Dia melempar tas sekolah itu asal ke arah lantai. Manjatuhkan tubuhnya tepat di atas kasur. Hinata membutuhkan istirahat. Ya. Tentu dia benar-benar sangat lelah menghadapi harinya di sekolah. Hal itu mampu membuat kepalanya terus berputar-putar tidak karuan.
Lampu kamar menyorot matanya, dia bahkan memicingkan mata karena terganggu dengan cahaya itu. "Seharusnya aku merasa senang di saat dia berbicara padaku. Tetapi ada sesuatu berbeda yang aku rasakan."
Mengambil posisi duduk di atas kasur, memandangi dirinya dari pantulan cermin besar di depan. Saat itu dia menyadari, betapa kacau dirinya. Rambut acakan dan kantung mata yang terlihat lebih gelap dari hari-hari biasanya.
Dia tidak dapat menyembunyikan perasaan. Betapa kacaunya dia belakangan hari ini. Hinata menghela napas, menurunkan kakinya. Tidak ada niatan untuk turun dari kasur, meskipun sekadar mengganti seragam sekolah. "Apa mereka juga merasakan hal yang sama sepertiku saat ini, atau hanya aku?"
Pandangan matanya tertuju pada ponsel di atas meja. Mengambil ponsel itu, lalu memblokir salah satu nomor di sana. "Maaf ... tapi sepertinya begini lebih baik." Hinata tahu kalau apa yang dilakukan olehnya seperti kekanakan ̶ ̶ memblokir nomor orang yang sedang bersitegang dengannya. Namun dia tahu, beginilah caranya untuk menghindar. Tidak akan ada yang dapat menduga kalau mereka bisa saja bertengkar di media sosial.
Benar. Sebab dia tidak ingin mengambil pusing pada teman-temannya.
◊◊◊◊
Di setiap pagi, tepat di depan pagar sekolah. Hinata sering disambut oleh Sakura dan Ino. Mereka akan masuk ke sekolah bersama-sama sembari membagi cerita lucu. Namun kini, tidak ada orang yang menyambutnya. Bahkan sekadar menyapa.
Cukup lama dia termenung di depan pagar, hingga tepukan pada bahunya menyadarkan dirinya. Ia tersentak dan menoleh. Naruto tepat di sebelahnya.
"Hei, apa yang kau lakukan di sini?"
Belum sempat Hinata menjawab. Ino datang di antara mereka, menepuk pundak lelaki itu yang berhasil membuat Naruto menoleh dan melupakan keberadaan dirinya.
Ah, benar-benar terlihat jelas di mata Hinata. Kalau gadis itu, memang sengaja ingin mengacaukan suasana di antara mereka. Ketika tatapan mereka bertemu, dia menatap cukup lama tanpa ada niatan untuk mengalihkan. Namun Hinata sadar, kalau terjadi perdebatan di antara mereka. Suasana paginya akan semakin kacau.
Maka dia memilih berjalan lebih dulu dan berusaha mengabaikan. Jika pun dia boleh jujur, Hinata menahan kesal setengah mati. Semakin lama sepertinya kedua orang itu menunjukkan sifat ketidaksukaan mereka terhadap dirinya.
Ino menyukai Naruto. Bahkan gadis itu sudah terang-terangan mengambil tindakan. Sekalipun itu tepat di depan matanya.
"Terjadi sesuatu, Kiba?" pemuda itu tersentak. Dia segera mengalihkan pandangan lalu menggeleng kepala kepada teman-temannya.
"Tidak ada," kata Kiba. "Bel akan berbunyi dan aku belum menyelesaikan tugas. Aku akan pergi dulu untuk mengerjakan tugas." segera berlari, tidak mempedulikan teman-temannya yang menatap datar melihat dirinya. Pun salah satu di antara mereka mengumpat kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Range
Fanfiction2018 : About This Feeling Di tahun terakhir Hinata sekolah, bukan merupakan hal yang begitu spesial untuknya. Dua tahun memendam rasa bukanlah hal yang mudah. Semua yang terlihat baik-baik saja , justru sebaliknya. Satu persatu semuanya berubah, t...