Happy Reading!!
Jgn lupa Vote and Coment':)Seorang guru bahasa Indonesia--Bu Pledys namanya--masuk ke kelas dengan wajah yang biasa-biasa saja. Di belakang Bu Pledys ada murid cowok dari kelas lain yang bantuin bawain laptop. Melihat peristiwa tersebut, Disa auto guncang-guncangin badan Izul yang terkapar di atas meja.
Izul yang merasa tidurnya di ganggu seseorang langsung mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu menguap lebar. "Apa sih ah ganggu gue aja!" seru Izul kesal sambil sesekali menguap lebar.
"Itu Bu Pledys udah masuk bege! Liat noh, siapa itu yang bawain laptopnya, melek dong makanya! " bentak Disa gak nyelo. Izul nengok ke arah meja guru, eh bener Bu Pledys udah nongkrong ae disana noh.
'Eh bushett malu banget dah sama posisi gue sekarang ini, kenapa sih harus babang Haku tersayang yang bawain laptopnya Bu Pledys? Kalo kayak gini kan gue gabisa dandan dulu, mana masih muka bantal lagi,' batin Izul ketika melihat siapa yang membawakan laptopnya Bu Pledys.
Dan, ya, si Haku yang ternyata bawain laptopnya Bu Pledys.
"Eaaa Zul, Izul. Tuh ada bambang Haku mu tercinta, malu dong sama bentukan lo, " celetuk Cahyo ketika Haku hendak meninggalkan kelas XII IPA 3. Mendengar hal itu, Izul langsung melototi Cahyo dan mencebikkan mulutnya.
"Ck! Apasih! Biasa aja tu gue," ujar Izul dengan nada kesalnya.
"Yeuu lo mah, malu kan," ucap Disa cekikikan.
"Itu Isa kenapa? Ayo duduk di kursinya masing-masing! Disa juga kenapa ketawa-ketawa?" kata Bu Pledys tiba-tiba dan membuat 2 orang yang disebut nama nya auto kicep. Bukan 2 orang, lebih tepat nya semua penghuni kelas XII IPA 3 auto kicep. Kecuali Isa yang tidak menggubris ucapan Bu Pledys.
"Heh Isa balik gih ke kursi lo! Tu badak betina udah mau ngomel, buru!" seru Cahyo setengah berisik kepada Isa yang sedang duduk di lantai sambil memeluk tas kesayangannya dan kepalanya disenderin di kaki meja. Tu bocah ngapa ya? Kuker bgt_-
Kalian tahu kan Isa ngapain? Tidur? Salah!
Isa itu lagi ngeliatin Disa woe!! Tapi Disa nya kaga peka bego_-"Oke sekarang kita akan mengidentifikasi sebuah cerpen, sesuai dengan struktur dan kaidah kebahasaan yang sudah saya sampaikan kemarin. Sekarang ayo berkelompok, berhitung dari satu sampai delapan, ayo dimulai dari Dea" ujar Bu Pledys seraya menunjuk meja anak yang bernama Dea itu.
Kelas Alfred Nobel mulai berhitung. Disa dapat nomer 3, sedangkan Izul mendapat nomer 2.
"Oke sudah berhitung semua kan? Sekarang duduk sesuai kelompoknya ya, tidak ada yang boleh curang, kalo ada ya g curang kelompok kalian saya kasih 0," titah Bu Pledys.
Semua duduk sesuai kelompoknya dan Bu Pledys mulai membagi soal yang akan diidentifikasi.
"Eh, kelompok kita kurang satu orang btw, siapa sih yang belum masuk?" tanya Disa kepada Nur yang kebetulan satu kelompok dengan Disa.
"Saha eta? Aku gatau nih, saha ya." tanya Nur balik sambil menggaruk-garuk jidat nya yang tidak gatal.
"Tanya aja sama Bu Pledys," kata Cahyo
"Bentar deh, kok itu kelompoknya Izul ada lima orang sih? Bukannya empat orang ya perkelompok?" tanya Disa ketika melihat kelompok Izul yang berjumlah lima orang.
"Eh iya juga yaa kok itu ada lima orang sih, curang ih," kata Nur kesal.
"Biarkan saja dirinya mendua, aku tak apa. Yang penting dia bahagia," ucap Cahyo tiba-tiba.
"Apaan dah lo, malah nyanyi lagi. Gapapa kelompok kita cuma tiga orang, ayok ngerjain malah," ujar Disa.
"Kuylaa," jawab Cahyo dan Nur serempak.
>>Mereka mulai mendiskusikan soal yang dibagikan Bu Pledys<<
Saat Nur akan menulis nama anggota kelompok, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan menarik kursi kosong di depan Disa hingga menimbulkan suara. Refleks membuat yang duduk di sekitar kelompok itu menoleh ke arah sumber suara.
"Ada apakah gerangan sehingga abang Isa berkenan datang kesini?" tanya Cahyo dengan nada jenaka nya.
"Ngagetin aja lu kutil! Untung gue belum mau nulis, nanti kalo gue kaget terus tulisan gue kecoret kan jadi gak cantik lagi. Tulisannya maksudnya, kalo orangnya mah tetep cantik," ucap Nur dengan segenap kepedeannya yang sudah berada di tingkat dewa.
"Brisik lo pada. Kekurangan anggota kelompok kan? Gue gabung kelompok lo," ucap Isa dengan ekspresi yang datar.
"Seenak jidat lo bilang kayak gitu, sorry ya abang Isa yang ter-tengil. Kita-kita gak butuh orang kayak lo," kata Disa dengan nada angkuhnya.
"Ter apa? Tengil? Gue gak salah denger? Disini itu gue ter-tampan! Pokoknya gue gabung kelompok lo, titik. Atau lo pulang tinggal nyawa,"
Disa memutar bola matanya, lelah dengan ancaman-ancaman yang Isa katakan. Disa sudah kebal. "Serah lo!"
"Oiyaa, nama gue harus yang pertama. Dan satu lagi,..." Isa menggantungkan ucapannya. Duh, ucapan aja digantungin :v
"Apasii lo! Ngatur-ngatur aja bisanya. Emang lo siapa? Gaje banget ih," ucap Disa yang emosinya sudah sampai ke puncak kepala dan akan meledak.
Disa bukannya emosi sama Isa, cuma gimana ye? Disa cuma sebel-sebel gimana gitu sama si Isa. Habisnya Isa itu suka seenaknya sendiri kalo sama orang. Gimana Disa gak sebel coba? Tapi anehnya, Disa tetep sayang sama bocah yang satu ini.
"Gue belum selese ngomong, lo bisa gak sih gak usah motong pembicaraan orang! Yang sopan dong."
"Ishh, udah-udah. Ini teh mau ngerjain apa mau ribut?" kata Nur
"Yaudah. Lo sama Cahyo aja yang ngerjain, nanti gue sama Disa presentasi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PANCAKE
Teen FictionIn my dream, you're with me -Disa Anastasya Kisah ini adalah potongan kisah nyata. Kisah ini ditulis untuk mengenang masa-masa indah yang telah terlewatkan. Aku harap kalian membacanya.. Kisah ini tentang Isa dan Disa..