Its Not About US

50 28 2
                                    

Pagi itu, tepat pukul 6, Aku, ya Denzel, kali ini aku yang akan bercerita kisah ini. Aku mandi lalu bersiap siap ke kampus, aku menelfon Dita berulang ulang namun Dita tidak mengangkatnya, lalu menelfon Albert namun tidak aktif

"Heh? Kamu jam berapa ke kampus? Aku daritadi siap siap" Ikha.

"Bentar yang lain ngga ada respon" Denzel

"Yaudah aku antar aja dulu, udahlah sini"

Saat itu aku ditahan oleh Ikha, katanya agar aku tidak malu jika benar aku masih libur, lebih baik Ikha yang mengeceknya dan sekalian membayar uang semesternya. Ikha menuju keruang akademik.

"Permisi?"

"Iya, ada apa ya?" Ibu Jane

"Aku, mau bayar uang semester" Ikha

"Itu PA Denzel kalau tidak salah, dek Miya? Ini saudara Denzel"

Saat itu, untuk pertama kalinya Ikha melihat Miya, orang yang beberapa bulan lalu mengantar adiknya dan bagaimana saya menstalk akunnya, ia kemudian berjalan menuju Miya dengan pelan dan berfikir bagaimana aku sampai sejauh ini menyukai Miya.

"Oh iya, lusa Denzel boleh ke sini mengambil nota pembayarannya, dan untuk mengisi KRS nya " senyum Miya.



Rindu ini semakin membuatku tersiksa, aku memiliki banyak orang disampingku, namun terasa sempit sejak aku mengenal dia, hanya dia dia dia saja, aku sulit menghargai cinta kasih yang ditunjukkan oleh orang lain, termasuk Dita yang selalu menanyakan kabar tapi aku tidak membalas pesannya, begitulah egoisnya manusia(aku). kadang orang menyebutnya karma, maka dari itu aku suka menyembunyikan dan merahasiakan sesuatu, menahannya agar tidak diketahui orang lain karena mereka tidak akan pernah mengerti Roda berputar kan? padahal dia bisa saja berada diposisi kita, atau pernah berada diposisi kita.

"Aku mau bicara soal Miya si dosen itu" Ikha

"Miya si dosen itu? Kenapa kau berkata seperti itu, apakah dia melakukan kesalahan padamu?"

"Tidak Denzel ini aku pikirikan sejak aku melihanya pertama kali ketika membayar uang semester kamu, aku pikir dia tua "

"Lalu? Trus kenapa?"

"Astaga Denzel" Ikha menggaruk kepalanya.

"Kenapa? I mean, Apakah hari ini dia jelek sehingga kau begini?"

"Tidak, bukan begitu, dia cantik, dia natural seperti yang kau bilang, tapi orang seumuran seperti mu memikirkan dia? Astaga, please Denzel "

"Kamu itu perempuan Ikha!!"

"Aku tau aku perempuan, maksudku dont waste your time lah"

"Kau tau, aku merindukan dosenku" Denzel

"Kau tau? Menjadi wanita itu mudah melakukan beberapa hal, diantaranya mudah mencintai, mudah terluka, mudah sedih, mudah tersentuh kelemahannya pun sulit melupakan kekasihnya. Pria tidak memiliki hal mudah itu, tapi hanya satu kemudahan dari pria yang tidak dimiliki wanita yang sangat berharga, adalah dia pria jadi mudah mengungkapkan perasaannya, dan kelemahannya ia mudah melupakan wanitanya"

"Entahlah, aku hanya tidak ingin cintaku terpaksa aku lenyapkan hanya karena rindu yang tidak terbalaskan" Denzel

"Jujur, aku tidak pernah meragukan cintamu padanya, tapi yaa kau sedang terbunuh oleh cintanya, kau menyimpan rindumu sangat dalam, nanti kau bertemu dengannya rindu itu akan meledak keluar, tetapi tak pernah berlanjut perbincangan. Aku hanya takut itu berujung sesal . Kamu akan marah pada siapa? Pada dia? Pada dia yang tidak tau kau menyukainya, marah pada dia yang siapa sih kamu marah padanya? "

Dear DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang