PART 1 : A START

274 30 0
                                    

beberapa bulan sebelumnya

"Arraso, Eunayaaa. Jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja. Kau tidur duluan saja, nanti aku kabari kalau sudah dihotel. Tidak apa-apa, sungguh. nee.... Annyeong..." ujar Yerin berusaha menenangkan adik semata wayangnya. Sambungan terputus dan Yerin hendak memasukkan ponselnya kedalam tas hitamnya namun ponselnya berdering lagi.

Jessica Onnie calling...

"Yoboseyo... Eoh Onnie, apa kabar? Ah ne, aku dan Eunha masih di Tokyo. Tapi aku sedang ke Seoul ada beberapa seminar yang harus aku hadiri disini. Besok aku kembali ke Tokyo. Onnie apa kabar? Oh begitu. Iya, aku akan mengunjungi Onnie suatu hari nanti. Ne...." namun percakapan Yerin mendadak terinterupsi dengan suara erangan seseorang. "Arghhhh"

Yerin bergidik, kaget dan juga takut. Tapi dia juga penasaran, "Onnie, nanti aku telepon lagi. Ne, arraso." sambungan segera diputus. "Arghhhh" suara itu terdengar lagi. Dengan membulatkan keberaniannya, Yerin bergerak kearah lorong gelap tidak jauh dari stasiun yang dia tuju, kawasan Itaewon. berharap pendengarannya ini tidak salah. "Apa ada orang disana?" teriak Yerin.

Namun bukannya jawaban yang dia terima tapi suara erangan seseorang yang nampak kesakitan yang justru menyahut. "Arghhhh" Yerin bergegas, jalannya dipercepat dan begitu diujung gang sepi itu, tepat diantara tumpukan sampah, sebuah kaki terlihat. Yerin terperanjat dan serta merta membongkar paksa tumpukan kantong-kantong sampah.

"Arghhh" Seorang pria tengah menahan luka dibagian perutnya dan mengaduh kesakitan. "Astaga, apa yang terjadi apada anda? aku harus memanggil polisi." ujar Yerin dan hendak mengeluarkan ponselnya, "Kumohon jangan. Hubungi saja kakakku. Kumohon." ujar pria itu sembari merintih kembali.

"Tapi, anda terluka parah. Seseorang harus mencari pelakunya." ujar Yerin berkeras. Tapi pria itu menggeleng kuat, "Kumohon, telepon saja ke kakakku, Joshua Hong. Dia akan tahu apa yang harus dilakukan." ujarnya lagi. Yerin akhirnya menurut dan membantu pria itu mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya, lalu pria itu menggumamkan kode untuk membuka kunci ponselnya.

Yerin segera mencari sebuah nama dalam kontak milik pria itu, dan segera menekan tombol panggil. terdengar suara sambung, dan kemudian, "Selamat malam. Saya Yerin, saya menemukan pemilik ponsel ini sedang terluka. Ne, saya bisa menjaganya sementara, lamakah? karena lukanya parah, perutnya terkoyak dan dia nyaris kehabisan darah. Ah ne, di Itaewon. Umm saya rasa tidak jauh dari sebuah club deh, ahh ya benar. Namanya Shadow. Baik. Saya akan menunggu. cepatlah."

Yerin duduk menunggu sambil berusaha menahan pendaharan didepannya menggunakan blazernya. "Bertahanlah." desisnya. 15 menit kemudian sebuah mobil vellfire berhenti dan terbuka. Yerin terkejut melihat penampilan pria itu yang menggunakan setelan warna putih disertai dua orang lainnya yang mengenakan setelan yang sama. "Kau yang meneleponku?" tanyanya. Yerin spontan mengangguk.

Lalu dengan segera dua orang lainnya mengangkat tubuh pria yang terluka. "Terima kasih menjaga Jihoon, kurasa kau harus ikut dengan kami." ujar pria yang sudah pasti bernama Joshua.

"Ehhh??" yerin terkejut, "Kenapa saya harus ikut?" tanyanya. Laki-laki bernama Joshua itu nampak tersenyum, "Karena kau dalam bahaya, agassi."

***

"Kau yakin Josh?" seorang polisi berseragam dengan nama Kim Himchan menatap Joshua yang duduk menyilangkan kakinya.

"Tentu saja, Himchan. Tidak ada yang namanya tidak memiliki jejak. Ayolah, sudah berapa lama sih kita berdua bergelut di bidang yang sama. Kau dan satuan kerjamu mengejar komplotan geng pemasok senjata api dan aku bersama rekan-rekanku bergelut dibidang pasar gelap cukup lama. Ketika Jihoon terluka kemarin, sudah pasti ada kelompok yang memang mencium pengejaranmu. Dan Jihoonlah jejaknya. Tunggu sampai Jihoon sadar, nanti kau bisa menginterograsinya." ujar Joshua panjang lebar.

Himchan terdiam kemudian seorang wanita dengan seragam yang sama menghampirinya. "Kasusnya sama seperti tahun lalu, Himchan. Kelompok ini yang entah siapa, sudah jelas sebagai kelompok pemasok senjata api di pasar gelap. Pola yang sama dengan dulu B.A.P, tapi bedanya kelompok ini juga melukai siapa saja. Dan.."

"Ahrah, sudah. Aku mengerti. Terima kasih." ujar Himchan sambil menarik berkas yang dibawa Jung Ahrah. Joshua menatap keduanya, ekspresinya boleh tenang, tapi dalam dirinya Joshua benar-benar marah ketika menemukan Jihoon terluka. Sahabat dan juga saudara tirinya yang kemarin lalu ditemukan terluka karena bekas tusukan benda tajam benar-benar membuat Joshua murka. Karena itulah dia repot-repot datang ketempat Himchan.

"Himchan, kau harus segera membantuku, kita harus bergerak segera." ujar Joshua akhirnya. "Maksudmu?" tanya Himchan dengan kedua alis yang bertautan.

"Ckk... Sudah jelas ini perbuatan Shadow, Himchan." ujar Joshua.

"Tunggu, Joshua-ssi. Saya rasa bukan Shadow pelakunya. Mereka sudah lama terpantau dalam radar kita dan mereka.." kalimat Ahrah terpotong, "Kau tidak mengerti, Ahrah-ssi. Semua hanyalah kamuflase. Tusukan di perut kanan itu sudah menjadi ciri khas Shadow. Aku yakin, pasti ini dilakukan oleh Shadow."

"Josh, kita tidak mungkin melakukan penangkapan hanya modal pola tusukan. Kami perlu bukti yang lebih kuat." ujar Himchan akhirnya.

"Ckk.. mau bukti sebanyak apa lagi? kalian polisi memang kerjanya lambat." setelah berujar Joshua bangkit dari duduknya dan meninggalkan kantor Himchan. Bagi Joshua keluarganya adalah prioritas. Dan dia tidak akan membiarkan siapapun mengusiknya.

***

Joshua masuk kedalam rumah besar miliknya, "Josh, bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?"

Jeonghan menghela nafasnya, "Himchan kemungkinan akan lambat. Dan aku tidak akan membiarkan mereka mengejar kita lagi. Dan gadis yang kemarin, Apakah dia sudah kembali ke Tokyo, Jeonghan?" Joshua bertanya kepada kembarannya.

Jeonghan mengangguk, "Kita harus menyusun strategi. Sementara ini kita lihat pergerakan. Dan yah, gadis bernama Yerin itu sedang dalam perjalanan diantar Seokmin."

"Terima kasih, Jeonghan." ujar Joshua pada saudara kembarnya yang lebih suka menggunakan nama koreanya sementara Joshua lebih suka menggunakan nama internasionalnya. Sosok Jeonghan yang tidak jauh berbeda dengannya namun karena keduanya berasal dari sel telur yang berbeda membuat keduanya tidak selalu mirip. Jika Joshua menjadi cetak biru sang Ibu, maka Jeonghan adalah cetak biru sang ayah. Namun dari segi intelegensi, Joshua seolah tidak maau membaginya.

Joshua menguasai banyak hal dan cocok menjadi seorang leader, sementara Jeonghan lebih memilih sebagai pengamat dan pelaksana. Karena itulah Joshua yang mengurus sebagian besar warisan keluarga besar Hong, sementara Jeonghan lebih memilih bertindak sebagai "pembantu" setiap urusan Joshua.

 Karena itulah Joshua yang mengurus sebagian besar warisan keluarga besar Hong, sementara Jeonghan lebih memilih bertindak sebagai "pembantu" setiap urusan Joshua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika Joshua sosok yang berpotongan rapih, maka berkebalikannya Jeonghan agak sedikit berantakan. Jeonghan masih berkutat dengan tabletnya sementara Joshua mulai mengambil beberapa berkas laporan, sampai akhirnya suara Jeonghan mengusik ketenangan keduanya, "Shit! mereka memang mengincar Yerin, Josh! Seokmin melapor dia tengah dikejar Shadow."

Cukup satu kalimat itulah yang membuat Joshua segera bergerak dari posisinya semula, gadis yang sudah menyelamatkan Jihoon itu kini sama berharganya dengan Jihoon.

CHERRY BLOSSOMS IN WINTERWhere stories live. Discover now