu dalam hati. Sungguh, dia ingin berbaring dengan nyaman di ranjang kesayangannya.

Saat zie sedang berjalan, sebuah motor yang familiar berhenti di samping zie. Oh, ralat. Lebih tepatnya adalah memelankan gasnya dan mencoba menyamai gerakan motornya dengan gerakan kaki zie. Zie menoleh pada orang yang tampak familiar dengan hoodie biru dengan motornya. Oh, tidak lupa juga helm yang terkesan seperti pembalap internasional. Zie pun menoleh pada orang yang sedang mengikutinya. Dan, itu renal.

"R-renal?" zie agak tergagap karena memang sekarang zie terkejut akan kedatangan renal dengan tiba-tiba di hadapannya.

"Naik," ajaknya pada zie dengan nada err... Dingin.

"Ngapain ngikutin gue?" bukannya menuruti perintah renal, zie justru bertanya pada renal. Renal tidak menanggapi.

"Naik cepet," ucap renal setelah menghela nafasnya. Dan, wow. Nada bicaranya sedikit memaksa. Zie menyadari bahwa dirinya sedang tidak dalam mood untuk berdebat. Jadi, zie segera naik ke atas motor renal. Renal yang merasa zie sudah siap dan duduk dengan baik di kursi joknya, segera menggas motornya dengan kecepatan standar.

ConfusedWhere stories live. Discover now