Namaku Taylor Alison Swift. Aku beruntung karena masih memiliki kedua orang tua yang lengkap meskipun sebenarnya aku ingin memiliki saudara tapi, ya, aku anak tunggal. Aku tinggal di New York bersama Mom dan Dadku dan sepertinya aku akan segera berpisah dengan mereka. Why? Cause I'll go to London for some passion?Sejak kecil aku bercita cita menjadi seorang penyanyi, tapi aku tak cukup memiliki keberanian untuk tampil diatas panggung dan didepan banyak orang. Aku gila bukan? Mimpi menjadi penyanyi tapi tak berani show off di publik.
Apa kalian tidak penasaran untuk apa aku berniat pindah ke London? Tentu saja untuk memulai karirku. Sebagai seorang dokter.
Dokter?
Yang benar saya Tay, kau bercita cita menjadi seorang penyanyi tapi malah bekerja sebagai dokter. Biar ku jelaskan.
Sejak kecil orang tuaku memaksaku untuk menjadi seorang dokter. Dan karena itu aku tak pernah berani mengatakan pada mereka bahwa aku ingin menjadi seorang penyanyi, karena meskipun aku anak tunggal, aku tak pernah dimanjakan seperti anak tunggal yang lain. Aku selalu dituntut ini dan itu. Aku tertekan. Ya, ku akui. Tapi aku tak punya pilihan. Apapun yang membuat kedua orang tuaku bahagia itulah yang menjadi tujuan hidupku. Sampai saat ini hanya itulah yang menjadi semangatku untuk melangkahkan kakiku.
Diusiaku yang ke 29 ini aku berhasil meraih gelar sebagai dokter spesialis orthopedi, spesialisasi yang sangat jarang diminati oleh beberapa orang karena dirasa langka dan prospek kerja yang kurang menjanjikan. Tapi menurutku mereka salah, justru pada jaman seperti sekarang ini banyak orang yang memiliki masalah pada tulang, otot dan sendi mereka bahkan diusia yang masih dini. Jadi kupikir itu adalah peluang tersendiri untukku. Dan yang tak bisa kupercaya adalah aku mendapat tawaran bekerja di sebuah rumah sakit besar di London. Dan tidak ada alasanku untuk menolaknya mengingat aku ini masih fresh graduate dan butuh pengalaman yang nyata di dunia medis.
Percaya atau tidak kisah cintaku tidak jauh berbeda dengan kisah hidupku yang palsu?
Aku sudah sering menjalin hubungan dengan seseorang namun semuanya selalu berakhir dengan kata putus atau break. Aku tidak pernah merasakan bahagia seperti yang dirasakan para tokoh cerita di novel maupun film romance. Katakan aku berlebihan tapi aku hanya mencoba jujur.
Tapi bukan Taylor jika aku akan menyerah begitu saja, hey... bukan berarti aku akan mengencani banyak lelaki untuk mencari cinta sejatiku, tidak, tapi setidaknya aku takkan berlarut dalam kesedihan dan putus asa. Tapi, ah sudahlah aku sedang malas membahas tentang perasaan yang akan membuatku berakhir di bawah selimut untuk meratapinya.
Tidak. Seorang Taylor tidak pernah menangis. Di depan orang lain.
"Olif, kau sudah selesai berkemas? Penerbanganmu satu jam lagi cepatlah.". Teriak Mom dari depan.
Oh ya, Mom dan Dad biasa memanggilku Olif sejak kecil, mereka bilang itu singkatan dari nama panjangku, entahlah mengapa tidak memanggil Tay saja sih.
"Ah iya Mom, aku sudah selesai.". Balasku.
Kurapikan kembali bajuku dan menarik koperku keluar dari kamarku. Kamar yang akan kurindukan dengan sangat karena harus ku tinggalkan untuk beberapa tahun kedepan, mungkin?
°°°°°°°°
Heyho gengs, I'm back with my new story about HAYLOR!!Special w dedikasikan buat HOWOS SQUAD w yg request minta FF ttg Haylor, dah tuh utang w lunas yak wkwkwk...
Mampus lo sampe kaga Vomment!!
Buat yg lain Haylor shipper enjoy ya guys!! Maafkan segala typo dan kegajean ceritanya!!
Love M.
KAMU SEDANG MEMBACA
STYLE [HAYLOR]
FanfictionNamaku Taylor Alison Swift, aku seorang dokter yang bermimpi menjadi seorang penyanyi, dan aku mencintai salah satu pasienku. Aku terlalu naif untuk mengakuinya sehingga aku hanya bisa memendamnya. Entah sampai kapan?