Aku senang dengan fakta bahwa Kenji selalu memberitahuku sekecil apapun permasalahan yang sedang Ia hadapi, siapa yang sedang naksir dia, dan segalah hal kecil yang menurutku tidak penting namun menjadi penting jika hal itu keluar dari mulut Kenji.
"Udah download Death note the movie belom ?" Kenji memalingkan wajahnya kearahku yang duduk di belakangnya.
"Kan baru keluar di bioskop." Aku menulis salinan catatan Matematika yang ku pinjam dari Mey tanpa melihat wajah Kenji.
"Ya kan biasanya udah ada." Kembali menghadap kedepan.
"Hal, gue boleh minta nomor lo ?" tiba-tiba saja seorang anak laki-laki berdiri disampingku yang sedang duduk dan sibuk mencatat. Anak itu tersenyum sambil memainkan alisnya yang tebal kemudian menyodorkan hpnya kepadaku.
Tentu aku kenal. Dia Radit teman sekelasku, salah satu anak paling populer juga disekolah ini. Aku memandangnya kemudian beralih melihat ke arah Mey, Awan dan juga Kenji. Mereka semua sama sepertiku, heran.
"Eh Radit bukannya lo pacaran sama Nisya ? ko godain Haha ?" Ucap Mey agak keras sehingga beberapa temanku memperhatikan kearah kami. Saat itu sedang tidak ada guru dikelas Seni Budaya.
Tapi ucapan Mey benar, Radit ini terakhir kali aku dengar sedang pacaran dengan Nisya. Teman sekelasku juga. Ku lihat kearah tempat duduk Nisya, sepertinya dia mendengar apa yang dikatakan oleh Mey tetapi memilih untuk pura-pura tidak mendengar dan sibuk menulis.
"Ngga ko udah lama putus. Tanya aja sama orangnya." Penjelasan singkat Radit membuatku berpikir 'terus kalo udah putus lo mau langsung cari pacar lagi gitu ?' dasar playboy cap kerupuk kaleng.
Singkat cerita ku beri dia nomor ku dan malamnya Radit langsung kirim sms kepadaku. Garing, bosan, relatif sekali, tidak menarik semua pesan yang Radit kirimkan kepadaku. Kenapa juga dia ingin tahu kalau aku sudah makan atau belum ? Aku sedang apa pun dia ingin tahu.
Beda sekali tidak seperti Kenji yang memulai percakapan dengan 'Coba lo liat saluran tv No. 7, lagi ngebahas 7 tempat paling berbahaya didunia. Kali aja salah satunya ada rumah lo haha.' atau 'Masa nilai Matematika gue lebih kecil dari pada punya Mey, ga mungkinkan ?'. Sibuk memikirkan Kenji sampai lupa aku sedang mengobrol dengan Radit.
Malam itu Kenji tidak mengirimiku pesan. Walaupun aku sering menunggunya, selama ini aku tak pernah mengiriminya pesan terlebih dahulu. Aku tidak mau dia tahu aku menaruh hati kepadanya.
Percakapanku dengan Radit diakhiri dengan pesan 'Night :*' darinya. Sudah ku duga dia terang-terangan ingin mendekatiku. Coba saja, kalau hatiku mau terbuka untukmu Radit.
~
Beberapa hari setelah kejadian Radit meminta nomorku, teman sekelasku yang lain yang bernama Ares juga meminta nomorku. Ares juga sama terkenal seperti Radit, bedanya Ares terkenal menjadi anak nakal dan cukup ditakuti.
"Minta aja sama Radit, dia udah punya nomor gue." Bukan tanpa alasan aku memberi jawaban seperti itu. Rasanya aneh saja dalam kurun waktu yang hampir bersamaan dua orang ini meminta nomor hpku. Seperti ada sesuatu yang mereka inginkan.
Karena mendapat respon buruk dariku, Ares lantas pergi dengan wajah yang berpura-pura sedih.
"Eh Ha, kayanya Radit suka sama lo tau." Mey berbicara berbisik tetapi masih bisa terdengar oleh Kenji, karena ku lihat Kenji kini memperhatikanku dan Mey.
"Apaan sih lo Mey ! males banget gue."
Lalu Mey bercerita tentang Radit. Ternyata Rumah Mey dan Rumah Radit itu masih satu kawasan. Dan kemarin mereka pulang bareng karena naik satu bus jurusan yang sama. Mey bilang Radit tanya ke Mey, aku punya pacar atau ngga, apa aku punya mantan di sekolah ini, cowo idaman aku kaya apa pokoknya semuanya tentang aku. Saat itu Kenji juga ikut mendengarkan cerita Mey.
KAMU SEDANG MEMBACA
OTW Move On!
RomancePernah tersakiti bukan berarti tidak bisa cinta lagi. Untuk orang yang pernah tersakiti, mendekati lubang yang sama saja tak ingin. Apalagi jatuh kembali kelubang itu ? Tapi buat Halia berbeda. Dia berfikir semua orang pasti berubah yang membuat dia...