11

26 3 7
                                    

Disa berjalan lurus melewati gerbang sekolahnya. Perlahan tapi pasti, ia melangkahkan kakinya di koridor sekolah yang sudah ramai siswa. Sepertinya hari ini Disa agak kesiangan karena biasanya belum sebanyak di ini siswa yang berada di sekolah.

Disa berjalan santai menuju kelasnya. Saat sedang santai-santainya berjalan, tiba-tiba ada yang menyenggolnya dari belakang. Seketika Disa langsung menoleh.

Kekesalan Disa naik bertingkat-tingkat saat mengetahui siapa orangnya. Disa yakin dia pasti sengaja menyenggol bahunya barusan.

"Wah, pagi-pagi udah nyari gara-gara ni bocah," kata Disa geram.

Isa hanya diam sambil melirik Disa.

"Lo kalo jalan pake mata dong, dasar batu," ucap Disa saat Isa tidak menanggapi perkataannya.

"Bego dipelihara, mana ada orang jalan pake mata. Jalan tu pake kaki," jawab Isa cuek.

"Lagian lo ngapain sih senggol-senggol gue," tanya Disa tanpa basa-basi.

"Kayak gak ada kerjaan lain aja," jawab Isa lalu melangkah pergi meninggalkan Disa.

Disa memelototkan matanya
"Wah dasar songong banget tu bocah,"
Ia lalu pergi melangkah menuju kelasnya. Jadi, Disa udah kesiangan dong? Isa aja udah berangkat. Biasanya Isa tu berangkatnya molor gaiss...

Setibanya di kelas, Disa melihat sudah banyak yang datang. Ada yang lagi ngerumpi. Ada juga yang lagi pacaran di sudut kelas. 'Aelah pagi-pagi udah mbojo aja,'

"Wah, duluan gue yang berangkat, tumben-tumbenan lo kalah sama gue," teriak Izul ketika melihat Disa diambang pintu.

Disa menuju tempat duduknya dibelakang Isa, 'Kemana tu bocah? Perasaan tadi duluan dia deh,'

"Ssst, temen lo belom berangkat?" tanya Disa

"Temen yang mana? Banyak kali,"

"Depan lo," jawab Disa cuek

Izul menoleh kedepan, "Aelah, ngapa sih gak sebut merknya langsung. Lo mah sukanya malu-malu, kegedean gengsi sih lo," kata Izul dengan nada ejekan.

Disa memutar matanya jengah.

"Noh, di kursi guru. Kebiasaan kalo pagi-pagi udah ngidupin kipas angin. Sakit baru tau rasa tu bocah," kata Izul sambil mengangkat dagunya.

Disa yang tadinya memainkan handphonenya mendongak melihat Isa. Benar saja, bocah itu pagi-pagi udah ngidupin kipas angin. Gila.

Disa mengangkat tangannya untuk melihat jam tangan yang ia pakai. 10 menit lagi pukul 07.00 dan bel akan berbunyi. Disa membuka tasnya mencari buku catatannya, ia menghela nafas lalu memilih menulis sesuatu dibuku itu.

Semakin hari kamu sadar.
Perasaan mu padanya itu percuma.
Ya, percuma dan sia-sia jika hanya kamu yang merasa.

Kamu berharap dia tersenyum padamu, yang nyatanya itu tak akan bisa kamu dapatkan.
Kamu harap suatu saat bisa bersamanya, nyatanya mimpi pun tak mengijinkanmu dekat dengannya.

Tapi kadang ekspetasimu berbeda, mimpimu tetap berjalan seperti dunia nyatamu.
Tidak ada yang berubah.
Kamu yang terus mengejarnya, sampai harapanmu membuatmu terluka.

∆∆∆

"Lo mau makan apa? Terus minumnya juga apa?" tanya Izul disamping Disa. Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Mereka sekarang berada dikantin karena keduanya tidak membawa bekal.

MY PANCAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang