Part 3 - Tampang

118 42 21
                                    

"Taehyung? Bogum?"

"Lah, Wonwoo? Mingyu? Kalian ditarik kesini juga?" ujarku ketika melihat dua manusia yang tengah menunggu giliran mereka di depan ruang osis.

"Nde! Kami ditarik oleh yeoja laknat itu," kami menatap ke arah death glare yang dilemparkan oleh Mingyu. "Siapa lagi kalau bukan Kim Yeri?"

"Wah, wah, namaku seperti disebut-sebut," sindir yeoja yang menyeret Wonwoo dan Mingyu itu sembari mendekat.

"Kali-kali kalian harus ikut berpatisipasi dalam kegiatan sekolah! Jangan ke warnet melulu!" semprot Yeri sembari memukul kepala malang kami berempat dengan papan jalan yang dipegangnya. Kami hanya bisa mendengus kesal demi menghindari pukulan yang kedua.

"Kalian berempat absen berapa?" tanya sekertaris osis tersebut sembari mengeluarkan pulpennya.

"Sekertaris macam apa yang tulisannya seperti cakar ayam! Ya ampun mataku sampai sakit melihatnya," ejek Mingyu seraya mengintip kertas yang dijepit oleh papan jalan yang dipegang yeoja itu.

"APA-APAAN, SIH! MENYEBALKAN SEKALI!" pekik Yeri jengkel sembari memukulkan papan jalannya tepat ke ubun-ubun Mingyu, untuk yang kedua kalinya.

"Mingyu, kau naksir Yeri, ya?" bisikku yang dibalas dengan jitakan yang mendarat di dahiku.

"HEH, KEDENGARAN, TAHU, KIM TAEHYUNG!" wah, sebuah papan jalan mendarat untuk yang kedua kalinya di kepalaku. Sabar, ya, pala.

"Tae, giliranmu masuk," namja yang menawarkan video game kepadaku itu menyembulkan kepalanya di ambang pintu ruang osis.

"Yeri baik-baik sama Mingyu, ya," aku segera memasuki ruang osis sebelum papan jalan menyakiti kepala malangku untuk yang ketiga kalinya.

Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam ruangan yang tidak pernah aku masuki sebelumnya selama dua tahun bersekolah disini. Mataku menangkap sosok yang sepertinya tidak asing bagiku, sedang duduk di kursi dengan meja dan selembar kertas di depannya.

"KAMU?!"

"LAH, KAMU?!"

"Kau, kan, yeoja yang tidak tahu terimakasih itu!" pekikku kesal mengingat kejadian kemarin malam.

"Dan kau, kan, namja kekanak-kanakan itu!" balasnya dengan tatapan tajam.

"Kembalikan jaketku, dasar!"

"Nih, siapa juga yang mau menyimpan jaket bau ini lama-lama!" ia melempar jaket yang kupinjamkan padanya itu ke arahku. Benar-benar tidak tahu terimakasih.

Ah, aku menangkap aroma yang berbeda dari jaket ini. Wangi lavender.

"Jangan ge-er! Aku mencucinya karena jaket itu benar-benar bau!"

"Wah, terimakasih banyak, ya! Pewangi yang kau taruh di jaket ini benar-benar melenceng dengan seorang namja yang memiliki jaket ini!"

"Tidak, justru wanginya cocok sekali dengan dirimu, dasar banci."

"YAK!"

"WOI WOI UDEH NGAPA BERANTEMNYE! MASIH BANYAK YANG NGANTRI TUH DI DEPAN!" teriak Jungkook frustasi.

"Yasudah, cepat wawancaranya! Aku sibuk," aku mendudukan diriku di kursi yang sepertinya untuk para murid yang akan diwawancara.

"Tunggu, tunggu. Jadi aku akan diwawancara oleh manusia bodoh ini?! OGAH," kini aku tengah berhadapan dengan yeoja menyebalkan itu, hanya sebuah meja yang memisahkan kami. "Sape si ni orang? Ga kenal udah sok-sokan ngajak ribut!"

"Buset, Tae. Ternyata kau benar-benar parah, ya," aku menoleh ke arah Jungkook. "Kamu tidak kenal dengan yeoja ini? Dia adalah ketua osis Deongguk High School, pabbo!"

Aku melihat name tag yeoja gila ini. Kim Jennie.

"Dan Jennie! Kau tidak kenal dengan namja pabbo ini? Dia Kim Taehyung, ketua berandalan di sekolah ini!"

Aku menjitak kepala Jungkook kesal, "Sejak kapan aku jadi ketua berandalan?! Mana ada yang seperti itu."

"Sepertinya kau benar, Kook, tampangnya seperti anak pecandu narkoba." 

What?   Seenaknya saja orang ini berkata. Ini benar-benar sudah kelewat batas.

-Tampang; selesai-

Pensi [kth x kjn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang