Douze
Yang kutanyakan, mengapa?
Masih dengan tangan bergetar, Aku menarik tangan Joy, membuat suara tali itu terdengar lagi. Nafas ku tercekat lagi. Sungguh, aku tak mau menyakiti nya, walaupun Ia sudah tak mengalami rasa sakit lagi. Lagi-lagi aku hanya bisa menahan air mata ku, atau mungkin aku sudah tidak mempunyai air mata lagi?
Lagipula ayah ku pernah berkata seperti itu. Dan aku sangat mengingat kata-kata nya.
“Jangan pernah kau menangis, karena suatu hari, air mata mu itu akan berhenti mengalir. Lalu kamu tak mempunyai pelampiasan lagi jika kau bersedih.”
Aku mengerjab mata ku. Sadar dari nostalgia ku yang tak begitu penting. Ku tatap lagi wajah Joy.
Senyumannya.
Deg
Aku menekan dada ku dengan kuat. Tanpa aba-aba, aku berusaha mengontrol nafas ku yang tidak seperti biasa nya. Tak terasa, kaki ku goyah, lalu aku jatuh duduk. Dengan kaki Joy yang menggantung—berada tepat di depan ku. Pundak ku naik turun seraya nafas ku yang masih saja terengah-engah. Otak ku kembali mengingat memori ketika pertama kali aku bertemu dengan Joy.
Aku menahan rasa sakit ku yang masih sesak di dada. Ku kepalkan tangan kiri ku, lalu aku memukul-mukul kepala ku sendiri, dengan harapan ingin membuat rasa sakit lebih besar dari hati ku yang terletak mengenaskan karena di tinggal Joy.
Bukan Joy, tetapi Flo.
Ugh.
Bersamaan dengan mata ku yang semakin menutup, terdengarlah suara sirine ambulan yang mulai mendekat ke gerbang taman.
--
Dear Lersy,
Halo :)
Kau pasti sudah tidak mengingat ku. Karena aku sudah menghilang selama beberapa bulan. Oh aku yakin kau pasti sedang bahagia sekarang bersama pasangan baru mu. Sungguh, rasa nya menyakitkan ketika melihat kau bersama orang itu. Tapi, aku menyayangi mu dengan tulus,. Jadi, asalkan kau bahagia, aku akan terus menemani mu di sisi ku, meskipun aku akan menjauh karena takut dengan kecurigaan orang lain.
Kau pasti sudah mendengar nya, bukan?
Adik ku meninggal. Ya, aku sudah mengetahui nya. Bahkan, aku sudah mengetahui bahwa dia sakit sejak dulu. Aku berusaha keras melindungi nya, tetapi, sia-sia saja. Dia sudah mati.
Dan aku tidak mempunyai alasan yang bagus untuk terus hidup di dunia ini :)
Karena, Ibu ku sudah meninggal. Beliau berkata bahwa aku harus melindungi adik ku, tetapi aku tak bisa melakukannya. Beliau juga berkata kalau aku tidak boleh membenci ayah ku, tetapi aku tak bisa melakukannya.
Karena adik dan ayah ku sudah meninggal.
Dan jika aku terus hidup, aku tidak mempunyai tangan yang akan menolong ku.
Semua berkata kalau aku ini pahlawan, mereka semua memuja ku, memuji ku. Tetapi, aku selalu merasa sendiri. Seperti diri mu, dulu.
Sewaktu kami pertama bertemu, aku merasa kalau aku menemukan pasangan takdir ku. Tetapi, kurasa, kau tidak menginginkan hal itu. Jadi sekali lagi, aku tak mempunyai sandaran hidup dan aku tak mempunyai saudara kandung.
Lalu, untuk apa aku hidup?
Jangan khawatir, ini bukan salah mu, salah ku, atau salah tuhan. Ini hanyalah sebuah pengalaman kecil yang berada di dalam hidup mu.
Sign,
Flo Joyced.
Aku menghela nafas panjang. Lalu mengusap mata ku yang hanya berkaca-kaca.
“Ini adalah surat yang berada di almarhum Flo Joyced. Seperti nya surat ini di tujukan untuk mu. Tetapi ia tak kunjung memberikannya sejak lama.”
Ku pejamkan mata ku ketika mengingat perkataan polisi beberapa hari yang lalu. Aku memijat pelipis ku, lalu menaruh surat itu di dada ku seraya menatap langit senja. Ku tatap satu bintang yang berada di langit, berusaha bersinar walaupun matahari masih menyinari diri nya.
Aku tersenyum mengingat pendapat Joy tentang bintang itu. Sayang nya, Ia sudah tak ada di samping ku.
Aku mengepalkan tangan ku, membayangkan kalau Joy berada di samping ku, menggenggam tangan ku, dan berbaring di samping ku.
Di bukit ini.
Bukit pertemuan ku dan Joy.
Bukit dimana aku bisa mengingat memori-memori masa lalu ku.
Aku tak peduli kalau bukit ini bekas bunuh diri Joy. Yang pasti, aku bisa mengingatnya disini. Ku pejamkan mata ku sekali lagi, mencerna semua perjuangan Joy yang dia lakukan untuk dia, keluarganya, dan diri ku.
Aku harap kau bisa mengambil hikmah dari semua ini. Hikmah tentang diri ku, Joy, dan kesedihan ku yang telah menghilang. Terlebih lagi hati ku yang sudah mulai mencari hanya karena senyuman.
Kata Maaf tak di perlukan jika kau sudah melihat seseorang tersenyum dengan tulus untuk diri mu.
Terima kasih, Joy.
End.
#A/N : Hei semua! Ini cerita pendek atau apa yah-_-? Ah udah lah:” aku yang nulis kok aku yang gatau. Aku yang nulis juga aku yang nyesek:”” kalo bikin cerita ini, pasti keinget diri sendiri uwaaa :”” makasih ya yang udah votes sampai sini. Aku tahu ini cerita nya ga sempurna :” thanks anyway! Read my other stories : Diary Of Imaginary Girl(Complete), Mi Secreto(Complete), dan My Stupid Wish(Uncomplete). Cheers! #
1-08-2014
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Sensitivity
Teen FictionKisah tentang seorang perempuan berhati sensitif. Kau pasti terlalu bingung untuk mengartikan nya. Karena memang perempuan itu tak bisa di artikan. Dia selalu bertingkah ceria, padahal diri nya menahan rasa sakit yang menusuk.