Part 2. He is Alfares Lenadro Assegaf

76 10 2
                                    


---🍋🍋🍋---

" Thank's ya Bay." Ucapan terimakasihnya hanya dijawab acungan jempol oleh bayu.

"Ya udah, gue duluan ya." Tanpa menunggu balasan, fanboy satu itu langsung nyelonong pergi.

Setelah Bayu berada jauh dari pandangannya, Rain berbalik dan mendorong pelan pintu ruang kesehatan. Mengucap salam dan tersenyum tipis menyapa anak PMR yang sedang bertugas.

"Sakit apa kak?" Seorang adik kelas dengan slayer berwarna merah disertai palang kesehatan itu langsung menghampirinya.

"Engh, obat magh nya ada?" Rain merintih pelan. Sakit di ulu hatinya makin menjadi-jadi.

Seakan mengerti rasa sakit Rain, siswa itu mengangguk cepat. Dia langsung memerintah temannya untuk mencarikan obat magh, sementara dia sudah menuntun Rain berjalan ke salah satu bilik yang ada di UKS.

"Kasur kosong tinggal tersisa yang ini doang kak, gapapa kan?" Rain mengangguk saja. Toh yang penting dia bisa istirahat dengan nyaman dan tidur guna mengalihkan rasa sakit maghnya.

"Oh iya, ini obatnya kak, silahkan diminum. Semoga lekas membaik." Ucap siswa yang tidak Rain ketahui namanya lalu berjalan keluar.

Rain tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Lalu dengan segera dia mengambil 1 tablet obat di dalam botol dan menelannya dengan air yang telah disediakan di atas nakas samping kasur.

Meringis tertahan memegang daerah ulu hatinya, Rain sadar betul obat itu tidak mungkin bereaksi secepat itu untuk menghilangkan sakitnya. Menghela nafas pelan, dia memperbaiki posisi baringnya agar lebih nyaman.

"Nghh"

Rain terkesiap. Dirinya sudah terlelap jika suara mirip desahan itu tidak muncul. Dia masih terdiam dengan posisi terlentang dan menatap langit-langit uks.

Lalu suara grasak grusuk dari ruang sebelah makin menambah rasa penasarannya. Dia menimbang-nimbang haruskah dirinya membuka tirai itu atau tidak. Akhirnya dia mencoba tidak peduli dan kembali menutup matanya. Argh! Tapi penasaran pengen liat, teriak batinnya.

"Mmhshh." Kali ini suara itu muncul diiringi suara decapan yg nyaring terdengar.

Oke fix Rain sudah tidak peduli dengan prinsipnya untuk tidak peduli dengan urusan orang lain karena sekarang dia sudah membuka sedikit ujung tirai guna menuntaskan rasa ingin tahunya.

Dan dia tidak tahu harus menyesal atau tidak karena yang dilihatnya adalah dua anak manusia yang sedang bertaut bibir. Rain melotot kaget menyaksikan adegan yang sering dilihatnya di drakor. Dia tidak sepolos itu untuk tidak mengerti apa yang ditangkap indra penglihatannya. Tapi dirinya juga tidak seliar itu untuk dikatakan biasa saja menyaksikan adegan ciuman secara live!

Dia sudah akan menutup tirai penghalang jika saja tidak menyadari sang perempuan. Carissa Fahyana, seorang siswa perempuan yang terkenal teladan di sekolahnya. Putri muslimah, itu julukannha. Dengan Jilbab panjang dan organisasi rohis yang digelutinya membuat kagum siswa laki-laki padanya. Tidak berbeda dengan kaum hawa yang segan sekadar berusan atau mencari masalah karena menganggap Carissa berakhlak baik.

Rain tidak tinggal diam. Tangannya bergerak gesit mengambil ponselnya di saku rok dan segera mengabdikan moment menarik itu. Rain yakin berita ini akan sangat gempar jika dirinya menyebarkan hotnews ini. But No, Rain adalah tipikal manusia yang tidak akan menyerang bila tidak diganggu. Jadi dia hanya akan menyimpan itu untuk dirinya sendiri. Yang penting dia sudah memegang kartu As dua orang itu.

"Sekarang gue ngerti kalimat apa yang dilihat tidak sesuai dengan realita itu bener adanya."

🍋🍋🍋

Ceklek.

Serempak semua penghuni kelas XII Mia 3 itu menoleh ke pintu yang baru saja terbuka.

"Ceilah, kirain guru."

"Iya bikin kaget aja elah."

Rain juga ikut memperhatikan seseorang yang baru saja masuk. Matanya menyipit menyadari kalau lelaki itu adalah orang yang dilihatnya tadi di uks bersama Carissa. Pandangan Rain turun ke dada laki-laki itu. Oh jadi namanya Alfares Lenadro Assegaf, celetuk dewi batinnya.

Eh tapi kok dia masuk ke kelas ini, mungkinkah mereka sekelas? Tapi dirinya merasa tidak pernah melihat laki-laki itu seminggu ini. Yup. Mereka memang baru terhitung hari masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Apa dia anak baru kali ya dan masih banyak macam pertanyaan bermunculan di benak Rain.


Dapat dia lihat jika sosok bernama Alfares itu sudah berjalan menuju kursi yang terletak di pojok kelas. Hem tipikal badboy dan pemalas, itu first imperrassion Rain terhadapa cowok itu.

Lalu seakan tahu sedang diperhatikan, laki-laki itu sontak menoleh tepat pada Rain yang menjadi gelagapan karena ketahuan. Tapi bukannya mengalihkan pandangan, malah dirinya menatap balik pemilik mata yang baru disadarinya berwarna hitam pekat itu.

Kepalang tanggung udah ketahuan juga gue merhatiin, pikirnya.

Bola mata itu, warna hitamnya sangat pekat mengalahkan kelamnya malam membuat siapa saja yang menatap bisa tersedot ke dalam rasa penasaran. Terkesan misterius namun meneduhkan disaat bersamaan.

Senggolan dilengannya menyadarkan Rain dari lamunannya. Dia menatap orang di sampingnya yang sedang menatap penuh tanya.

"Liatin apa?" Tukas Saffa, teman sebangkunya.

Rain menggeleng pelan, "nothing," jawabnya lantas membuka buku pelajaran.

Rain menggeleng pelan, "nothing," jawabnya lantas membuka buku pelajaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus pict Ares

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus pict Ares

To be Continoeud
------------------
Like & Comment

ARainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang