Kursi Yang Reyot

75 19 15
                                    

" Luruskan hati dengan niat dan ingatlah niat yang baik pasti berbuah hasil yang baik "








Fatimah Assyakira, nama yang indah diberikan dari Bapaknya. Setelah lulus dari kuliah Fatimah saat ini sedang mencari pekerjaan.  Mencari pekerjaan sekarang ini memang sangatlah sulit.  Dibekali dengan ilmu memasak Fatimah sangat ingin membuka kafe, namun keinginannya terkubur sudah. Fatimah tidak memiliki uang untuk mendirikan kafe tersebut.

Saat ini Fatimah sedang bergegas pulang, karena ada berkas lamaran pekerjaan yang ia tinggalkan di rumah. Maklum karena rumahnya itu jauh jadi dia harus mencari jalan pintas untuk menuju rumahnya itu.

Saat itu ia sedang menyusuri trotoar. Banyak sekali orang berlalu lalang di jalanan dan saat itu juga Fatimah yang sedang terburu-buru, tiba-tiba

*brakkk Fatimah tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang kini menatapnya dengan sinis.

"Apa kau tidak lihat? Aku sedang berdiri di sini!!!" Ucap laki-laki itu dengan sedikit nada membentak.

"Maaf..." balas Fatimah dengan nada lirih.

"ya!" ucap laki-laki itu kemudian pergi.

"Untung cantik" batin laki-laki itu.

Walaupun sedikit sakit di hatinya Fatimah tidak menggubris perkataan laki-laki tadi. Ia sudah terbiasa mendengar kata-kata seperti itu bahkan ada yang lebih kasar lagi.

Dia hampir lupa kalau saat ini bukan saatnya untuk memikirkan laki-laki tadi, tapi ia harus bergegas pulang ke rumah.

Dari jauh rumahnya sudah terlihat. Bahkan semua orang juga tau kalau itu rumahnya Fatimah si anak pengusaha yang sedang gulung tikar. Karena perusahaan yang diemban ayahnya Andri, ditipu oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Yang sampai saat ini belum tau siapa pelakunya.

Namun, semua orang juga tau kalau Fatimah memiliki hati yang baik. Sungguh jika laki-laki memandangnya akan langsung menaruh hati kepada Fatimah.

Berbeda dengan Fatimah, kini ia tidak bisa memikirkan laki-laki karena ia tau sekarang kondisi keluarganya sangat memprihatinkan.

Dia berjalan dengan hati-hati, karena jalannya sekarang ini sangat licin. Tadi malam memang hujan deras bahkan air hujan hampir saja masuk ke rumahnya. Namun, itu yang membuat pagi ini terasa sejuk.

Dalam hatinya ia sangat bersyukur kepada Allah karena ia masih bisa merasakan nikmatnya menghirup udara segar pada pagi ini.

"Alhamdulillah, sampai rumah"  ucap Fatimah seraya mengatur nafasnya karena ia berjalan terlalu cepat. Ia kini sudah sampai di rumah. Ia membuka pintu rumahnya yang terbuat dari kayu yang kini sudah mulai rapuh bahkan jika dibuka akan membuat bunyi decitan yang pelan.

"Assalamualaikum" ucap Fatimah saat membuka pintu rumahnya.

Fatimah tau kalau rumahnya sepi karena Ibunya sedang pergi ke Ibu Imah untuk membuat makanan yang anaknya sebentar lagi akan segera menikah besok pagi. Adiknya Umar sedang sekolah, Sedangkan ayahnya kalau pagi seperti ini dia harus mencari uang.

Walaupun ayahnya kerja serabutan, namun ayahnya tidak kenal lelah maka dari itu Fatimah sangat menyayangi ayahnya itu.


Namun...

Deggg jantungnya seperti berhenti. Saat Fatimah menuju ke ruang dapur, ia tidak sengaja melihat kamar Ibunya yang terbuka.

"Ayah?" Batin Fatimah saat melihat ayahnya di kamar Ibunya. Bukan itu yang ia kagetkan tapi apa yang ia lihat saat ini.

Dia melihat begitu jelas bagaimana Bapaknya melakukan perbuatan yang diharamkan dengan wanita lain. Fatimah sangat marah saat melihat itu.

Tentu saja bagaimana tidak Bapak yang dia kira selama ini menjadi panutan dalam keluarganya melakukan sesuatu yang diharamkan oleh Allah.

Ingin Fatimah teriak tapi mulutnya membisu. Entah kenapa hati ingin memberontak tapi tubuhnya diam seketika.











Sebelumnya saya ingin meminta maaf kepada pembaca. Pada part ini saya perbaiki karena ada kalimat yang salah pada bagian paragraf pertama. Ada sedikit perubahan. Tapi tidak merubah alur cerita. Terima kasih.

Maaf ini langsung konflik
Semoga nggak bosan ya
.
.
.
.
.
.


.
.
.

Terimakasih yang sudah baca

Tulislah
Kritik dan saran kalian ya

Jalan Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang