Part 4 - Hasil Seleksi

105 36 28
                                    

"Sepertinya kau benar, Kook, tampangnya seperti anak pecandu narkoba," what? Seenaknya saja orang ini berkata. Ini benar-benar sudah kelewat batas.

"Wah, wah, malang sekali Deongguk High School ini. Kualitas osisnya sangat rendah! Bagaimana tidak rendah jika ketua osisnya mulutnya seperti comberan? Bukannya seharusnya anak-anak osis yang menjadi panutan para murid? Ternyata benar kata kebanyakan kakak kelas, osis angkatan tahun ini adalah osis terburuk sepanjang masa."

Hening.

Hawa tidak mengenakan sontak muncul dalam ruangan yang berisi tiga orang ini. Tiba-tiba ketua osis gadungan ini beranjak dari tempat duduknya.

"Kook, aku mau ke ruang guru dulu, tadi aku dipanggil oleh Taeyeon songsaenim. Tolong kau wawancara anak itu," ucapnya sembari membuka pintu ruangan.

"Lah, kenapa, Jen?" sambut Yeri dari luar, tetapi tidak dihiraukan oleh yeoja menjengkelkan itu. "Eh, eh, Kuk, masih lama kaga?! Ni anak-anak dah marah-marah ke gue gegara lama bat!"

"IYE IYE SABAR GA LO!" bentak Jungkook kasar seraya membanting pintu ruang osis ini. Aku bergidik ngeri.

"Kim Taehyung, kata-katamu tadi sangat tidak lucu," protesnya dingin sambil mendudukan dirinya di kursi yang tadi ditempati sang ketua osis bodoh itu.

"Aku menujukan kata-kata itu untuk yeoja bodoh tadi, bukan ke kamu. Jadi tidak usah sok-sok ikut sakit hati," balasku tak kalah dingin tanpa menatap mata tajamnya.

"Aku akan ikut sakit hati jika kau membawa nama osis seperti tadi."

***

Ding Dong.

Wah, indahnya suara bel istirahat. Tetapi akan lebih indah lagi jika kejadian tidak menyenangkan kemarin berhenti mengitari kepalaku.

"Tae, aku mau ke kelas Mingyu sama Wonwoo, kamu ikut tidak?" aku mengangkat kepalaku dan menatap manusia yang tengah berbicara kepadaku.

"Ga dulu, Bogum. Lagi ga mut, neh, gue," jawabku seraya membenamkan kepalaku kembali di atas meja.

"Baiklah," kulihat anak itu berlalu ke luar kelas, bersamaan dengan sang ketua kelas yang memasuki kelas. Ah, melihat wajah ketua kelas tersebut membuatku terus mengingat kejadian menyebalkan kemarin, terutama kata-kata berupa fitnah yang keluar dari mulut Kim Jennie. Aku tidak suka dengan caranya berbicara, berkata seenaknya saja tampangku seperti seorang pecandu narkoba. Senakal-nakalnya aku, sebandel-bandelnya aku, sesering dihukumnya aku, aku tidak pernah sekalipun menyentuh benda terlarang itu. Jelas-jelas hal itu menurunkan harga diri seorang Kim Taehyung.

Ah, iya, mana video game yang seorang Jeon Jungkook janjikan? Aku menghampiri anak itu yang tengah duduk di meja Lisa.

"Hei, hei, Vernon. Apa yang kau lakukan disana? Jangan mengganggu dua orang yang sedang berpacaran itu!" godaku yang dibalas oleh death glare dari Jungkook dan Lisa.

"Oh, iye, baru sadar sedari tadi gue jadi nyamuk!" baru saja Vernon ingin kabur, tetapi lengannya langsung ditarik Lisa.

"HEH, ENAK AE KABUR-KABUR! Kelarin dulu, nih, masalah uang kas osis!" semprot Lisa jengkel di tengah kegiatannya yang sedang menghitung uang.

"Pacaran apaan, sih, Tae! Lagi ngurusin kas osis, nih!" sepertinya Jungkook sedang mendata pengeluaran dan pemasukan, seperti yang kulihat di memo yang dipegangnya.

"Wah, osis banyak duit, neh! Buat gue boleh, yak!" candaku sambil merebut uang yang tengah dipegang Lisa.

"HEH BALIKIN GA YETI!" pekik duo bendahara osis itu, ditambah dengan tatapan pergi-dari-sini-ga-lo dari sang wakil ketua osis.

"Lisa, Vernon, uang kas bulan ini, kok, masih segini? Kalian tidak menagihinya?"

"Heh, enak aje lu ngomong! Kite udeh nagihin ampe rasanye lidah gue mo copot tau! Tapi tetep aja pada ga mau bayar! Ye, gak Lisa?"

"Kalian harus lebih galak, dong."

"Eh, bambang, kurang galak ape lagi kita. Coba sono lu tagihin, paling hasilnya sama aje."

Lah, ngapa gue jadi nontonin ni anak-anak osis debat gini?! Aku harus cepat-cepat mendapatkan video game itu dan pergi dari anak-anak berisik ini.

"Heh, Jeon Jungkook! Sebelum ngurusin tu uang kas gapenting, lebih baik kau memberikan kepadaku video game yang kemarin kau janjikan itu!" cerocosku sembari mengulurkan telapak tangan.

"Yakin sepulang sekolah mau langsung ngacir terus main video game? Ada rapat tuh buat yang lolos seleksi jadi panitia pensi," balasnya masih sibuk dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran tidak penting itu.

"Ye, kan, buat yang lolos! Sudah pasti aku tidak lolos, jadi aku boleh, dong, langsung ngacir dan memainkan video game itu? Kajja, berikan."

"Yakin ga lolos? Sudah dipajang, tuh, hasil seleksinya di papan pengumuman, lebih baik dilihat dulu," sahutnya sambil memamerkan senyum menyebalkannya.

-Hasil Seleksi; selesai-

Pensi [kth x kjn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang