Aku sedang mengepak beberapa barangku untuk kebutuhanku selama tinggal dirumah Harry.
Sementara. Ya, hanya dua minggu.
Oh astaga sanggupkah aku berada satu atap dengan pria temprament itu. Hanya sebentar melakukan terapi saja aku sudah sering diusir olehnya.
Apa Harry setuju dengan keputusan Mr. John yang memintaku tinggal disana?
Entahlah, untuk saat ini aku tak ingin memusingkannya. Lagipun aku melakukan ini juga karena permintaan Mr. John bukan.
Setelah siap semua aku langsung memasukkan barangku ke mobil dan berangkat ke hospital. Aku akan kerumah Harry setelah bekerja. Aku malas ketika harus berdebat dengannya pagi pagi. Si keriting itu, selalu saja memancing emosiku.
Bekerja menjadi seorang dokter memang melelahkan. Kita harus selalu tersenyum dan sabar menghadapi pasien. Tapi semua kelelahan itu seakan terbayar melihat senyuman mereka terhadap kepuasan pelayanan kita. Terlebih lagi jika kita bisa membantu mengurangi beban mereka. Tak ada manusia yang lebih baik selain bisa bermanfaat bagi orang lain.
Tidak. Tidak. Aku tidak mengasumsikan bahwa diriku ini manusia yang paling baik. Well, meskipun aku sangat menginginkan itu. Menjadi orang yang lebih baik.
Calvin tidak mengacauku seharian ini. Kemana dia. Mungkin dia sedang sibuk mengingat dia adalah senior disini. Apalagi Mr. John sedang off yang otomatis semua tanggung jawab akan dilimpahkan padanya. Baiklah aku takkan menganggunya dan sebaiknya aku pulang.
Pulang? Kemana? Kerumah Harry.Apakah itu bisa kusebut rumah. Oh ayolah Tay, jangan buat semuanya semakin rumit.
Sampainya dirumah Harry yang megah dan sepi ini aku langsung disambut oleh pelayan dan langsung diantar menuju kamarku. Sepertinya Mr. John sudah mempersiapkan semuanya.
"Jika dr. Swift lapar, kami sudah menyediakan makanan di meja dapur. Apa anda ingin saya ambilkan? ". Tanya pelayan ini dengan sopan.
"Oh ya, makasih. Akan kuambil sendiri nanti.". Dia mengangguk.
"Jika butuh sesuatu panggil saja kami. Saya permisi. Selamat beristirahat dr. Swift.".
"Ya. Eehhh tunggu.". Aku memanggil kembali pelayan itu. Diapun kembali berbalik.
"Ada yang bisa saya bantu dr.?".
"Apa Harry sudah makan?". Pertanyaan itu dengan sendiri nya keluar dari mulutku.
Untuk sesaat aku menyesalinya. Harry bukanlah anak kecil yang harus dikontrol pola makannya Tay, astaga.
"Sepertinya belum dr. Swift. Karena kami belum dipanggil untuk mengambil nampannya.".
Harry memang selalu makan didalam kamarnya.
Setelah mengganti baju aku langsung menuju ke kamar Harry. Say hay mungkin? Setidaknya ini kan rumahnya juga, aku harus permisi dulu dengan pemilik rumah ini jika akan tinggal disini bukan.
Kamar Harry terbuka sedikit. Ku intip dia sebelum mengetuk pintunya. Kulihat dia sedang menulis sesuatu di selembaran kertas. Kiranya apa itu? Aku sungguh penasaran.
Harry memutar mutar pen nya sambil memicingkan bibirnya lalu tersenyum sendiri lalu kembali menulis. Ia melakukan itu berulang kali. Astaga apa dia gila? Rasanya aku tak ingin menganggunya tapi melihat nampan nya yang masih penuh terisi makanan membuatku tergerak untuk memaksanya makan.
Tuk.. Tuk.. Tuk.. Tuk
Begitulah suara ketukan pintu dariku. Dan aku langsung masuk saja.
Kulihat Harry sama sekali tak terkejut dengan kedatanganku. Dia justru hanya menatapku sekilas lalu kembali fokus dengan tulisannya.
"Hai Harry. Bagaimana kabarmu?". Aku menghampirinya dan duduk di kursi samping kasurnya.
"Tak perlu basa basi. Untuk apa kamu kemari?". Uh, menyebalkan sekali dia.
"Emm apa kau sudah tau aku akan tinggal ....".
"Hanya dua minggu. Dan jangan berani macam macam selama disini.". Selanya. Jadi dia sudah tau. Tentu saja.
"Ya aku tau. Lagi pula ini semua... ".
"Aku tau kau dipaksa oleh Johnny bukan. Terserah apa yang menurutnya baik. Aku sudah tak peduli. Biarkan dia melakukannya sesuka hatinya.".
"Harry, kamu tidak boleh seperti itu. Dia sangat menyayangimu.".
"Pergi.". Usirnya.
"A...apa?".
"Kubilang pergi! Aku tak ingin diganggu.". Aku berdiri dan berniat pergi dari kamarnya.
"Tunggu.". Cegahnya. Tadi dia mengusirku dan sekarang memanggilku. Permainan macam apa ini.
Aku hanya menoleh.
"Ambil ini.". Dia menyerahkan tulisan yang sejak tadi ia pegang padaku.
"Apa ini?". Aku mengambil kertas itu dari tangannya.
"Jangan baca disini. Keluar dari kamarku sekarang juga.". Aku memutar bola mataku dan melipat kertas itu.
"Baiklah baiklah, tapi sebaiknya kau makan dulu makananmu Harry. Aku akan melaporkanmu pada Mr. John jika... ".
"Kupastikan makanan ini akan habis. Puas kau?". Aku terkekeh dan mengangguk.
Sepertinya Harry memang penurut. Hanya saja dia terlalu temprament dan suka hilang kendali.
Aku berjalan kembali ke kamarku. Tidak, maksudku kamar sementaraku disini. Aku duduk di single sofa yang ada ujung dan membuka lipatan kertas yang diberikan oleh Harry tadi.
Well tulisannya begitu rapi untuk ukuran seorang pria. Tulisannya besar sekali sampai memenuhi halaman kertasnya.
New Rules @HomeStyles
1. Dilarang membuat keributan.
Astaga apaan ini. Peraturan? Mr. John tidak pernah membahas tentang ini padaku, ini pasti inisiatif Harry sendiri. Dasar keriting tidak tau diri. Bukankah dia yang suka memancing keributan.
2. Dilarang mengganggu privasi atau menyentuh barang privasi Harry.
Fine.
3. Dilarang JATUH CINTA dengan Harry.
What? The stupid rules I ever seen.
Aku meremas remas kertas itu dan melemparnya ke sembarang arah. Apa maksud Harry menulis semua itu? Siapa juga yang akan jatuh cinta dengan pria labil macam dia. Dia pikir aku tidak bisa mencari lelaki yang lebih tampan darinya huh.
Aku melemparkan tubuhku dikasur dan memejamkan mataku paksa.
Oh ayolah. Kenapa aku tidak bisa tidur. Hanya karena peraturan bodoh itu? Oh shit. Kenapa harus ada manusia macam Harry di dunia ini.
"Tidak tidak tidak. Pergi pergi pergi. Hhaaahh! ". Aku kembali terduduk karena tak bisa berhenti memikirkan peraturan itu. Kenapa aku terus membayangkan seringaian wajah Harry padaku. Sial.
Baiklah aku memang tidak sedang mengantuk. Sebaiknya aku berjalan jalan saja berkeliling. Jika sudah lelah aku juga akan tidur dengan sendirinya.
Dengan piyama putihku aku berjalan keluar kamar dan mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Sepi. Sunyi. Mungkinkah semua orang sudah tidur?
Aku berjalan, entahlah kemana ini. Aku hanya membiarkan kemana kaki membawaku saja. Sampai aku mendengar suara gemercik air.
Uh. Kolam renang? Dengan taman yang hijau di sekitarnya, dan juga air mancur yang ada di kedua sisinya. How beautiful.
Bolehkah aku menikmati suasana disini? Sepertinya tak apa. Karena tidak ada peraturan dilarang ke kolam renang kan dikertas itu. Jadi aku memutuskan untuk duduk merilekskan tubuhku di kursi ayun ini.
Oh sangatlah nyaman. Aku melihat keatas. Atap yang terbuat dari bahan transparan itu membuatku bisa menatap kelangit dan melihat bintang bintang disana. Sangat indah. Sangat nyaman. Dan lama kelamaan akupun merasa mataku begitu berat dan akupun tertidur dikursi ayun ini.
##
Pada pengen gak dibuatin Harry Pov nya?
Vomment ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
STYLE [HAYLOR]
FanfictionNamaku Taylor Alison Swift, aku seorang dokter yang bermimpi menjadi seorang penyanyi, dan aku mencintai salah satu pasienku. Aku terlalu naif untuk mengakuinya sehingga aku hanya bisa memendamnya. Entah sampai kapan?