Hilangnya Kisah

48 15 4
                                    

" Kisah tertinggi tentang dunia tak seimbang tentang kisah akhirat "







Fatimah berlari menuju ke tempat Ibu Imah yang ingin segera memberitahukan kepada Ibunya apa yang sedang dilakukan Ayahnya.

Ia berlari sambil menangis tersedu sedu.  Tak pernah ia kira jika Ayahnya berbuat seperti itu.

Di sisi lain Ayahnya mendengar suara menangis. Ketika Ayahnya pergi ke ruang tengah tidak ada siapa pun.  Tapi Ayahnya sangat yakin bahwa tangisan itu adalah suara Fatimah putri kesayangannya.

Ayahnya begitu panik, jika benar itu Anaknya sudah pasti Fatimah tau apa yang dia lakukan.  Ayahnya bergegas memanggil perempuan yang di kamarnya itu.

"Pulanglah kamu!" ucap Andri

"Baiklah.  Tapi, bagaimana jika..." ucap perempuan itu

"Tidak usah tapi!! Kau akan baik-baik saja. Segera pulang lah!" ucap Andri yang langsung memotong pembicaraan perempuan itu.  Mendengar itu, perempuan itu langsung pergi.

"Ibu ibu ibu?" ucap Fatimah dengan nada yang tinggi saat sudah berada di depan teras rumahnya Ibu Imah.  Dia terus memanggil Ibunya seraya mengatur nafasnya.

"Ada apa sayang? Kenapa kamu teriak teriak di depan rumah orang?" ucap Syifa yang langsung keluar rumah saat mendengar suara Fatimah  memanggilnya.

"Bunda..." ucap Fatimah sambil terisak

"Kenapa sayang? Apa yang membuat Putri kesayangan bunda menangis?" ucap syifa sambil  membelai lembut pucuk kepala Putrinya

"Bunda... Ayah itu..." ucap Fatimah yang saat ini air matanya tak bisa berhenti

"Ada apa dengan Ayah?" ucap Syifa dengan nada selembut mungkin agar Putrinya bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi pada Suaminya.

Fatimah kini mulai tenang.  Syifa mendengarkan penjelasan Putrinya tanpa memotong pembicaraan sedikit pun. Tanpa dibendung lagi air mata Syifa pun jatuh.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat dan mendengar percakapan mereka.

"Apa? Benarkah? Itu tidak mungkin Fatimah. Ayahmu tidak mungkin seperti itu." ucap Ibu Imah yang sadari tadi mendengar percakapan Syifa dan Putrinya, langsung menuju ke depan teras rumahnya.

"Tapi Fatimah melihat sendiri bu." ucap Fatimah yang masih tersedu sedu

"Jika memang benar, kalian harus minta penjelasan dari Andri! Kalian jangan suudzon  dulu." ucap Ibu Imah seraya menenangkan Syifa dan Fatimah.

Ibu Imah memang dikenal baik dengan keluarga Andri.  Ibu Imah sudah seperti Ibunya Syifa dan seperti Neneknya Fatimah. Walaupun Ibu Imah tidak memiki hubungan darah kepada keluarga Fatimah, namun Ibu Imah siap membantu keluarga Andri saat sedang kesusahan.

"Mas mas Andri?" Panggil Syifa saat memasuki rumahnya.

"Iya ada apa sayang? Kenapa teriak teriak?" Tanya Andri kepada Istrinya.  Dalam hatinya Andri takut jika Istrinya tau apa yang ia perbuat.

"Apa kau benar berbuat demikian mas..." ucapan Syifa sedikit terisak.

"Berbuat apa sayang? Tolong jelaskan dengan tenang!" ucap Andri seraya menuntun Istrinya untuk duduk  ke dalam rumah agar tenang.

"Apa benar Andri kamu melakukan perbuatan yang diharamkan dengan wanita lain selain dengan Istrimu? Dan apa kamu juga memiliki hubungan dengan wanita lain?" ucap Ibu Imah yang sudah tak tahan ingin mempertanyakan apa yang ada di pikirannya saat ini.

"Maksud Ibu apa? Tidak mungkin saya melakukan itu bu?" ucap Andri sedikit gugup saat Ibu Imah mempertanyakan soal itu.

"Apa kamu tidak bohong? Di hadapan Istri dan Anakmu ini?" ucap Imah.

"Ada apa Ayah? kenapa Bunda sama kak Fatimah menangis?" ucap Umar yang baru saja pulang ke rumah dari sekolah.

"Kakak tadi lihat Ayah sedang melakukan hubungan intim dengan perempuan lain Umar." ucap Fatimah kepada sang adik.

"Jaga mulut kamu Fatimah! Apa yang kamu tuduhkan kepada Ayahmu ini tidaklah benar!" ucap Andri dengan nada tinggi saat Putrinya berbicara seperti itu.







Semoga ceritanya tidak membosankan
Jika ada kata-kata yang kasar atau perbuatan yang tak pantas tolong jangan di tiru !! Oke
.
.
.
.
.
.
Tulislah
Kritik dan saran ya

Jalan Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang