CHAPTER 11

240 6 0
                                    

SELAMAT MEMBACA


SEAN RICHARDS POV

"Hai kak Sean" sapa Hailey ketika aku baru keluar dari mobil.

"Hai My little queen, dan hai Julian" sapaku pada Hailey dan Julian.

"Apa Ele tidak ikut?" ujarku dan menatap Julian.

"Tadi dia ada disini tapi dia terlihat terburu-buru untuk pergi kesuatu tempat" balas Hailey menggantikan Julian berbicara.

"Kita harus bicara berdua" ujar Julian dingin dan menatapku serius. Ada apa dengannya?.

"Baiklah kalau begitu kau ikut denganku saja" ujarku.

"Tidak, aku akan menunggumu di café tempat Ele bekerja" ujarnya.

"Ok" balasku seadanya dan menatapnya bingung.

"Kalau begitu aku permisi, dahh Hailey" ujarnya kemudian menyapa Hailey.

"Dahh Julian sampai ketemu besok" balas Hailey sambil tersenyum kemudian Julian berjalan meninggalkan kami berdua.

"Ayo naik" ujarku pada Hailey kemudian aku masuk kedalam mobil dan duduk dijok kemudi.

Hailey duduk disampingku dan memasang sabuk pengamannya. Aku melajukan mobil dengan kecepatan rata-rata.

"Apa yang ingin kau bicarakan dengan Julian?" ujar Hailey.

Aku menatapnya singkat lalu kembali menatap jalanan didepan.

"Aku juga tidak tau" balasku.

"Lalu kapan kita akan jalan-jalan, tadi kita tidak jadi pergi karena kau bilang harus mengurus sesuatu" ujar Hailey terdengar lemas.

"Maafkan aku Hailey, mungkin kalau aku ada waktu, kita akan jalan-jalan bersama" ujarku menyesal karena memang tadi aku tidak menepati janji untuk jalan-jalan bersamanya .

"Ok" balasnya singkat.

Setelah sampai dirumah aku mengehentikan mobilku di depan gerbang rumahku yang menjulang tinggi atau lebih tepatnya rumah duluku karena sekarang aku tinggal di manison. Hailey melepas sabuk pengamannya kemudian hendak membuka pintu mobil tapi aku menahannya.

Hailey menatapku dengan tatapan datar, ternyata dia marah padaku.

"Maafkan aku, aku janji kalau ada waktu aku akan menemanimu jalan-jalan ok" ujarku dan tersenyum padanya.

"You promise" ujarnya.

"I promise" balasku dan tersenyum manis.

"Thanks brother, I love you"

"I love you to My little queen" ujarku kemudian mengecup keningnya lama.

"Aku bukan anak kecil lagi kak" ujar Hailey cemberut.

"Tapi menurutku kau akan selalu jadi ratu kecilku yang cantik" ujarku tersenyum manis pada Hailey.

"Ok tapi jangan memanggilku seperti itu didepan teman-temanku" ujar Hailey.

"Aku tidak berjanji Hailey" ujarku tersenyum jahil.

"Kakak" rengek Hailey.

"Baiklah kalau begitu aku akan menemui Julian dulu, kurasa dia akan membicarakan hal yang penting" ujarku dan menatap Hailey.

"Baiklah, dahhh kakak" ujar Hailey kemudian turun dari mobil dan masuk kedalam.

Aku kembali melajukan mobil menuju ke café yang dimaksud oleh Julian. Setelah sampai aku memarkirkan mobilku lalu masuk ke dalam café itu. Ketika masuk, aku melihat Julian duduk dikursi paling pojok dekat dengan kaca yang bisa memperlihatkan suasana yang berada diluar café. Aku menghampirinya dan duduk dihadapannya beberapa saat dan aku mulai membuka suara.

"Apa yang ingin kau bicarakan" ujarku.

"Aku tau kau sudah membeli café ini dan sekarang kau adalah pemilik café ini dan tidak seharusnya kau mengeluarkan Ele tanpa kesalahan apapun yang tidak dia ketahui sama sekali" ujarnya dan menatapku serius.

"Maafkan aku Julian, tapi aku hanya ingin agar aku bisa terus dekat dengan Ele, dan ini salah satu caranya dengan memecat dia dari pekerjaannya" ujarku.

"Kau tau apa yang aku takutkan" ujarnya serius. Aku hanya menatapnya dan menunggu kelanjutan apa yang ingin dia bicarakan.

"Aku takut dia kembali dengan pekerjaan sekaligus hobi lamanya" ujar Julian.

"Hobi lama?" ujarku bingung.

"Dia sering mengikuti balapan liar dan sekarang dia berada di markas tempat dia sering berkumpul bersama teman-temannya. Malam ini dia akan mengikuti balapan liar lagi untuk bisa mendapatkan uang yang cukup untuk kebutuhaku dan Ele sehari-hari" ujarnya.

"Aku takut jika dia seperti dulu, ketika dia kecelakaan dan mengalami koma selama 5 bulan. Dulu aku dan orang tuaku lebih tepatnya orang tua angkatku mengira Ele akan meninggal Karena benturan di dada kirinya sangat keras dan tepat mengarah pada jantungnya. Dan aku sangat bersyukur karena Tuhan memberi dia kesempatan hidup. Ayah melarangnnya untuk ikut balapan lagi namun dia kembali melakukannya setelah setahun kemudian orang tuaku meninggal dan juga bangkrut.

Dia ikut balapan agar mendapatkan uang dan bisa membeli rumah untuk kami berdua, dan setelah kami meendapatkan uang, kami membeli rumah yang aku tempati sekarang bersama Ele dan hidup berdua" ujar Julian dan menatap suasana diluar yang cukup ramai.

Aku termenung sesaat. Mengapa Ele memilih untuk mengikuki balapan liar?. Aku tidak habis pikir dengannya, dia wanita yang begitu kuat, aku kagum padanya. Tapi aku tak pernah melihat kendaraan mobil ataupun motor dirumahnya, lalu apa yang dia pakai untuk balapan?.

"Dia punya motor dan mobil dimarkasnya, dia mendapatkannya setelah menang taruhan sebelum dia dinyatakan koma selama 5 bulan" ujar Julian seakan tau apa yang aku pikirkan.

Aku baru teringat sesuatu, aku baru ingat ternyata Julian bisa membaca pkiran, pantas saja dia tau apa yang aku pikirkan.

"Aku ingin kau membantuku" ujar Julian.

"Aku akan membantumu apa?" balasku.

"Antar aku kemarkas Ele besok pagi" ujarnya.

"Memangnnya kau tau dimana tempatnya"

"Aku pernah menikutinya beberapa kali"

"Baiklah, besok jam delapan pagi aku akan menjemputmu dirumahmu" ujarku.

"Ok" balasnya singkat.

Aku menatap jalanan diluar café dengan tatapan kosong. Entah mengapa setelah mendengar penjelasan Julian aku merasa seperti aku memang harus terus menjaga Ele, ada sesuatu dalam diriku yang menarikku untuk menjadikan Ele milikku. Aku harap ini hanya perasaan sementara.








TERIMA KASIH UDAH MAU BACA CERITAKU

JANGAN LUPA VOMENT

MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN:)

HE'S A JERK BUT I LOVE HIM (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang