CHAPTER 3

314 15 1
                                    

SELAMAT MEMBACA


Aku memasuki rumah dengan berjalan lemas, aku menghampiri sofa panjang yang tersedia kemudian berbaring. Aku sangat lelah, mungkin karena berlari tadi.

Aku menatap langit-langit dengan berfikir keras. Bagaimana aku bisa membayar uang sebanyak itu dalam waktu sebulan, gajiku selama beberapa tahun pun tidak cukup untuk membayarnya. Aku menatap sekelilingku seperti mencari sesuatu, lebih tepatnya menatap keadaan rumahku yang kecil. Rumahku pun tak cukup untuk membayar uang sebanyak itu, jika pun aku menjual rumahku, aku akan tinggal dimana. Rumah ini adalah satu-satunya yang aku miliki sekarang.

Dirumah inilah aku tinggal setelah orang tuaku bangkrut dan meninggal dunia, tidak ada harta yang tersisa sedikit pun, semuanya habis karena kecerobohan ayahku sendiri. Dirumah inilah aku memulai hidup baruku tanpa orang tua, ini adalah rumah dari hasil tabunganku sebelum orang tuaku meninggal dunia, aku sangat beruntung saat itu karena aku masih memiliki tabungan yang cukup untuk membeli rumah ini.

"Sedang melamunkan apa Ele, kau mengabaikanku sejak tadi" ujar seseorang.

Aku bangun dan memposisikan tubuhku untuk duduk, aku menatap bingung orang yang berbicara tadi.

"Kau sudah pulang, kenapa cepat sekali?" ujarku pada Julian.

"Aku pulang cepat kau marah, pulang lama juga kau memarahiku, apa maumu Ele" ujar Julian kemudian duduk disampingku dan menyalakan televisi.

"Aku tidak marah, tapi tumben kau pulang cepat, ada apa dengan sekolahmu?" ujarku dan juga menatap televisi yang menayangkan siaran seputar dance.

Julian Maxwell, dia adik angkatku. Dia diangkat oleh orang tuaku ketika dia masih kecil karena kedua orang tuanya meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat. Julian berdarah Korea dan sedikit ada campuran Cina dalam dirinya. Orang tuanya bersahabat dengan orang tuaku sejak ayahku dan ayah Julian menjadi rekan kerja. Julian sekarang berumur 17 tahun, dia beda 5 tahun di bawahku.

Aku berumur 22 tahun, aku bekerja di café sebagai pelayan tiga tahun yang lalu. Aku hidup berdua bersama Julian setelah kedua orang tuaku meninggal, aku menjadi tulang punggung keluarga, aku harus menafkahi Julian dan juga diriku.

Tapi kurasa bukan hanya diriku dan juga Julian yang harus aku urus sekarang, aku telah terlilit hutang yang sangat banyak dengan pria dingin yang menjadi malaikat sekaligus iblis yang tadi menolongku dari para penjahat yang ingin melecehkanku, tapi dia tidak ikhlas menolongku dan aku harus membayarnya dengan jumlah uang yang sangat banyak. Astaga aku bisa gila jika memikirkan hutang sebanyak itu.

"Kau kenapa?" ujar Julian menyadarkanku dari lamunanku tentang pria dingin itu.

Aku menghela nafas kasar kemudian menatap Julian sambil tersenyum.

"Aku tidak apa-apa" ujarku pelan.

"Lalu kenapa kau terlihat sangat banyak pikiran" ujar Julian curiga dan menatapku lekat.

"Aku tidak apa-apa Julian, sungguh" ujarku menyakinkannya dengan senyuman manis milikku.

"Ok" ujarnya masih menatapku curiga tapi selang kemudian dia berdiri dari duduknya dan memakai tas ransel miliknya.

"Kau mau kemana?" ujarku padanya.

"Aku ada latihan dance sekarang" ujarnya menatapku datar. Apa semua laki-laki seperti tembok, sangat datar.

"Kalau begitu aku akan ikut" ujarku dan juga ikut berdiri.

"Untuk apa kau ikut?" ujarnya dan menyeritkan dahinya bingung.

"Aku tidak pernah melihatmu dance, jadi untuk kali ini aku akan ikut dan melihatmu yang menari seperti perempuan" ujarku tersenyum jahil.

"Dance tidak hanya untuk perempuan Ele, kau tau" ujar Julian dingin.

"Ok ok, tapi aku akan tetap ikut, aku ingin melihat seberapa hebat kau dalam melakukan Dance" ujarku dan menaik-turunkan kedua alisku jahil.

"Kalau begitu ayo jalan, nanti kita akan ketinggalan bus" ujarnya kemudian berjalan keluar dari rumah dan meninggalkanku.

"Tunggu aku diluar saja, aku akan siap-siap" ujarku sedikit keras kemudian berjalan cepat kekamarku yang berada di dekat kamar Julian.

Aku mengganti bajuku dengan cepat takut Julian mengamuk jika aku terlalu lama.

Setelah mengganti baju, aku memakai sepatu putih yang aku beli seminggu yang lalu, kemudian berjalan kearah cermin besar yang ada dikamarku dan menata rambutku yang kubiarkan terurai.

Setelah mengganti baju, aku memakai sepatu putih yang aku beli seminggu yang lalu, kemudian berjalan kearah cermin besar yang ada dikamarku dan menata rambutku yang kubiarkan terurai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kira-kira seperti itu. Anggap aja rambutnya agak bergelombang)

Aku berlari kecil keluar dari rumah kemudian aku berhenti di depan pintu untuk menguncinya. Setelah mengunci pintu aku berjalan kearah Julian yang menungguku di depan pagar.

Mungkin dengan melihat Julian latihan dance bisa membuat pikiranku tenang.






JANGAN LUPA VOMENT

MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN

HE'S A JERK BUT I LOVE HIM (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang