Sudah bahagia?

99 1 0
                                    

Di kelas XI tidak terlalu berkesan sih. Dan ketika kenaikan kelas aku masuk 9 besar. Berarti aku ada kemajuan 5 langkah. Yesss.

Libur pun tiba aku dan sahabatku si Andini, Liana dan Adistya merencanakan liburan ke luar kota. Dan disana kami akan menginap di tempat tanteku. Tapi ternyata si Liana tidak dapat izin dari orang tua. Jadi kami memutuskan untuk pergi bertiga saja.

"Aku senang banget bisa liburan bareng gini sama kalian. Setelah melewati masa masa yg penuh dengan cobaan. Hahahahaha" ucap Andini sambil merangkul kami di bahu.

"Iya baru kali ini nih aku di bolehin ke luar kota sama teman" kata Adistya sambil tersenyum.

Aku senang bisa mengajak mereka liburan.

Dan tidak terasa liburan sebentar lagi selesai, kami pun pulang ke kampung lagi.

Lalu hari senin tiba waktunya bersekolah lagi. Hari ini tiba pembagian kelas lagi. Aku berharap tetap satu kelas dengan sahabatku. Lalu kertas pembagian kelas pun dibagi ternyata benar aku satu kelas lagi dengan sahabatku tapi hanya dengan Andini aku terpisah lagi dengan Liana dan Adistya. Ketika kulihat nama-nama yang dibawah ternyata aku satu kelas lagi dengan sahabatku si Melysa (teman sekelas ku waktu kelas X) aku senang sekali. Di kelas ini banyak teman baru yang belum terlalu ku kenal.

Dan kalian sudah tau kan aku orangnya cepat akrab jadi tidak sulit bagiku beradaptasi dengan teman baru.

Di kelas ini pun ada teman laki-laki yang mencoba mendekati aku. Selalu chattingan dengan aku setiap malam.

Ting!
Abdi~
"Selamat malam ky! :)"

Aku~
"Iya malam di. Ada apa?"

Abdi~
"Nggak papa. Kamu lagi apa? Udah makan?

Aku~
"Lagi santai aja duduk duduk. Sudah kok"

Dan setiap malam dia selalu chat aku seperti itu. Menanyakan hal-hal yang yahhh menurut aku sangat boring. Hal-hal yang tidak perlu di tanyakana seperti apa sudah makan, apa sudah mandi, lagi apa, blablabla. Itu obrolan sangat membosankan bagiku, apalagi itu terus berulang. Yahhh mungkin bagi sebagian orang itu merupakan perhatian, tapi bagiku tidak, karena aku tipe orang yang tidak suka basa-basi. Akhirnya aku bosen dan jarang ku balas itupun kalau ku balas dengan apa adanya saja.

Jujur sih ya waktu kelas X juga aku pernah naksir sama dia, dia lelaki pertama yang ku taksir saat masuk SMA. Tapi saat itu kami beda kelas dan nama dia Abdi Chandra.

Tapi aku tidak suka sama perlakuan dia sama aku kalau di kelas. Ya bagaimana tidak dia tidak pernah tuh ajak aku ngomong, paling cuma senyum. Tapi anehnya setiap malam selalu masuk notifikasi chat dari dia, dan isinya chat nya se olah-olah itu sudah sangat akrab. Padahal di dunia nyata berbanding terbalik. Tapi yang mengejutkan ada satu teman Abdi yang tau bahwa aku selalu chatting sama dia. Alhasil ketika disekolah.......

"Hei teman-teman kalian tau nggak di kelas ini diam-diam ada yang cinlok!" Ucap Ricky sambil teriak dan alhasil membuat semua mata tertuju sama Ricky. Aku kaget, tapi aku pura-pura tidak mendengar. Karena aku yakin yang dia maksud adalah aku dan Abdi.

"Hah siapa?" Sambung Yudi yang penasaran.

"Ini nih sama itu tuh" Dia melirik si Abdi dan lalu melirik ke arahku.

DEG! Dari sini aku tau si Ricky itu orangnya bocor banget. Dan aku langsung keluar mengajak Melysa dengan alasan ke toilet. Padahal aku mau menutupi muka ku yang merah karena malu. Awas kamu ya Ricky!

Setelah kejadian itu Abdi makin cuek setelah di ledekkin Ricky tentang cinlok itu . Tapi yakali aku memohon supaya dia nggak cuek. Lalu ku balas dong juga cuek sama dia dan juga nggak terlalu merespon dia lagi. Kadang chat dia cuma aku baca aja. Aku nggak suka sama orang yang di chat aktif tapi kenyataannya pasif. Aku lebih suka orang yang langsung to the point.

Setelah lama aku sudah nggak balas chat dia lagi. Kami tidak pernah chattingan lagi. Entah kenapa setelah putus dengan Bayu aku merasa tidak ada laki laki yang bisa membuka hatiku lagi. Banyak yang mencoba dekat tapi ya mau bagaimana, aku tidak tertarik maka tidak akan ku respon. Bukannya sok jual mahal. Aku nggak mau nanti kalo di respon dia anggap aku suka padahal enggak. Nanti ujung-ujungnya aku di bilang memberi harapan palsu.

Tapi bukan juga karena aku masih mencintai Bayu atau apa. Tapi entah kenapa aku merasa nggak tertarik lagi dengan cinta. Mungkin aku trauma. Tapi, nggak juga sih. Tau ah gelap. Hahahahaha

Aku pengen punya pacar, tapi setiap ada yang deketin aku risih. Gimana dong?

Setelah putus dengan Bayu kunci hatiku, ku buang jauh jauh. Dan sampai saat ini hanya ada yang bisa menemukan kunci itu, tapi tidak bisa membuka pintunya. Alhasil pintunya tetap terkunci dong.

Lalu sekarang aku dengan Abdi tidak pernah saling sapa lagi walaupun sekelas. Untungnya sih nggak ada dapat tugas satu kelompok. Kalau ada terpaksa deh saling sapa.

"Kamu nggak chattingan sama Abdi lagi?" Tanya Melysa saat kami makan di kantin.

"Nggak. Paling dia cuma nanya tugas atau masalah sekolah aja sekarang" Jawabku sambil makan ketoprak.

"Kenapa? Gara-gara ejekan Ricky semalam?" Sambung Andini.

"Mungkin! Tapi aku juga nggak terlalu berharap sih. Dia orangnya garing hahaha" entah kenapa aku tertawa.

"Dulu waktu kelas X kamu sempat naksir dia kan ky?" Tanya Melysa lagi sambil membuka bungkus kerupuk. Dia sangat suka makan kerupuk.

"Iya dulu. Sekarang sudah nggak tuh." Mereka berduapun tertawa.

Dan apakah aku sudah bahagia? Ya aku bahagia masih mempunyai teman yang setia. Dan apakah aku sudah mulai mencintai lagi? Hmmmmm mungkin tidak. Dan apakah aku sudah melupakan pahitnya cinta? Jawabannya tidak, tidak, tidak, atau lebih tepatnya belum ada yang bisa membuka pintu yang ku tutup dengan rapat ini.

Setelah dengan Bayu aku benar-benar belum ingin pacaran lagi. Nggak tau nanti atau besok mungkin. Kita lihat saja nanti, mungkin ada yang bisa membuatku jatuh cinta.

Cerita Cinta KyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang