7...[Mr. Stone]

95 14 4
                                    

Author Pov

Taylor keluar dari kamar Harry dan langsung berjalan cepat menuju mobilnya. Jantungnya tak hentinya berdetak kencang. Ia langsung melajukan mobilnya menuju hospital.

Begitu sampai diruangannya, terdengar notif sebuah pesan masuk diponselnya.

From : 010294xxxx
Simpan nomorku!
~H

"Astaga, siapa dia? Pesannya terkesan memaksa. H? Apa mungkin Harry? atau dr. Harris?". Gumamnya. "Ah sudahlah lebih baik ku abaikan saja pesan tidak jelas ini.".

Dan Taylor pun kembali melanjutkan pekerjaannya.

Disisi lain Harry tengah gundah menunggu balasan dari Taylor. Ia berulang kali menatap layar ponselnya namun tak kunjung mendapat notif dari Taylor.

"Dia pikir dia siapa hah? Beraninya mengabaikan pesan dariku. Sial.".

Harry melempar ponselnya ke sembarang arah.

"MONIC! MONICA!". Teriak Harry pada salah seorang maid nya.

Dan tak lama kemudian yang dipanggil pun datang.

"Hamba tuan muda?".

"Berikan aku wine!". Perintahnya.

"T..tapi tuan. Anda tidak boleh ...".

"KAU TIDAK MENDENGAR PERINTAHKU? KAU SUDAH BOSAN BEKERJA DISINI?". Teriak Harry.

"Ti..tidak, ampun tuan. Baiklah akan saya ambilkan. Permisi tuan.".

Setelah itu Monica membawakan Harry dua botol wine beserta gelasnya. Sudah menjadi kebiasaan Harry untuk mabuk ketika pikirannya sedang kacau. Bahkan meskipun Johny sudah melarangnya ia sama sekali tak mengindahkannya. Tak ada yang menandingi kerasnya seorang Harry Styles.

Tak membutuhkan waktu lama, Harry pun pingsan karena meneguk habis semua wine nya. Ia mabuk. Ya, hanya karena pesannya yang tak dibalas oleh Taylor.

Akhirnya seorang maid menghubungi Johnny untuk mengabarkan tentang kondisi Harry. Tak sendiri, Johny pun pulang bersama Taylor. Entah mengapa setiap hal yang berhubungan Harry, Johnny akan melibatkan Taylor didalamnya. Meskipun ia sendiri adalah seorang dokter.

Tak lama kemudian Johnny Dan Taylor sampai dirumah keluarga Styles. Johnny bisa melihat raut wajah khawatir Taylor saat ini.

"Suhunya panas sekali, astaga.". Cemas Taylor ketika memegang kening Harry.

"Dia sudah terbiasa seperti ini dr. Swift. Setiap kali ia tertekan dan emosi.". Sahut Johnny.

"Tapi ini bisa berakibat fatal Mr. John. Kinerja ginjalnya akan melemah, dua botol wine sekali minum?".

"Segala macam cara sudah ku lakukan. Tapi itulah Harry. Dia akan selalu memaksa maid disini untuk menuruti kemauannya, ada maupun tak ada aku dirumah.". Jelas Johnny.

"Bahkan dia terlihat baik baik saja ketika kutinggalkan tadi. Sebenarnya ada apa denganmu Harry?".

Taylor menggenggam tangan Harry dan mengelusnya pelan.

"Eemmhh jangan, jangan pergi.". Gumam Harry seraya membawa tangan Taylor ke dadanya.

"E..eh?". Taylor melirik kearah Johnny dan ia menaikkan alisnya. "Apa dia sedang merindukan kekasihnya?". Tanyanya.

"Kurasa. Bisakah kau temani Harry dulu dr. Swift? Ada keperluan yang harus ku urus.". Taylor mengangguk dan kembali fokus pada Harry.

Entahlah, untuk kali ini aku yakin Harry tak sedang menggumamkan Carol, karena biasanya ia langsung menyebut nama Carolina setiap kali mengingatnya meski dalam keadaan tidak sadar. Apa mungkin Harry? Sepertinya keputusanku untuk memilih dr. Swift adalah yang terbaik.

STYLE [HAYLOR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang