Disa dan Isa

62 17 4
                                    

Happy Reading!!
Jangan lupa Vote and Coment':)

Kringgg....kringggg....kringgg

Suara alarm handphone milik seorang gadis terdengar memenuhi ruangan, namun sang pemiliknya tak kunjung membuka mata. Ia tak sadar jika hari ini adalah hari pertama ia masuk sekolah. Sempat ia membuka matanya sedikit, lalu kembali menyusuri bunga mimpinya yang sempat tertunda karena alarm handphone-nya yang berisik.

Terdengar suara derap langkah kaki seseorang menghampiri kamar gadis yang masih tertidur pulas dalam balutan selimut tebalnya sambil meringkuk. Derap langkah itu semakin dekat, dan...

Ceklek.

"MasyaAllah Disa, bangun! Nanti kamu bisa telat, liat jam berapa sekarang?!" ucap Indah—Ibu Disa— sambil mengambil handphone milik Disa dan mematikan alarmnya, lalu ia mengguncang-guncangkan pundak Disa.

Ya, gadis itu tak lain adalah Disa Anastasya. Seorang gadis berumur 17 tahun yang masih sama seperti yang lainnya, malas bangun pagi. Gadis yang sekarang bersekolah di SMA 2, ia gadis yang kini menginjak kelas XII. Memang tak terasa baginya bahwa ia sudah berada di penghujung SMA.

Disa berdecak lemah. "Aduh.... Iyaiya, ini baru mau bangun. Masih ngantuk nih, jangan teriak-teriak dong, buk," ucap Disa sambil mencoba membuka matanya yang masih terasa berat, lalu ia menguap lebar-lebar, membuat Indah yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hei, jangan menguap lebar-lebar, malu ah, anak gadis masak gitu. Lebih baik sekarang kamu bangun, cepetan mandi sana! Ini kan hari pertama masuk sekolah. Yang semangat, dong! Masa kamu gak semangat gitu mau ketemu temen-temen." Ujar Indah menyemangati Disa. "Ayo semangat nak!"

"Iya, iya, buk. Udah deh mending sekarang ibuk keluar, Disa mau mandi. Katanya tadi suruh cepetan. Atau ibuk mau liat Disa mandi, ya?" ucap Disa disertai kekehan.

Indah hanya tersenyum menanggapi ucapan anaknya dan langsung bergegas meninggalkan kamar Disa. Tidak lupa ia menutup pintu kamar anaknya itu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara berdebum yang mengganggu orang lain.

Disa termenung, 'Huft, kok bisa lupa kalo sekarang hari pertama masuk sekolah? Semangat, Disa! Hari pertama masuk sekolah harus semangat, dong! Gak boleh males-malesan, kan mau ketemu... temen-temen,' batin Disa yang berusaha menyemangati dirinya.

Dengan penuh semangat, ia pun beranjak dari kasurnya dan mengambil handuk, lalu bergegas membersihkan diri. Selang beberapa menit, Disa sudah tampak dari pintu kamar mandinya dalam keadaan fresh. Wajahnya tampak berseri-seri seperti mentari pagi ini yang terlihat hangat dari jendela kamar Disa. Disa segera mengenakan seragamnya dan menghias dirinya.

Rambutnya yang panjang ia kucir kuda menjadi satu, wajahnya tampak lucu karena rambutnya menjuntai kesana-kemari tiap ia melangkah. Tak lupa, Disa memoleskan lip balm pada bibirnya agar tetap lembab. Serta, ia menaburkan bedak tabur tipis di wajahnya. Selesai sudah, kini ia sudah siap berangkat sekolah.

Disa pun menjinjing tas ranselnya—yang sudah ia siapkan buku-bukunya dari tadi malam-— dan bergerak cepat keluar dari kamar menuju ruang makan. Segera ia duduk dan sarapan dengan makanan yang sudah disiapkan Indah. Baru melihat saja sudah membuat Disa ngiler, apalagi jika sudah memakannya. Pasti ilernya akan netes.

"Ibuk, sarapanku udah habis. Ayo berangkat," ajak Disa setelah menghabiskan makanannya seraya menepuk-nepuk perutnya yang sudah terisi penuh oleh makanan. Tak lupa, setelah itu ia pun meminum segelas susu putih.

"Oke, ayo, Disa. Kita berangkat." Ucap Indah sambil mengambil kunci motor.

>>>Di tempat lain<<<


"ISAAA! BANGUN WOI! LO SEKOLAH HARI INI!"

Seorang perempuan mengguncang-guncangkan pundak seorang cowok yang tengah tertidur di atas ranjangnya. Perempuan itu sedikit lebih tua dari cowok yang ada di atas ranjang. Perempuan itu tak lain adalah kakak dari cowok yang masih tertidur pulas sambil memeluk boneka batmannya.

"Ah, berisik, lo." Cowok itu kembali tertidur setelah menjawab teriakan kakaknya.

"Heh, bangun lo. Atau kalau enggak gue siram pake air es!" Ancam perempuan itu sambil mengambil boneka yang dipeluk adiknya itu.

Cowok itu mendengus kasar. "Bodo amat, Yura. Siram aja pake air. Siniin boneka guee!" Cowok itu tampak tak peduli dengan nada dinginnya, membuat emosi kakak perempuan yang dipanggil dengan nama 'Yura' itu memuncak.

"Lo telat kalo kek gini! BANGUN, ISA! Lo tu cowok. Ngapain juga meluk-meluk boneka kek baginian," Yura menampar pipi cowok yang dipanggil 'Isa' itu.

Sontak Isa langsung terbangun karena terkejut dengan tamparan yang diterima olehnya itu. Rahangnya mengeras, ia menarik napas, lalu...

"Yura! Kembaliin boneka gue," Seru Isa seraya mengeluh, ia mengelus-elus pipinya yang kesakitan.

"Heh, gue tiga tahun kebih tua dari pada lo, Isa. Sopan dikit kek, sama gue. Paling gak panggil gue 'Kak Yura' jangan cuma pangil gue 'Yura'--"

"--bacot. Kembaliin boneka gue! Kalo gak..awas lo!" Isa beranjak ke kamar mandi dengan keadaan kedua matanya masih terpejam tanpa memedulikan kakaknya yang masih terdiam di tempat.

"Dasar gak tahu terimakasih lo, Sa. Heran gue, cowok kok demen bgt sama boneka. Gue jadi ragu sama lo. Untung lo adek gue. Kalo gak, udah gue buang lo ke Zimbabwe."

"Serah lo!"

Yura hanya dapat menghela napas menghadapi sikap adiknya yang kelewat tak peduli ini. Kalau kalian tahu, Yura itu super kuat, sabarnya bahkan tak terbatas untuk adiknya.

MY PANCAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang