Wonwoo baru saja turun dari kamar Yerin saat menemukan Mingyu sudah duduk diruang tengah bersama belasan kantong belanja yang diasumsikan dari Sowon. "Kapan kau datang?" sapa Wonwoo. Mingyu segera bangkit dari duduknya.
"Ah hyung, aku sudah mengambilkan pesananmu dari Sowon. Memangnya siapa yang ada disini?" tanya Mingyu. Wonwoo hanya diam dan mengambil belasan kantong belanja pesanannya untuk Yerin dan berjalan kembali kearah kamar Yerin. Meninggalkan tatapan bingung Mingyu, "Pacar baru?" gumam Mingyu dengan tanda tanya.
Wonwoo mengetuk pelan kamar Yerin, sebuah standar yang selalu dia lakukan sebelum masuk ke kamar seorang perempuan.
"Ne.." suara Yerin menyahut. Wonwoo masuk dan menemukan Yerin masih mengenakan kaos kuning milik Wonwoo dengan kepala yang dibungkus dengan handuk. Wonwoo menelan ludahnya melihat apa yang menjadi pemandangannya kini. Beberapa saat keduanya saling menatap sampai akhirnya Wonwoo yang berdeham kecil seolah membersihkan kerongkongannya. Yerinpun mengalihkan tatapannya dari Wonwoo kearah makanan diatas meja.
"Kau membuatnya?" tanya Yerin.
"Ya. Aku kehabisan sandwich. Jadi kau bisa makan ramen malam ini." Ujar Wonwoo.
"Wah baik sekali." Tukas Yerin dengan nada penuh sindiran. Wonwoo mengacuhkan kalimat Yerin dan meletakkan belasan kantong belanja diatas kasur. "Ini barang-barangmu selama disini. Aku meminta seseorang membalinya, dia saudari dari temanku. Jadi aku tidak tahu apakah semua akan cocok denganmu. Tapi gunakan dengan baik."
"Ah.. neee... terima kasih." Ujar Yerin masih dengan nada mengolok-olok. Wonwoo berbalik dan meninggalkan Yerin sendirian. Yerin menghela nafasnya. Dia tidak mengerti apa yang terjadi padanya bulanan terakhir. Semenjak malam dia menemukan Jihoon, kemudian dia pindah kerumah Joshua Hong bersaudara lalu tragedy dia nyaris mati bersama Hong Seokmin, belum lagi Eunha yang terpaksa harus kembali ke Seoul diluar rencananya karena merasa tidak aman. Hingga tragedy di taman bermain waktu itu yang disusul dengan kecelakaan Joshua. Kini Yerin harus menghadapi bahwa dirinya "diculik".
Dan jika menyimpulkan dari kalimat Wonwoo kemarin, keberadaannya disini semacam kartu penting dalam permainan. Yerin menduga laki-laki bernama Wonwoo ini adalah bagian dari gang Shadow yang selalu dibicarkan Joshua dan keluarganya. Namun Yerin masih belum tahu pasti dia dimana. Ponselnya sendiri berada ditangan Wonwoo jadi dia tidak bisa meminta bantuan. Dan yang lebih penting Yerin tidak tahu dimanakah dia berada saat ini.
Yerin menarik nafasnya mencoba berdamai dengan kejadian demi kejadian yang menimpanya. Ada rasa sesal dalam dirinya karena dia menolong Jihoon malam itu, tapi seandainya dia tidak menolong Jihoon, mungkin Jihoon tidak akan ada yang menolong dan dia tidak akan mengenal Joshua. Yerin kemudian menarik kursi dimana dimejanya sudah ada semangkuk ramen panas serta minuman es coklat. Dengan lahap Yerin makan. Tadi pagi Wonwoo hanya memberinya Sandwich yang dihangatkan.
"Bagimanapun, dia masih memikirkan kondisiku. Penculik yang baik." Ujarnya sebal sambil melirik belasan kantong belanjaan yang diletakkan Wonwoo.
***
Joshua melempar ipad yang diserahkan Jeonghan dengan penuh rasa marah. Dia benar-benar tidak percaya keempat saudaranya membiarkan Yerin diculik begitu saja, terlebih ternyata yang menculiknya adalah Jeon Wonwoo, yang sudah pasti mendapatkan arahan dari Seungcheol.
"Keluar!" ujar Joshua. Cukup satu kata itu membuat keempat saudaranya termasuk Eunha segera bergegas meninggalkan Joshua sendiri.
Joshua termenung. Selama dua hari dia koma akibat kecelakaan yang dialaminya. Dan masih ingat diingatannya, sosok pengemudi yang menabraknya sangat mirip dengan Vernon, Joshua tidak salah mengenali sepasang mata itu. Dan karena itulah rasa marahnya makin menjadi-jadi. Dia benci dipecundangi. Joshua meraih ponselnya yang retak akibat kecelakaan namun masih menyala dengan baik. Dicarinya sebuah nama. Dan ditekannya tombol panggil dalam layar sentuhnya.
Nada sambung terdengar dari ponsel Joshua dan tak lama seseorang mengangkat panggilannya. "Joshua Hong.." suara itu mengenali nomor ponselnya.
"Dimana dia, Seungcheol?" tukas Joshua tanpa basa-basi.
"Hahahaha... Seberapa penting dia bagimu Josh?" Joshua diam sesaat, kalimat Seungcheol terasa janggal. Kenapa rasanya ada potongan yang hilang? Apakah itu berarti Seungcheol tidak mengenali siapa yang dia bawa sekarang?
Sebelum menjawab Joshua menarik nafasnya, dia harus mengikuti permainan Seungcheol, "Seberapa penting? Bagaimana kalau aku jawab dia istriku?" ujar Joshua, terdengar suara tawa terbahak-bahak.
"Well, kalau dia memang istrimu, maka tentu saja kau akan melakukan semua usahamu untuk menemukan dia kan, Josh? Carilah sebisamu. Karena dia tidak akan bisa kau temukan. Dan sampai saatnya kau menemukannya, tentu saja dia hanya tinggal nama." Sambungan diputus sepihak. Amarah Joshua mendidih dan dia membanting ponselnya juga.
"Sialan!"
***
Yerin turun dari kamarnya karena dia ingin meletakkan bekas piring kotor. Wonwoo tidak melarangnya keluar kamar, dia hanya dilarang keluar dari rumah, jadi Yerin berasumsi jika hanya pergi ke dapur tentu bukan masalah yang besar. Yerin berjalan pelan menduga dimana letak dapur. Dan menemukan sebuah patio kecil, nampak seorang laki-laki yang jelas bukan Wonwoo.
Yerin menimbang-nimbang, bolehkah dia masuk atau tidak. Dan entah mengapa saat itu laki-laki itu berbalik. Kulitnya tidak terlalu putih dan bisa dibilang agak tan membuatnya nampak seksi. Wajahnya seperti anak anjing yang menggemaskan, meskipun ada guratan sisi tegas dalam perangainya. Tingginya bisa dibilang cukup tinggi untuk ukuran Yerin.
Laki-laki itu berdiri menatap Yerin dengan tatapan antara waspada juga penasaran. "Siapa?" tanya laki-laki itu. Yerin terdiam kikuk, "Ungg... aku.."
"Kau kenapa disini?" suara Wonwoo tiba-tiba muncul tepat dibelakang Yerin. Yerin agak terlonjak dan menoleh marah kearah Wonwoo. "Bisa tidak jangan muncul tiba-tiba begitu dibelakangku? kaget tau!" tegur Yerin dengan galak.
"Kau kenapa disini?" Wonwoo mengabaikan kalimat Yerin dan malah mengulangi pertanyaannya. Yerin mendengus kesal, "Mau mencuci mangkuk ramen." jawabnya. Wonwoo mengambil alih nampan berisi mangkuk ramen Yerin. Dan berjalan ke arah wastafel untuk mencuci
"Aku saja." Ujar Yerin berusaha mengejar Wonwoo.
"Kembali ke kamarmu." perintah Wonwoo. Yerin terdiam, "Tidak. Setidaknya biarkan aku berguna disini." ujar Yerin sambil mendorong halus Wonwoo dan mengambil sarung tangan untuk mencuci mangkuk bekas ramennya. Aksi yang diperhatikan baik oleh Mingyu maupun Wonwoo.
"Hyung, dia siapa?" tanya Mingyu berbisik. Wonwoo menoleh sekilas, "Dia misiku. Sudah sana ke depan. Jangan dekati dia." ujar Wonwoo pelan. drrttt drrttt. Ponsel Wonwoo bergetar menandakan ada panggilan. Wonwoo melirik nama si pemanggil sekilas, "Ne Hyung. Dia ada disini. Baiklah aku mengerti."
Yerin baru menyelesaikan aksi cuci piringnya. Kini dia berdiri dihadapan Wonwoo dengan kikuk. Wonwoo menyentuh lengan gadis itu, sentuhan yang membuat Yerin mendadak merasa merinding. "Jangan berkeliaran bila ada orang selain aku. Percayalah, mereka bisa melakukan apa saja padamu meski terlihat baik. Jangan bersikap baik pada siapapun. Tidak padaku, pada Mingyu yang kau temui tadi atau pada Vernon dan Seungcheol sekalipun." ujar Wonwoo pelan.
Yerin menatap sepasang mata Wonwoo yang nampak begitu perhatian padanya, "Kenapa kau peduli? kau yang membawaku kesini? bukankah itu berarti kau juga menginginkan aku mati seperti kelompokmu?" jawab Yerin dengan suara bergetar. Dia ingin menangis. Menangis karena terlibat dari semua omong kosong perang antar gang ini.
Wonwoo menarik nafasnya pelan, kemudian tangannya menepuk-nepuk kecil pundak Yerin, "Karena percaya atau tidak aku tidak ingin hal buruk terjadi lagi padamu. Aku ingin melindungimu."
YOU ARE READING
CHERRY BLOSSOMS IN WINTER
Fiksi PenggemarYerin mengusap air matanya sendiri, kemudian berlari memeluk pria yang menunggunya ditengah dinginnya musim dingin. "Kau bodoh!" ujar Yerin pada pria itu. Pria yang duduk nyaris membeku dibangku taman hiburan dimana mereka pertama kali bertemu itu t...