[Leeteuk] - Missing You

949 16 0
                                    

"Wajahmu jelek sekali jika sedang merana seperti itu."
"Aku tidak merana."
"Kau tidak merana. Hanya saja kau merindukannya setengah mati."

------

Park Jung Soo [Leeteuk Super Junior]
Kang Hye Rin
Kang Hyo Rin

Happy reading and sorry for typo...

------

Seoul, 09 April 2013
15.35 KST

Lelaki itu menyibakan poni-nya yang sudah hampir menutupi mata indahnya. Rambut cokelatnya yang diikat setengah di belakang, ternyata tidak bisa membuat poninya ikut terikat, sehingga tangannya berkali-kali harus menyingkirkan poninya yang terus menerus turun agar tidak menutupi pandangannya.

Saat ini, lelaki berumur 30 tahun itu sedang asyik menulis sesuatu di dalam sebuah buku sehingga tidak menyadari kehadiranku yang tengah memperhatikannya tak jauh dari tempatnya duduk di salah satu kursi taman. Aku suka sekali memperhatikannya secara diam-diam seperti ini, karena dengan cara ini aku bisa melihat semua ekspresi wajahnya yang jarang sekali diperlihatkannya di depan orang banyak.

Sesekali dia akan terlihat berhenti menulis dan mengangguk pada orang-orang yang lewat di depan kursinya dan menyapanya. Selanjutnya dia akan terlihat menggigit-gigit pulpen yang dipakainya untuk menulis. Kadang dia akan terlihat sedang menatap langit sambil mengetuk-ngetukan pulpen yang dipegangnya ke kepalanya. Dan detik berikutnya, dia akan terlihat sedang menggembungkan kedua pipinya, lalu menghembuskan nafasnya perlahan—kebiasaan jeleknya bila sedang bosan atau kehilangan kata-kata.

Banyak yang bilang, dia malah menjadi semakin terlihat tua jika sedang melakukan kebiasaannya yang satu itu. Tapi entah kenapa di mataku dia malah akan kelihatan empat kali lebih imut dari biasanya bila sedang seperti itu. Entah aku yang terlalu aneh sehingga menganggapnya menarik atau aku yang terlalu menyukai semua yang dia lakukan, sehingga apapun yang dia lakukan akan terlihat keren di mataku. Tapi sepertinya, aku termasuk dua-duanya. Iya, kan?

Dan setelah beberapa lama kemudian, akhirnya dia menutup bukunya lalu mulai mengedarkan pandangannya seperti sedang mencari sesuatu. Saat pandangan kami tidak sengaja bertemu, wajahnya berubah cerah dan sebuah senyum lebar terlukis disana, sehingga membuat lesung pipinya terlihat sempurna menghias wajahnya.

Dia memang selalu tersenyum seperti itu kepada semua orang yang di kenalnya. Senyum yang akan membuatnya terlihat seperti malaikat dari pada seorang leader dari sebuah boyband beranggotakan tiga belas orang yang sedang naik daun belakangan ini. Tidak salah kalau semua fans-nya menjulukinya sebagai malaikat tanpa sayap, karena julukan itu sangat cocok sekali untuknya.

Dan tiba-tiba jantungku berdebar kencang saat melihat senyumnya, padahal ini bukan pertama kalinya aku melihatnya tersenyum. Aku pun segera membalas senyumnya dengan salah tingkah karena tidak bisa mengendalikan detak jantungku, membuat laki-laki itu tertawa tanpa suara. Tapi anehnya, tak ada satupun dari kami berdua yang berniat beranjak dari tempat kami masing-masing untuk saling mendekat. Lalu tak lama kemudian sebuah senyum manis lagi-lagi terukir di wajahnya dan kali ini aku juga membalasnya dengan tersenyum manis.

Sampai tiba-tiba seseorang menghalangi pandanganku dengannya dan berdiri tepat di hadapanku lalu membungkuk sehingga wajahnya berada tepat di depan wajahku.

"Hye Rin-a, kau sedang apa?" tanya seseorang itu yang membuat sosok lelaki itu tiba-tiba menghilang dari pandanganku digantikan oleh sosok seorang wanita yang wajahnya mirip sekali denganku. Aku mengerjapkan mataku, menatap dengan linglung ke sekitarku, menghela nafas dan langsung merasa kecewa saat menyadari apa yang terjadi padaku beberapa saat yang lalu hanya ada dalam bayanganku saja.

Lalu kemudian aku menatap orang yang telah seenaknya berdiri di hadapanku tadi dan membuyarkan semua bayangan indahku. Siapa lagi kalau bukan saudara kembarku yang paling menyebalkan, Kang Hyo Rin.

"Kau mengganggu saja," gerutuku tanpa sadar.

"Kau melamun lagi, eo?"

"Tidak."

"Aku tau kau pasti sedang melamunkan ahjussi itu kan?" tuduhnya sambil duduk di sebelahku dan ikut menatap sebuah kursi taman tempat biasa lelaki itu duduk, yang ternyata saat ini sedang kosong.

Aku memajukan bibirku mendengar kata-katanya. "Leeteuk Oppa bukan ahjussi."

"Kau benar-benar merindukannya, eo?"

"Menurutmu?"

"Jika kau sampai melamunkannya seperti ini, itu artinya saat ini kau sedang sangat-sangat-sangat merindukan kekasihmu itu," kata Hyo Rin sambil tersenyum lebar. "Tebakanku benar kan?"

Aku terdiam, sama sekali tidak berniat membalas perkataan gadis yang lahir lebih dulu lima menit dariku itu. Melihatku terdiam, Hyo Rin menghela nafasnya perlahan.

"Kau tau Hye Rin-a?" tanyanya tiba-tiba. "Wajahmu jelek sekali jika sedang merana seperti itu."

Aku menatapnya tajam dan semakin memajukan bibirku. "Aku tidak merana," bantahku.

"Kau tidak merana. Hanya saja kau merindukannya setengah mati," ucapnya lagi.

Dan lagi-lagi aku terdiam. Karena kali inipun ucapannya benar. Aku memang sedang sangat merindukan laki-laki itu saat ini, sehingga berharap dirinya ada di hadapanku dan tersenyum seperti dalam bayanganku tadi.

"Kau seharusnya tidak usah bersedih, Hye Rin-a. Karena aku yakin saat ini, kekasihmu itu juga pasti sedang merindukanmu," ucap Hyo Rin sambil tersenyum lalu memandang langit. Tapi tak lama kemudian dia kembali menatapku. "Lagipula di sini kan ada aku yang akan selalu menemanimu sebelum kekasihmu itu pulang dari wajib militernya tahun depan."

Aku mengangguk dan tersenyum. Entah kenapa setelah mendengar kata-katanya barusan hatiku merasa tenang dan nyaman. Saat ini aku merasa bahwa ternyata selama ini aku tidak sendirian.

"Hyo Rin-a," aku memanggilnya.

"Ya?"

"Terima kasih," ucapku tulus. "Terima kasih sudah mau menghiburku dan menemaniku."

"Aaah, tidak usah sungkan seperti itu. Karena mungkin nanti giliranmu yang harus menghiburku dan menemaniku, kalau aku sedang sangat merindukan Yesung Oppa yang juga akan berangkat wamil tahun ini," katanya.

Aku tersenyum kemudian mengangguk dengan pasti. Dia meraihku ke dalam pelukannya. Ah, baru kali ini aku menyadari di balik sikap menyebalkannya padaku selama ini, ternyata dia sangat memperdulikanku. "Terima kasih, Hyo Rin-a," bisikku.

Dan kami berdua sama-sama menatap langit.

"Yesung Oppa, jaga dirimu di sana eo? Aah, kau belum berangkat saja aku sudah mulai merindukanmu," gerutu Hyo Rin. "Bagaimana aku bisa melepasmu nanti, hah?"

Aku mendekap Hyo Rin semakin erat. "Leeteuk Oppa, cepat pulang. Aku merindukanmu," bisikku pelan.

----

From You For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang