Sisi Yang Lain (1)

21 10 0
                                    

" Kunci kehidupan adalah bersyukur, sabar dan ikhlas "







"Maksudnya apa sayang? kamu batalkan pernikahannya?"

"Aku nggak membuat pernikahan ini batal Zak, cuma aku sekarang nggak ada di rumah"

"Sama saja. Hari ini aku pulang ke Indonesia jadi kamu harus segera pulang!"

"Nggak bisa gitu dong Zak. Kamu nggak boleh egois. Waktu itu kamu bilang nggak mau cepat nikah nah sekarang ini kamu ingin cepat nikah"

"Kan kamu tau Sis, aku sedang bekerja. Kamu juga harus ngertiin aku dong"

"Terserah kamu Zak, aku capek butuh refreshing di sini.  Siapa suruh kamu mendadak lamar aku.  Aku kan lagi banyak pekerjaan"

*brakkk

"Apa kamu tidak lihat? aku sedang berdiri di sini!!!"

"Maaf"

"Ya!"

"Ada apa Zak?"

"Nggak ada apa-apa, jadi gimana kamu mau pulang sekarang kan?"

"Nggak bisa Zaka. Udah lah aku cuman 2 minggu di sini jadi jangan khawatir"

"Ingat! cuman 2 minggu!"

"Iya iya, Makasih sayang. Love you"

"Love you to"

Zaka Aditama Putra.  Seorang pebisnis restoran yang lumayan besar di luar negeri.  Saat ini ia baru saja pulang dari Singapura ke Indonesia untuk menikah dengan kekasihnya yang sudah lama menjalin hubungan dengan Siska saat di bangku kuliah.  Zaka dan Siska berbeda fakultas, jadi setelah lulus dari bangku perkuliahan mereka disibukan dengan profesi masing-masing.  Dulu saat Zaka dan Siska baru saja lulus, Siska ingin sekali Zaka menikahinya. Namun, Zaka tidak bisa karena ia belum mendapatkan pekerjaan.

"Zak? Menikahlah denganku saat kita sudah sarjana" pinta Siska dengan manja.

"Nanti saja Sis, aku belum punya pekerjaan. Nanti kalau kita nikah anak kita mau makan apa?" balas Zaka

"Ya makan nasi dong Zak. Nanti setelah nikah kamu langsung kerja di tempat Papa aku"

"Nggak bisa Sis, aku pengen bekerja bukan karena Papa kamu Sis"

"Lah.. terus kapan kita nikahnya?"

"Sabar sayang, nanti aku kerja buat pernikahan kita ya" pinta Zaka agar Siska tidak merajuk.

"Iya iya"

Saat teringat itu Zaka juga ingin sekali menikahi Siska.  Namun, karena faktor ekonomi keluarganya ia tidak bisa menikah. Siska memang dari keluarga terpandang semua keinginan Siska pasti sudah terpenuhi.  Sedangkan dirinya tidak ada apa-apa nya dengan keluarga Siska. Siska bukan orang yang materialis, dia juga memiliki hati yang baik. Maka dari itu Zaka  sangat mencintai Siska.

"Ini gimana cara jelaskan sama Umi.  Umi pasti sangat kecewa jika pernikahan ini tidak jadi dilaksanakan, padahal Siska tau kalau tanggal pernikahannya besok pagi." batin Zaka

"Apa aku harus berbohong sama Umi.  Ah jangan, sudah pasti Umi akan tau jika aku bohong.  Argh.. ini membuatku pusing." lanjut Zaka dalam hati

"Zak?" tanya Bang Fahri

"Zaka?" lanjut Bang Fahri

"Eh, Bang Fahri. Ada apa Bang?" balas Zaka tersenyum kaget yang sedari tadi melamun

"Udah pulang dari Singapura ya Zak?" tanya Bang Fahri

"Eh, iya baru aja Bang" balas Zaka

"Abang kok ada di sini?" lanjut Zaka

"Iya Zak, habis belanja dari mini market"

"Oh"

"Gimana keadaan kamu Zak?"

"Alhamdulillah, baik Bang. Abang gimana?"

"Alhamdulillah baik juga Zak, gimana usaha kamu sekarang Zak?"

"Baik Bang, lancar"

"Yaudah, Zak. Aku pulang dulu ya"

"Iya Bang"

Fahri senior Zaka saat masih dibangku kuliah.  Dia dan Fahri dulu satu organisasi. Dulu ia dekat dengan Fahri namun setelah Fahri lulus, ia dan Fahri jarang sekali ketemu. Jikalau ketemu hanya tegur sapa seperti saat ini.

Zaka langsung pergi ke rumahnya. Dia sedang menikmati keindahan desa ini.  Dulu desa ini belum terlalu ramai.  Zaka sangat merindukan suasana desa ini.   Sejuk saat pagi, adem saat siang serta kalau malam sudah pasti dingin.  Ia teringat saat waktu masih kecil merengek minta gulali ke Uminya, namun karena Umi tidak punya uang untuk membelikan gulali ia  terus menerus menangis.  Pada saat itu juga ada seorang anak perempuan yang cantik memberikan sepotong gulali untuknya.

"Sekarang di mana perempuan itu ya?" batin Zaka

Zaka melihat rumahnya dari kejauhan masih terlihat seperti dulu, cuma berbeda sedikit akibat direnovasi. Dulu Zaka adalah orang yang tidak mampu di desanya.  Jujur ia akan menangis jika mengingat kembali masa lalunya. 

"Assalamualaikum"

"Assalamualaikum Umi? Zaka pulang"

"Waalaikumsalam, Zaka.  Zaka muka kamu kenapa kusut gitu?"

"Iya Umi, Zaka mau ngomong sebentar sama Umi boleh?"

"Boleh, tapi mandi dulu sana! bau kecut"

"Iya iya Umi ku sayang"

Setelah 20 menit, Zaka sudah berada di ruang tengah.

"Umi, Zaka mau ngomong sebentar sana Umi"

"Mau ngomong apa? tumben kamu serius gitu"

"Umi, Pernikahannya di undur dua minggu ya Umi"

"Maksud kamu apa Zak? Umi udah persiapkan banyak buat pernikahan kamu"

"Umi dengarkan Zaka ngomong dulu"

"Siska lagi refreshing dua minggu kedepannya. Soalnya waktu itu aku terlalu mendadak melamar Siska, Siska memang sibuk saat ini. Jadi Umi, Zaka minta maaf ya" lanjut Zaka

"Umi udah masak banyak lho Zak. Tadi pagi juga dibantu sama Syifa"

"Umi kok malah masalah masakan sih. Siapa juga yang mau diundur pernikahannya"

"Makanya Umikan sudah bilang sama kamu, kalau Umi punya calon buat kamu yang lebih baik dari Siska"

"Ya enggak mau dong, masa Zaka dijodohkan sama calon Umi yang bukan Zaka cintai. Kan yang jalani Zaka, Umi" balas Zaka dengan lemah lembut

"Yaudah Umi nggak maksa kamu Zak"

"Makasih Umi"

Zaka adalah anak dari Ibu Imah. Ibu Imah adalah perempuan yang sangat disayangi oleh Zaka setelah Siska.





Maafkan sebelumnya lama update, dikarenakan lagi banyak tugas.
Terima kasih atas pembaca setia.
.
Mohon vote ya ❤ ❤
.
.
.
.
Tulislah
Kritik dan saran kalian ya

Jalan Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang