Prolog

89 16 3
                                    

Petikan senar gitar terdengar diikuti sebuah suara yang mengalun lembut.

Benarkah rasa tak terungkap adalah sebuah rahasia.

Semua yang berada di ruang musik terkesiap. Pasalnya ini pertama kalinya bagi mereka mendengar gadis tersebut menyanyi.

Araina Adiya Sesa. Gadis itu berusaha menghayati lagu yang dinyanyikannya. Tak mempedulikan bagaimana tanggapan orang-orang, dia mengusahakan agar suaranya tidak bergetar. Memang awalnya gugup, tapi peduli apa dia, yang penting mendapatkan nilai seni keterampilan. Sudah, itu sangat cukup baginya.

Benarkah kata tak terucap adalah sisa masa lalu.

Bersamaan dengan bait itu, matanya tak sengaja bertubrukan dengan pemilik netra hitam kelam itu. Tajam dan misterius. Hanya dua kata itu yang bisa dia gambarkan ketika bertatapan dengan sang pemilik.
Detik waktu yang terus berlalu
Membuatku tuk terus menunggu

Kali ini, Rain tidak menghindar. Dia mencoba menyelami kedua bola mata itu. Perasaannya campur aduk. Tidak ada yang menyadari bahwa dia tenggelam dalam pekat pancarannya. Ah tidak, sedari dulu memang dirinya sudah jatuh pada sang pemilik mata.

Andai saja kau kini sendiri
Kita berdua kan senada
Seirama...

Suara tepuk tangan mengiringi petikan terakhir Rain pada gitarnya. Dia tersenyum lega, penampilannya tidak terlalu buruk.

 Dia tersenyum lega, penampilannya tidak terlalu buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggap aja pake seragam

To be Continoued
------------------
Like & Comment

ARainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang