CHAPTER 9

242 9 0
                                    

SELAMAT MEMBACA


Aku membuka pintu café perlahan dan ketika masuk ternyata Mrs. Jena sudah ada di depan pintu, siapa yang dia tunggu?.

"Selamat pagi Mrs. Jena" sapaku ramah.

Mrs. Jena hanya menatapku datar sambil melipat kedua tangannya di depan dada, kenapa perasaanku jadi tidak enak begini.

"Keruangan saya sekarang!" pintahnya kemudian berbalik dan berjalan keruangannya.

Seketika jantungku berhenti berdetak, ada apa Mrs. Jena memanggilku?, aku harap apa yang aku pikirkan tidak terjadi.

Aku berjalan mengikutinya. Kami sampai diruangan Mrs. Jena, biarku jelaskan. Mrs. Jena ini adalah pemilik café tempatku bekerja, dan baru pertama kali ini aku melihat Mrs. Jena menatapku seperti tadi.

"Duduk!" aku mengikuti perintahnya dan duduk berhadapan dengannya.

"Kau tau mengapa kau di panggil kesini" ujar Mrs. Jena dingin dan tegas.

"Saya tidak tau" ujarku seadanya karena jantungku berdegub sangat kencang.

"Kau tau apa kesalahanmu sehingga kau di panggil kesini" ujarnya.

"Ti-tidak Mrs. Jena" jawabku gugup, aku sudah tebak pasti ini tentang kesalahanku karena terlambat.

"Kau sudah banyak mengambi cuti padahal jatah cutimu di tahun ini sudah habis dan ditambah hari ini kau juga datang terlambat satu jam, apa lagi alasan untuk keterlambatanmu kali ini" ujarnya.

"Ada sedikit masalah Mrs. Jena, tad-" ujarku terpotong.

"Kau dikeluarkan" ujarnya datar.

"Ap-apa, Mrs. Jena kumohon beri aku satu kali kes-"

"Sudah banyak kesempatan yang aku berikan padamu dan kau tetap mengulangi kesalahanmu itu" ujarnya.

"Mrs. Jena sa-"

"Keluar dari café saya!" pintahnya tegas.

"Tap-"

"Keluar Eleanor Maxwell" ujarnya geram.

Aku hanya menghela nafas kasar dan keluar dari ruangan Mrs. Jena, sekarang aku harus mencari pekerjaan baru, tapi dimana kau harus mencari kerja, tidak mudah mencari kerja jaman sekarang dan astaga bagaimana aku bisa membayar hutangku pada Sean, waktuku tinggal 29 hari lagi.

"Hai Ele" sapa seseorang.

"Hai Leila" jawabku kurang bersemangat. Leila ini temanku sejak bekerja di café ini tapi sekarang aku akan bepisah dengannya.

"Mengapa kau tampak murung seperti itu" ujarnya.

"Aku dikeluarkan" ujarku pelan.

"Apa!, kau dikeluarkan bagaimana bisa kau kan selalu baik dalam bekerja" ujarnya sedikit keras.

"Kata Mrs. Jena aku mengambil banyak cuti dan jatah cutiku sudah habis tahun ini" ujarku kemudian duduk dikursi berhadapan dengan Leila.

"Aku sudah bilang padamu waktu itu, jangan terlalu banyak mengambil cuti dan lihat sekarang kau dikeluarkan" ujarnya.

"Aku tidak bisa Leila, ada hal yang harus aku urus dan itu sangat penting" ujarku.

"Memangnya apa?, mengapa sangat penting bagimu" ujarnya.

"Maaf aku tak bisa memberi tahumu, ini sedikit... Rahasia" ujarku tersenyum padanya.

"Ya sudah, lalu setelah ini kau akan kerja dimana?" ujar Leila.

"Aku tidak tau" jawabku lemas.

Selang kemudian pintu café terbuka dan muncullah seorang pria yang memakai pakaian formal kemudian duduk tidak jauh dari pintu. Sean?, apa yang dia lakukan disini?.

"Tunggu ya Ele, ada pelanggan" ujar Leila kemudian berjalan kearah Sean.

Aku mengalihkan pandanganku dari pria dingin itu, jika dia melihatku, aku akan tambah malu ketika mengingat kejadian tadi.

Selang kemudian Leila datang dan memberitahu pesanan Sean pada koki di café ini. Setelah selesai Leila kembali mengantarkan pesanan Sean.

Jadi sekarang aku hanya tinggal dan duduk seperti orang bodoh disini.

"Ele" panggil Leila kemudian duduk kembali di kursinya.

"Mmm" balasku seadanya.

"Pria itu sangat tampan" ujar Leila sambil tersenyum dan melirik Sean yang duduk tidak jauh dari kami.

"Terserahmu saja Leila" ujarku malas sambil memutar kedua bola mataku kesal. Iya tampan tapi karena pria itu aku terlambat dan dikeluarkan dari pekerjaanku. Tapi bukan sepenuhnya kesalahan dia.

"Kau kenapa?, kau terlihat sangat membenci pria itu, memang kau mengenalnya?" ujar Leila.

"Tidak, aku tidak mengenalnya" ujarku datar.

"Lalu kenapa raut wajahmu seperti itu" ujar Leila menyelidik.

"Diamlah Leila, aku sangat pusing sekarang" ujarku kesal. Aku tidak suka jika dia membahas tentang Sean, memikirkannya saja sudah membuat kepalaku pusing.

Aku berdiri dari dudukku dan berjalan kearah pintu café. Tapi sebelum itu aku kembali menatap Leila.

"Aku pamit, mungkin ini terakhir kalinya kita bertemu" ujarku kemudian kembali berbalik dan berjalan kepintu café.

"Ele kau mau kemana?" ujar Leila.

"Pulang" ujarku sambil terus berjalan lalu keluar dari café.

Ini adalah terakhir kali aku menginjakkan kakiku disini.







TERIMA KASIH UDAH MAU BACA CERITAKU

JANGAN LUPA VOMENT

MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN

HE'S A JERK BUT I LOVE HIM (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang