P | 6

2.7K 826 66
                                    

"Merasa lebih baik?" Mingyu memberikan air hangat kepada Doyoung yang mencoba bangun dari sofanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Merasa lebih baik?" Mingyu memberikan air hangat kepada Doyoung yang mencoba bangun dari sofanya. "Minum dulu."

Doyoung menerima gelas itu dan meringis sesaat mengingat mimpi anehnya. Lalu netranya menemukan Wallenda duduk di seberangnya. Wanita itu mengendus bau kopi yang ada di cangkirnya. "Diaㅡ" dia wanita sirkus yang semalam. Doyoung lalu mengerutkan dahinya, wanita itu juga ada di mimpi anehnya tadi. Lalu pria bermata kelinci itu menatap kepada Mingyu, "Bagaimana bisa aku keluar dari lift?"

"Kau sendiri yang membukanya."

"Hah?"

"Aku mencoba menelponmu berkali-kali dan ketika pada akhirnya kau mengangkat telponku, aku mengatakan bahwa pintu lift terhalang oleh alat. Alatnya terpasang sandi. Ketika aku mengatakan itu adalah sandi Navajo kau memintaku untuk segera mengirimkan gambarnya." Mingyu mengambil duduknya di sebelah pria itu dan kembali melanjutkan, "Aku cukup terkejut kau mengerti bahasa Navajo. Padahal wanita ituㅡmaksudku Wallenda, mengatakan bahwa bahasa itu tidak bisa dipecahkan oleh kriptografer manapun."

"Aku memang tidㅡtunggu dulu." Doyoung kembali menatap Wallenda. Apa yang wanita itu lakukan. Faktanya, Doyoung memang tidak pernah mempelajari sandi itu. Dan apa yang dikatakan Mingyu baru sajaㅡbahwa ia bisa memecahkan sandi itu, tentu saja tidak masuk akal baginya.

"Hanya sebanyak 8% orang Amerika yang bisa menerjemahkan itu. Tidak ada yang lain." Doyoung kembali berkata menatap kepada Wallenda.

"Ya faktanya kau bisa memecahkan sandi itu, bagaimana?" tanya Mingyu. Doyoung tidak menjawabnya dan ia bertanya kepada Wallenda yang sekarang menyeruput kopinya sendiri. "Apa yang kau lakukan?"

"Aku berdiri di samping temanmu, menunggumu memecahkan sandinya." Jawab Wallenda setelah meletakkan cangkirnya kembali, "Tolong jangan mengira aku ini seorang penyihir atau apalah. Kau bisa melihat cctv jika masih meragukan perkataanku juga temanmu."

"Dan bagaimana kau tahu ada cctv sementara kau tidak bisa melihat?"

Wallenda menghela napas dan meniup anak rambutnya dengan sedikit kesal, "Aku buta bukan berarti aku bodoh. Tolong jaga mulutmu."

Doyoung kemudian berdehem lalu meminum air hangat di dalam cangkir, dan mendengarkan Mingyu kembali berkata, "Seseorang yang tewas di dalam lift bersamamu tadi, sampai sekarang masih diselidiki kasusnya. Kau bebas dari tuduhan, jadi kalau kau sudah merasa lebih baik, kita keluar dari ruang tunggu ini dan mencari tempat untuk berbicara sesuatu yang lebih penting."

*

"Dan bagaimana bisa kau menjadi target dalam pembersihan?" tanya Doyoung ketika mereka mengambil duduk di kursi jalanan kota dengan minuman hangat di tangan. Mingyu melirik Wallenda yang duduk di sebelahnya.

"Mereka salah memasukan data," jawab Mingyu.

"Sudah memutuskan jalan keluarnya?"

Mingyu menggeleng putus asa, dan Doyoung menghela napas panjang.

"Kita ajukan laporan mengenai ini di kedutaan besar Korea saja, bagaimana?" Doyoung memberi saran, dan Wallenda menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak. Tidak." Wallenda berdiri dan kembali melanjutkan, "Ini hanya kesalahan data. Temanku, Zurich akan segera memperbaikinya."

"Ya masalahnya adalah, nyawa temanku dalam bahaya. Dan menunggu temanmu itu sama sekali bukan jalan keluar." Doyoung mulai melipat kedua tangannya ke depan sebagai bentuk perlawanan kepada Wallenda

"Aku akan menjaganya," Wallenda menepuk dadanya sendiri, "Apapun, asalkan jangan laporkan kepada kedutaan besar."

"Kenapa?"

"Pernahkah otakmu berpikir, jika Korea Selatan mengibarkan perang kepada Rusia hanya karena warga negaranya tidak sengaja masuk dalam pembersihan?"

Doyoung menatap kepada Mingyu dan pria tan itu mengangkat kedua bahunya, "Aku tidak sampai berpikir kesana. Karena, hal itu tidak akan terjadi."

Wallenda mengerutkan dahinya lalu berbicara kepada Mingyu, "Berapa lama temanmu ini tinggal di Rusia? Pengetahuannya buruk sekali."

Mingyu menatap Wallenda dengan satu alis yang terangkat, "Sebenarnya aku juga sepemikiran dengan temanku. Negara kami tidak mungkin mengajukan perang hanya karena kesalahpahaman. Paling tidak ya, salah satu perwakilan dari sana akan datang ke sini untuk mengklarifikasi semuanya. Begitu kira-kira."

Wallenda terdiam dengan kerutan di dahinya, kemudian wanita itu kembali berbicara dengan sedikit gugup, "I-intinya jangan laporkan kepada kedutaan besar. Aku akan bertanggung jawab penuh atas kesalahan ini."

"Sekarang biarkan aku bertanya, bagaimana kau bertanggung jawab? Sementara kau adalah seorang tunanetra yang bekerja sebagai penghibur di sirkus." Mingyu menendang kaki Doyoung dengan ujung sepatunya dan pria bermata kelinci itu menatapnya heran, "Apa? Memang kenyataannya, kan? Aku hanya ingin mendengarkan saja bagaimana cara wanita ini bertanggung jawab."

Wallenda masih menutup mulutnya dan membiarkan Doyoung kembali berkata, "Meskipun kau seorang pemburu, bukan berarti aku percaya kau bisa menjaga temanku. Justru aku berpikir kau adalah orang berbahaya yang harus Mingyu hindari."

"Dan lagi, kau tidak bisa tinggal di perumahan kami. Konyol sekali membawa koper sebesar itu dan mengatakan ingin tinggal di sana. Sudahlah, sebaiknya kau pulang dan biarkan aku dan Mingyu yang menyelesaikannya sendiri." Doyoung berdiri dari kursinya dan melirik kepada Mingyu beberapa saat, "Ayo."

"Berikan ini padanya." Wallenda tiba-tiba menahan pergelangan Mingyu ketika Doyoung mulai menjauhi tempat mereka kemudian Wallenda memberikan tongkat miliknya kepada Mingyu.

"Untuk apa?" tanya pria itu.

"Karena dalam hitungan dua detik, akan ada seseorang yang membawa sepeda menabrak temanmu hingga kaki kirinya terkilir."

"Tidak ada sepㅡ" kemudian dua detik setelahnya, apa yang dikatakan oleh wanita itu benar-benar terjadi. Doyoung terjatuh hingga ke sudut toko dengan tangan yang memegang kaki kirinya. Beberapa orang mulai mengerumuni pria itu dan Mingyu menatap tak percaya. "Wallenda kauㅡ" Wallenda lalu tidak mendengarkan perkataan Mingyu karena selanjutnya, ia hanya mendengar langkah kaki pria itu berlari menuju Doyoung.

Wallenda kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan kepada kerumunan orang di sana. "Permisi, berikan jalan untuk tunanetra," kata wanita itu dengan kedua tangan yang berpura-pura mencari pegangan. Kemudian ketika dirinya merasa telah berada di dekat Mingyu dan Doyoung, wanita itu tersenyum. Ia tahu, Doyoung sekarang berdiri dengan bantuan  Mingyu dan tongkat miliknya. Wallenda lalu menyisir rambutnya ke belakang telinga dan berbicara dengan bahasa Korea yang begitu fasih.

"Setidaknya tunanetra sepertiku yang bisa berjalan tanpa bantuan tongkat ini, cukup membuktikanmu bahwa aku bisa bertanggung jawab untuk temanmu."

PROTECTOR / MINGYU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang